- Rahayu Saraswati sempat buat pernyataan kontroversi soal Gen Z di podcast.
- Pernyataannya dianggap tidak peka dan meremehkan realita.
- Ia meminta maaf dan mengundurkan diri dari DPR.
Nama politisi Gerindra, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, mendadak menjadi pusat perhatian nasional bukan karena gebrakan kebijakannya, melainkan akibat sebuah pernyataan yang memicu badai di media sosial.
Puncaknya, keponakan dari Presiden RI Prabowo Subianto ini mengambil langkah yang sangat langka di panggung politik Indonesia, yakni mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Anggota DPR RI.
Kontroversi ini bermula dari potongan video penampilannya di podcast yang beredar secara luas di media sosial.
Pernyataannya yang ditujukan untuk anak muda, khususnya Gen Z, dianggap tidak peka dan lepas dari realitas. Namun, apa sebenarnya poin-poin yang memantik kemarahan publik hingga berujung pada keputusan drastis tersebut?
Berikut adalah empat poin utama dari pernyataan viral yang perlu Anda ketahui.
1. Nasihat "Jangan Cuma Andalkan Pemerintah" yang Dianggap Tone-Deaf
Inilah inti dari ledakan kontroversi. Dalam obrolannya, Saraswati menyarankan agar anak muda tidak sepenuhnya bergantung pada pemerintah untuk mendapatkan pekerjaan.
"Bikin kerja buat teman-teman, kalau lo bisa masak, bikinlah bisnis kuliner. Bisa jahit, bikinlah bisnis fesyen," ujarnya, memberikan contoh-contoh praktis.
"Jangan hanya bersandar, karena kalau masih bersandar kepada sektor-sektor padat karya dan bersandar kepada pemerintah untuk provide the jobs, kita masih di zaman kolonial berarti," kata Rahayu.
Bagi sebagian besar netizen, terutama mereka yang sedang berjuang mencari kerja, pernyataan ini terdengar sangat tone-deaf alias tidak peka.
Di tengah sulitnya lapangan pekerjaan, persaingan ketat, dan biaya hidup yang terus meroket di kota-kota besar, saran tersebut dianggap datang dari seseorang dengan privilese yang tidak memahami perjuangan nyata masyarakat.
Publik merasa bahwa menyediakan lapangan kerja adalah salah satu tanggung jawab utama pemerintah, dan seorang wakil rakyat seharusnya memperjuangkan itu, bukan justru melempar tanggung jawab kembali ke warga.

2. Dorongan Wirausaha yang Dipandang Meremehkan Realita
Melanjutkan poin pertama, Saraswati mendorong generasi muda untuk lebih kreatif dan menciptakan lapangan kerja sendiri alias berwirausaha.
"Kalau punya kreativitas, jadilah pengusaha. Jadilah entrepreneur daripada ngomel nggak ada kerjaan," tegas Sara dalam podcast yang ditayangkan sebuah media nasional.
Tujuannya mungkin baik, yakni memotivasi kemandirian. Namun, cara penyampaiannya dinilai meremehkan kompleksitas memulai sebuah bisnis.
Kritik yang muncul menyoroti bahwa berwirausaha membutuhkan modal, jaringan, literasi finansial, dan stabilitas ekonomi yang tidak dimiliki semua orang.
Saran untuk "tinggal jadi pengusaha" tanpa mengakui adanya tantangan struktural yang berat—mulai dari akses permodalan hingga birokrasi—membuatnya terdengar seperti solusi instan yang utopis.
Alhasil, niat baik untuk mendorong inovasi justru diterima sebagai ucapan yang menggampangkan masalah.
3. Jebakan Klip Viral vs. Konteks Utuh Percakapan 42 Menit
Penting untuk dicatat bahwa klip yang viral di platform seperti TikTok dan Twitter adalah potongan pendek dari sebuah percakapan yang berdurasi total 42 menit.
Pihak Saraswati dan beberapa pengamat berpendapat bahwa pernyataannya telah keluar dari konteks aslinya (dekontekstualisasi). Dalam video lengkapnya, ia berbicara lebih luas tentang pengalamannya sendiri, pentingnya daya juang, dan bagaimana anak muda bisa memaksimalkan potensi di luar jalur konvensional.
Namun, di era digital yang serba cepat, konteks sering kali kalah oleh sensasi. Potongan video yang paling provokatif menyebar lebih cepat dan membentuk narasi utama di benak publik. Fenomena ini menjadi pelajaran pahit tentang bagaimana sebuah pesan, terlepas dari niat awalnya, bisa dimaknai sangat berbeda ketika dipotong dan disebarluaskan tanpa konteks yang utuh.
4. Permintaan Maaf Tulus dan Mundur Sebagai Pertanggungjawaban
Di tengah gelombang kritik yang tak terbendung, Rahayu Saraswati menunjukkan sikap yang berbeda dari kebanyakan politisi.
Ia tidak defensif atau menyalahkan pihak lain. Sebaliknya, ia merilis pernyataan maaf yang tulus melalui akun media sosialnya.
"Saya paham kata-kata saya telah menyakiti banyak pihak, terutama yang saat ini masih berjuang untuk menghidupi keluarganya," ucap Sara dalam pernyataan maafnya.
"Kesalahan sepenuhnya ada di saya. Oleh sebab itu, melalui pesan ini, saya ucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya," sambungnya.
Puncaknya adalah keputusannya untuk mundur dari kursi DPR RI. Pengunduran dirinya kini telah dikonfirmasi dan ditanggapi oleh Fraksi Partai Gerindra di DPR RI.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS