Tantangan Pandam Adiwastra Janaloka dalam Memasarkan Batik Nitik Yogyakarta

Hernawan | Jenifer Christine Teopilus
Tantangan Pandam Adiwastra Janaloka dalam Memasarkan Batik Nitik Yogyakarta
Showroom Omah Pandam yang terletak di Jln.Langenarjan Kidul no.7A, Panembahan, Kraton (DocPribadi/Jenifer)

Sebagai salah satu unit usaha yang bergerak di bidang kewirausahaan sosial dengan fokus pada pengembangan produk eco–friendly, Pandam Adiwastra Janaloka mengusung misi pelestarian warisan budaya Indonesia, khususnya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Lahir dari buah pemikiran Gusti Putri Pakualam bersama kedua sahabatnya, unit usaha ini hadir untuk mendukung dan memfasilitasi para pengrajin batik agar dapat terus berkarya, berdikari, dan dapat tetap menjaga tradisi serta keunikan batik bagi generasi mendatang.

Dengan memadukan nilai-nilai tradisional, konsep ramah lingkungan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat, Pandam Adiwastra Janaloka melakukan berbagai riset dan pengembangan untuk menghasilkan produk-produk lifestyle yang berkelanjutan. Produk yang dipasarkan oleh unit usaha ini salah satunya adalah Batik Tulis Nitik. Dari sekian banyak warisan budaya Yogyakarta, Batik Nitik hadir dengan keistimewaan tersendiri.

Ciri khasnya dapat dilihat dari teknik pembuatan yang unik, di mana alat canting yang digunakan memiliki empat bagian terpisah. Teknik ini menghasilkan pola geometris berbentuk bujur sangkar yang menjadi identitas kuat batik tersebut. Yang tak kalah menawan, penggunaan pewarna sogan (coklat gelap) pada Batik Nitik memberikan kesan mendalam, menciptakan tampilan yang elegan dan ciamik. Perpaduan antara teknik pembuatan yang rumit dan pemilihan warna yang khas ini menjadikan Batik Nitik sebagai mahakarya yang tak lekang oleh waktu dan memiliki nilai jual yang tinggi. 

Di tengah gemerlap modernisasi, Pandam Adiwastra Janaloka tetap teguh melestarikan warisan budaya Batik Nitik Yogyakarta. Namun, perjalanan mempertahankan keindahan batik tradisional ini tidaklah mudah. Berbagai tantangan harus dihadapi untuk tetap menjaga keaslian dan kualitas Batik Nitik yang telah menjadi identitas budaya Yogyakarta.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah proses pewarnaan batik yang menggunakan bahan-bahan alami. Warna-warna yang dihasilkan cenderung lebih dalam (deep), namun budidaya tanaman untuk bahan pewarna alami ini membutuhkan perhatian khusus dan waktu yang tidak singkat. 

Penggunaan Warna Alam untuk Menjaga Keaslian Batik

Beberapa motif Batik Nitik yang dipajang di etalase showroom Pandam Adiwastra Janaloka
Beberapa motif Batik Nitik yang dipajang di etalase showroom Pandam Adiwastra Janaloka (DocPribadi/Jennifer)

"Kami berkomitmen menggunakan pewarna alami untuk menjaga keaslian dan kualitas Batik Nitik. Meskipun prosesnya lebih rumit, hasil akhirnya memiliki nilai seni yang tidak dapat ditandingi oleh bahan pewarna sintetis," ujar Miriam Veronica selaku General Manager Pandam Adiwastra Janaloka.

Regenerasi pengrajin juga menjadi kendala serius. Semakin sedikitnya generasi muda yang tertarik untuk meneruskan warisan membatik dengan motif Nitik membuat keberlangsungan produksi batik ini terancam. Padahal, keahlian membatik membutuhkan proses pembelajaran yang panjang untuk mencapai standar kualitas yang diharapkan.

Dari sisi pemasaran, Batik Nitik yang dipasarkan oleh Pandam Adiwastra Janaloka tergolong dalam kategori premium (grade A). Harganya yang tinggi membuat batik ini memiliki segmen pasar yang terbatas. Namun, Pandam Adiwastra Janaloka tetap berupaya mencari strategi agar batik berkualitas tinggi ini tetap diminati konsumen, salah satunya melalui edukasi tentang nilai historis dan proses pembuatan batik yang spesial serta unik. 

"Kami tidak hanya menjual produk dari bahan ramah lingkungan, tapi juga mengedukasi semua pihak tentang nilai-nilai yang terkandung dalam setiap lembar Batik Nitik. Mulai dari pengrajin, pelanggan, hingga semua pemangku kepentingan harus memahami standar kualitas yang kami junjung tinggi," tambah Miriam.

Meski menghadapi berbagai tantangan, Pandam Adiwastra Janaloka tetap optimis dapat melestarikan dan terus berupaya untuk memperkenalkan Batik Nitik sebagai warisan budaya Nusantara yang indah hingga ke tingkat internasional. Mereka percaya bahwa dengan konsistensi menjaga kualitas dan terus mengedukasi masyarakat, Batik Nitik akan tetap menjadi warisan budaya yang bernilai tinggi dan diminati dari generasi ke generasi.

Dengan kesadaran akan limbah pewarnaan sintetis yang mengandung bahan kimia berbahaya bagi lingkungan, Pandam Adiwastra Janaloka berinovasi menggunakan pewarnaan alami. Melalui inovasi ini, mereka tidak hanya berkontribusi pada pelestarian alam, tetapi juga memperkuat ciri khas Batik Nitik.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak