Kita tentu kenal betul dengan Chairil Anwar. Sastrawan besar yang satu ini memang sejak lama telah menjadi ikon puisi Indonesia. Puisinya yang berjudul 'Aku' merupakan salah satu puisi yang paling fenomenal sepanjang sejarah, siapa pun pasti tahu dengan puisinya yang satu ini, baik dari kalangan pencinta sastra maupun kalangan di luar sastra.
Hidup di zaman perang (revolusi kemerdekaan) membuatnya acapkali menuliskan sajak-sajak yang realistis. Meskipun demikian, Chairil Anwar tetap menggambarkan sajaknya dengan cara bersastra-nya yang berbeda.
Namun apa jadinya bila berbagai puisi yang telah ditulis oleh Chairil Anwar ditulis kembali dalam sebuah buku? Dalam sebuah buku yang juga menceritakan perjalanan hidupnya dari kecil hingga kematiannya.
Sjuman Djaya adalah penulis buku itu. Buku yang kemudian olehnya diberi judul yang sama dengan judul puisi yang paling fenomenal itu, yakni 'AKU'.
Pada mulanya, buku 'AKU' merupakan sebuah naskah film perjalanan hidup sang penyair Chairil Anwar. Hal itu dapat kita ketahui dari isi buku tersebut, yang berisi adegan-adegan para tokoh dalam kehidupan Chairil Anwar.
Namun sayang seribu sayang, Sjuman Djaya yang merupakan penulis naskah sekaligus sutradara film tersebut, telah terlebih dahulu dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, sebelum naskah tersebut sempat dijadikan sebuah film. Alhasil, naskah tersebut sempat terbengkalai.
Usut punya usut, ternyata naskah film tersebut dikumpulkan menjadi sebuah buku, yang mana pada pertengahan tahun 2002 sempat booming dalam film Ada Apa Dengan Cinta.
Isi dari buku ini menceritakan kehidupan Chairil Anwar, dari masa ia tinggal di Medan, hingga kehidupannya di tanah rantauan, Jakarta. Hampir secara keseluruhan, buku ini bertemakan perjuangan kehidupan, selain kisah cinta sang penyair tentunya.
Dalam buku ini dijelaskan pula bahwa Chairil Anwar pada saat itu telah berkawan dengan berbagai seniman, baik yang sekalangan dengannya maupun yang tidak. Ada banyak sekali nama-nama seniman yang bisa kita temukan, seperti halnya Affandi, Sudjojono, HB Jassin, Armijn Pane, dan lain sebagainya.
Buku ini juga menceritakan kisah asmara sang penyair, dan sebagian besar dari percintaannya tersebut kandas di tengah jalan. Ada banyak nama-nama kekasih sang penyair yang dapat kita temukan pula dalam buku ini, semisal Sri Ajati, Gadis Mirat, dan lain sebagainya.
Hal yang sangat menarik dari buku ini ialah gambaran suasananya pada kurun waktu 40-an. Di mana pada zaman tersebut sedang terjadi peperangan antara Sekutu dengan tentara Republik. Dijelaskan pula dalam buku ini bagaimana kejadian dan rentang alam Indonesia pada saat itu, membuat kita yang membacanya seakan-akan ikut merasakan kejadian yang ada dalam buku ini.
Itu tadi merupakan ulasan singkat mengenai buku 'AKU' karya Sjuman Djaya, yang mana merupakan salah satu karya paling digandrungi.