Gus Dur yang mempunyai kalimat populer "Gitu aja kok repot", ternyata sosok yang unik dan banyak mempunyai kelebihan. Salah satunya adalah "weruh sak durunge winarah" atau mengetahui sebuah peristiwa sebelum itu terjadi. Maka tak heran jika ramalan beliau yang semula membuat khalayak mengernyitkan dahi, di kemudian hari menjadi kenyataan dan benar adanya.
Kisah karamah atau kehebatan Gus Dur yang menjadi tanda kewaliannya ini dicatat oleh Achmad Mukafi Niam dan Syaifullah Amin dalam bukunya yang berjudul Bukti-Bukti Gus Dur itu Wali terbitan ReneBook Jakarta Selatan pada Oktober 2014.
Ada banyak kisah sebagai tanda kewalian Gus Dur dalam buku ini. Misalnya, beliau yang katanya memiliki ilmu laduni, ilmu melipat bumi, meraga sukma, dan lain-lain. Kisah yang tertulis dalam buku ini bukan tanpa sumber, namun betul-betul digali secara valid kepada sumber utama yang pernah bersinggungan langsung dengan Gus Dur serta menyaksikan bukti-bukti kewaliannya.
Salah satu sumbernya adalah Mahfud MD. Pria asal Madura yang sekarang menjabat sebagai Menteri Politik, Hukum dan Keamanan ini pernah mengalami dan menyasikan sikap serta pernyataan aneh dari Gus Dur. Misalnya, sebelum memutuskan sesuatu, beliau lebih dulu meminta untuk konsultasi dengan Mbah Hasyim (KH Hasyim Asy’ari, kakek Gus Dur yang wafat tahun 1947). Saya nanti malam mau ketemu Mbah Hasyim dulu, begitu kata Gus Dur (hlm. 27).
Sumber lainnya adalah KH Said Aqil Siraj. Kisah karamah Gus Dur diungkapkan oleh Kiai Said saat menjalankan umrah Ramadan. Waktu itu Gus Dur menjabat sebagai Ketua Umum PBNU. Kiai Said menuturkan, setelah salat tarawih berjamaah, ia diajak Gus Dur mencari orang khawas, yang ibadahnya semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah dan malu mengharapkan pahala. Keduanya terus berjalan dan akhirnya bertemu dengan seorang jamaah umrah dari Mesir yang terlihat sederhana dan serbannya tidak besar. Orang itu tengah duduk di sebuah sudut. Lalu, Kiai Said diminta Gus Dur untuk memperkenalkan diri kepada orang itu sebagai Ketua Umum PBNU dari Indonesia.
Namun, orang tersebut bersikap agak ketus ketika disapa oleh Kiai Said. Dan ketika Kiai Said menyampaikan niat Gus Dur bahwa beliau meminta doa selamat dari orang tersebut, orang itu lari sambil menarik sajadahnya setelah berdoa seraya berkata, “Apa dosa yang telah aku perbuat, ya Allah, sehingga Engkau buka rahasiaku di hadapan orang ini?” (hlm. 36)
Dari kejadian ini, Kiai Said berkesimpulan bahwa orang Mesir yang ditemuinya tadi adalah seorang wali yang sedang menyembunyikan kewaliannya. Tetapi, Gus Dur menyingkap kewalian orang tersebut. Dengan ini berarti, kewaliannya itu diketahui oleh Gus Dur yang derajat kewaliannya lebih tinggi. Lalu, orang tersebut merasa rahasia kewaliannya terungkap karena ia memiliki dosa.
Banyak sekali kisah lain tentang kewalian Gus Dur yang disaksikan oleh orang-orang dekat Gus Dur yang bisa dipertanggungjawabkan. Buku ini memuat sembilan bagian. Bagian pertama tentang fenomena kewalian Gus Dur. Bagian kedua tentang komunikasi dengan para wali. Bagian ketiga tentang karamah Gus Dur. Bagian keempat berisi weruh sak durunge winarah. Bagian kelima menyingkap keistimewaan Gus Dur. Bagian keenam mengurai kedekatan Gus Dur dengan rakyat. Bagian ketujuh mengulas saat beliau menjadi Presiden Republik Indonesia. Bagian kedelapan tentang Gus Dur di mata keluarganya. Dan bagian kesembilan mengungkap ketika Gus Dur dipuji dan dimusuhi.
Fathorrozi
Penulis lepas tinggal di Ledokombo Jember