Menyelami Dunia Pikiran Anak-Anak dari Buku Alona Ingin Menjadi Serangga

Hikmawan Firdaus | Rozi Rista Aga Zidna
Menyelami Dunia Pikiran Anak-Anak dari Buku Alona Ingin Menjadi Serangga
Buku Alona Ingin Menjadi Serangga.[Dok. Pribadi/Fathorrozi]

Buku Alona Ingin Menjadi Serangga yang ditulis oleh Mashdar Zainal ini memang benar-benar bersinggungan dengan dunia anak-anak. Dalam pengantar buku ini, penulis menyebutkan bahwa cerita-cerita tentang anak-anak ini terlahir begitu saja. Tanpa kesulitan berarti, meski terkadang untuk dapat satu cerita ia garap sampai berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Seolah cerita-cerita itu telah teraduk dan mengendap rapi dalam kepalanya, dan ia tinggal menuangkannya. Seperti menuangkan teh hangat dari dalam teko.

Seperti juga penulis-penulis lain, tentu saja ada banyak hal yang memengaruhi cerita-cerita yang telah ditulis oleh Mashdar Zainal ini. Sebagai seorang guru SD kelas satu, hari-harinya lekat dengan anak-anak. Lepas dari itu, ia merasa memiliki ingatan yang tak tergantikan berkenaan dengan masa kecil, saat ia masih anak-anak.

Selain itu, penulis juga menggemari banyak buku serta film yang mengangkat tema tentang anak-anak. Sebagaimana kata seorang penulis senior, "Banyak membaca dan menonton film akan membantumu saat menulis." Barangkali itu merupakan salah satu proses kreatif Mashdar Zainal untuk memasuki dunia anak-anak sebelum menuliskannya.

Buku ini memuat 14 cerita pendek yang erat kaitannya dengan keseharian anak-anak. Sebagai contoh cerpen berjudul Alona Ingin Menjadi Serangga yang kemudian dinobatkan menjadi judul buku ini.

Cerita ini mengisahkan seorang anak perempuan bernama Alona yang ditutupi pintu oleh mamanya karena ia terlambat pulang. Alona sudah menjelaskan pada mama bahwa ia terlambat pulang bukan karena keasyikan main tapi karena menunggu hujan reda, tapi mama tak mau mendengarkannya. Mama malah mengunci pintu dari dalam dan tak membiarkannya masuk.

"Itu hukuman untuk anak yang suka berbohong dan tidak pernah mau menuruti kata-kata Mama," gertak mama sebelum menutup pintu rapat-rapat. Dan kalau mama sudah berkehendak, Alona tak bisa berbuat apa-apa lagi (halaman 1).

Alona terduduk di lantai yang basah dan dingin. Ia tercenung dan untuk mengusir hawa dingin ia menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya dengan runtun. Alona menggigil. Ia merengek dan berkali-kali menggedor-gedor pintu, tapi mama tak juga datang membukakan pintu. 

Hujan kembali turun, deras sekali. Alona mendekap lututnya dan bergerak mundur menghindari percikan air. Ia merapatkan tubuhnya ke daun pintu, mencari kehangatan. 

Alona menangis. Ia kedinginan sekaligus sangat lapar. Lalu memandangi lampu dengan mata memicing, beberapa serangga menguing. Alona membatin, betapa senangnya menjadi serangga. Ia punya sayap dan bisa terbang kemana saja. Serangga itu tentu tak butuh selimut untuk menghangatkan tubuhnya.

Kemudian mama ingat kalau Alona masih di luar. Ia membuka pintu, tapi sepi. Mama menjadi panik dan berteriak memanggil papa. Alona tidak ada. Untuk pertama kalinya mama menyesal. Mama juga baru menyadari bahwa udara di luar sangat dingin.

Dan masih banyak lagi cerita-cerita lain di buku ini yang pasti sangat memukau dan bisa menjadi bahan percontohan menulis cerita yang menarik untuk anak-anak. Di samping itu, cerita-cerita dalam buku ini cocok jika dibacakan atau diceritakan kembali untuk anak-anak kita menjelang tidur mereka, karena cerita-cerita ini kaya pendidikan dan pengajaran untuk menjadi anak dan orangtua yang baik.

Selamat membaca. Semoga bermanfaat.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak