Sarinah sebagai Simbol Perjuangan Perempuan Indonesia Menurut Bung Karno

Ayu Nabila | Budi Prathama
Sarinah sebagai Simbol Perjuangan Perempuan Indonesia Menurut Bung Karno
Sampul buku Pdf Sarinah. (DocPribadi/Tangkapan Layar/Budi Prathama)

Tesis Bung Karno berangkat atas keresahannya kalau perempuan Indonesia mesti terlibat dalam medan perjuangan untuk bangsa Indonesia. Bung Karno dengan cerdiknya melihat tanpa melibatkan kaum perempuan, maka kekokohan suatu bangsa akan mengalami kepincangan. Mendirikan suatu bangsa dengan mengesampingkan peran perempuan justru itu dapat merendahkan martabat bangsa. 

Itulah mengapa Bung Karno bisa menulis buku tentang perempuan yang diberi judul “Sarinah, Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia.” Melalui buku Sarinah itu, Bung Karno banyak menjelaskan mengenai penindasan perempuan dan cara perjuangan perempuan dari masa ke masa. 

Pemikiran Bung Karno terkait dengan perempuan tentu tidak lepas dari kondisi perempuan yang terjadi di Indonesia saat itu. Selain peran perempuan yang dipinggirkan, kondisi perempuan juga sangat ditindas melalui sistem feodalisme dan kolonialisme. 

Dalam buku tersebut, Bung karno sempat menceritakan kondisi perempuan Indonesia yang tertindas saat sedang mengunjungi sahabatnya. Kondisinya saat berada di rumah tersebut, Bung Karno tak melihat seorang perempuan atau istri sahabatnya itu. Sehingga ia pun bertanya, kemana istrinya dan kenapa tidak berada di rumah? 

Jawaban dari sahabatnya itu, bahwa istrinya ingin dimuliakan seperti mutiara, tidak ada yang boleh melihatnya dan harus disimpan baik-baik. Kemudian kerjanya tentu hanya bisa di rumah. Menyaksikan kondisi itu, Bung Karno malah menilai bahwa itu termasuk penindasan terhadap kaum perempuan. Hak perempuan untuk bisa bebas dan melihat dunia luar justru terbatasi melalui sistem feodalisme dengan cara dikurung di rumah meskipun maksud untuk memuliakan. Memuliakan perempuan tidak begitu caranya menurut Bung Karno. 

Selain kondisi itu, Bung Karno juga pernah menemukan kasus ada tabir pemisah antara laki-laki dan perempuan saat dalam perkumpulan. Atas keresahan itulah, Bung Karno menggarap suatu pemikiran tentang perempuan dan bisa tertuang dalam buku Sarinah. Lantas muncul pertanyaan, siapa Sarinah dan mengapa harus nama Sarinah yang dipakai dalam buku tersebut? 

Sarinah hanyalah rakyat biasa yang sempat merawat Bung Karno saat masih kecil. Namun sosok Sarinah adalah pribadi yang berhati nurani baik, bahkan rela bekerja tanpa mengharapkan imbalan jasa dan uang. Memang terbukti saat merawat Bung Karno, Sarinah bekerja penuh ikhlas walau hidup dalam kesederhanaan. 

Itulah mengapa Bung Karno memberi judul “Sarinah” pada bukunya tentang perempuan tak lain sebagai bentuk ucapan terima kasih Bung Karno kepada Sarinah, mengingat Sarinah sudah merawat dengan penuh ikhlas dan penuh cinta. Melalui Sarinah, Bung Karno mendapatkan pelajaran yang amat banyak termasuk soal cinta kasih. 

Dalam buku ”Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” yang ditulis oleh Cindy Adams, Bung Karno menceritakan kisah Sarinah dan pengajarannya terhadap Bung Karno saat masih kecil. Sarinah mengajarkan mencintai rakyat, massa rakyat, dan rakyat jelata. Bung Karno diberikan pengajaran oleh Sarinah, bahwa yang terutama ia cintai adalah ibunya, kemudian mencintai pula rakyat jelata, dan harus mencintai manusia pada umumnya. Sosok Sarinah adalah perempuan yang juga berpengaruh pada pemikiran Bung Karno selain dari ibunya. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak