Pelaku usaha atau perusahaan harus menyikapi persaingan bisnis yang semakin ketat di era globalisasi dengan menerapkan langkah-langkah strategis untuk mengembangkan usahanya. Munculnya pandemi COVID-19, yang memiliki dampak terbesar di dunia ini, telah menyebabkan kelumpuhan hubungan pendidikan dan kehidupan lainnya. Akibatnya perekonomian lumpuh, sekolah-sekolah diliburkan, dan banyak perusahaan mengurangi kegiatan produksi, tetapi tidak ada satupun yang dipecat.
Pandemi global COVID-19 pasti akan berdampak pada semua sektor, terutama sektor ekonomi. Dampak ekonomi ini dapat dirasakan tidak hanya dalam skala nasional, tetapi juga dalam skala global. International Fund (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia akan kurang dari 3 persen (Suprijanto, 2011).
Tentunya di Indonesia juga berdampak signifikan terhadap pariwisata, sektor komersial dan industri, termasuk usaha mikro dan kecil dan menengah (Siagian, Ade Onny; Indra, nd)
Menurut laporan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), pandemi COVID-19 berdampak pada aspek penawaran dan permintaan ekonomi. Dari sisi ketersediaan, perusahaan mengurangi ketersediaan bahan baku dan tenaga kerja yang tidak sehat sehingga menimbulkan masalah pada rantai pasok.
Dari sisi permintaan, permintaan tidak mencukupi dan kepercayaan konsumen terhadap produk menurun. OECD juga menyatakan bahwa usaha kecil, menengah dan mikro memiliki dampak signifikan terhadap situasi COVID19. Usaha mikro, kecil, dan menengah sangat rentan terhadap disrupsi usaha karena seringkali dihadapkan pada industri travel, transportasi, dan dapur yang membutuhkan pemasok cepat, dan industri tersebut terkena dampak parah dari COVID-19 (Siagian, 2021).
Penerapan prinsip otonomi seperti penerapan protokol kesehatan saat pandemi dalam usahanya, penerapan penggunaan masker dan pemberian hand sanitizer sebelum bertransaksi, hal-hal seperti ini dilakukan sebagai penerapan tanggung jawab etis atas keputusan yang diambil oleh pelaku usaha.
Strategi tersebut juga disebut sebagai ide, rencana strategis keberlanjutan usaha UMKM untuk bangkit dari pandemi Covid-19 adalah dengan mengkhususkan sumber daya yang selalu tersedia secara tepat dan cepat, membangun sistem informasi dan komunikasi yang baik dengan pelanggan, juga karena fasilitas yang tersedia dalam bisnis, pemanfaatan teknologi, serta akses dan layanan kepada pelanggan atau konsumen menjadi fokus utama dalam merencanakan atau merancang bisnis UMKM ke depan.
UMKM melihat pandemi Covid-19 sebagai tantangan sekaligus peluang dalam mengembangkan usahanya. Banyak hal baru yang mereka pelajari selama pandemi ini, pengetahuan tentang perilaku konsumen dalam menangani pandemi dan juga perilaku UMKM dalam menyikapi pandemi saat ini.
Permasalahan dan solusi untuk pengembangan usaha kecil, menengah dan mikro menunjukkan bahwa mereka akan terus mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan, meningkatkan dan mengembangkan melalui pengembangan manajemen bisnis di bidang penjualan, keuangan, SDM dan operasional.
Memperkuat manajemen bagian pemasaran untuk mengatasi permasalahan UMKM bagian pemasaran akibat pandemi COVID-19, yaitu terbatasnya akses pasar dan jaringan komersial telah menurunkan produktivitas yang menyebabkan sebagian besar responden tidak mampu melanjutkan usaha bisnis mereka.
Responden dengan knowledge management dan daya serap yang baik siap menghimpun segala macam informasi dan pengetahuan dari berbagai media yang berkembang pesat, guna mempersiapkan dan menata kembali strategi untuk memulai, melanjutkan dan mengembangkan usahanya, seperti melalui penyiaran, surat kabar dan majalah. Media digital seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp juga menghadirkan video unik dan menarik kepada pelanggan (Prastiyanti, Dinda, dan Yulianto, 2019).
Di masa pandemi COVID-19, permasalahan pengelolaan SDM peserta UMKM adalah kurangnya data, keterampilan dan pengetahuan untuk menggunakan teknologi yang ada untuk meningkatkan produktivitas usaha.
Merebaknya pandemi ini menuntut para pelaku UMKM untuk siap beradaptasi dengan kondisi saat ini. Salah satunya harus mau menggunakan teknologi yang ada, seperti penjualan online melalui media sosial, meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumen, dan menyediakan berbagai produk dan meningkatkan kinerja bisnis.
Memiliki rencana bisnis yang dapat diterima untuk mempromosikan barang selama pandemi ini adalah melalui media elektronik dimana produsen dan pelanggan tidak bertemu langsung di satu tempat tetapi memiliki jangkauan pemasaran yang sangat luas. Dalam dunia usaha di era globalisasi, pemasaran produk baik komoditas maupun jasa dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Media sosial adalah hasil dari kemajuan teknologi.
Lalu, di masa pandemi COVID-19, kendala yang dihadapi para pelaku UMKM di bidang manajemen operasional adalah kekurangan bahan baku, keterlambatan produksi dan distribusi, penutupan tempat komersial, dan ketidakmampuan memastikan pasokan bahan. Pemasok juga terkena dampak pandemi ini.
Tingginya harga bahan baku memaksa pelaku UMKM untuk menyelesaikan sendiri kegiatan distribusi guna memutus mata rantai distribusi komoditas guna menekan kenaikan biaya, sehingga pelaku UMKM dapat menjamin kualitas produknya karena mengikuti proses yang lambat dari awal hingga akhir.
Strategi bisnis penyambungan produk yang tepat di masa pandemi COVID- 19 adalah melalui sarana elektronik. Produsen dan konsumen tidak secara langsung berada di tempat yang sama, tetapi memiliki jangkauan pemasaran yang sangat luas.
Dalam dunia bisnis di era globalisasi, komersialisasi barang dan jasa dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Media sosial dapat menjadi produk teknologi data yang dapat memberikan manfaat terbaik bagi pelaku bisnis.
Melalui media sosial, pelaku usaha dapat menjelaskan spesifikasi produk, kualitas, dan biaya sehingga konsumen dapat lebih leluasa memilih produk yang dibutuhkan sesuai dengan kemampuannya (Praditya, 2019; Purbohastuti, 2017; Rusdiono, 2019). Para ahli menunjukkan bahwa keberadaan jejaring sosial sebagai sarana pemasaran memberikan pengetahuan kepada konsumen tentang spesifikasi produk yang akan dibeli.
Dengan adanya Covid-19, beberapa strategi muncul dan dengan cepat digunakan. Adaptasi ini merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi mereka yang terlibat dalam lingkungan organisasi. Secara umum kerugian peserta trading semakin meningkat, namun tentunya di bidang lain akan mendatangkan keuntungan yang cukup signifikan, terutama yang siap beradaptasi dengan cepat.
Di masa depan pergeseran paradigma di segala bidang ke depan akan terjadi, sehingga setiap organisasi harus mengkaji ulang strategi pengelolaannya, baik strategi yang sedang berjalan maupun yang direncanakan.