Sejarah Masjid Quba, Masjid Pertama dalam Islam

Candra Kartiko
Sejarah Masjid Quba, Masjid Pertama dalam Islam
Sejarah Masjid Quba (Yoursay)

Bagi jemaah haji atau umroh, Masjid Quba adalah masjid yang kerap dikunjungi baik sebagai situs sejarah maupun dengan tujuan untuk ibadah. Masjid Quba adalah masjid yang sering disebutkan dalam buku-buku sejarah sebagai Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah al Munawwarah dan masjid yang pertama kali dibangun dalam Islam.

Quba sendiri asalnya adalah nama sebuah sumur, yang kemudian menjadi nama perkampungan yang dihuni oleh Bani 'Amru bin 'Auf. Dinamakan masjid Quba, karena ketika Rasulullah SAW. hijrah ke Madinah melewati pemukiman Bani 'Amru bin 'Auf tepatnya di kediaman Kaltsum bin Hidmi dan mendirikan masjid yang dinamakan Masjid Quba.

Masjid ini dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabat pada tahun pertama Hijriah, terletak di selatan barat kota Madinah dengan jarak kurang lebih 3 kilometer dari masjid Nabawi. Di dalam masjid tersebut terdapat sumur milik Abu Ayub Al Anshori yang dikenal dengan sumur Mubarak Annaqoh yaitu tempat pemberhentian unta Rasulullah SAW ketika masuk ke kota Madinah.

Diriwayatkan dari Ibnu Abi Khaitsumah, ketika membangun Masjid Quba, Rasulullah SAW adalah orang yang pertama meletakkan batu di tempat kiblatnya, kemudian diikuti oleh Abu Bakar, Umar dan sahabat-sahabat lainnya.

Setelah nabi Muhammad SAW mendapatkan perintah untuk mengubah arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram, Rasulullah SAW membangun kembali Masjid Quba dengan menyesuaikan arah kiblat sesuai perintah wahyu.

Masjid Quba mengalami renovasi, pada zaman Utsman bin Affan. Pada zaman Umar bin Abdul Aziz, beliau membangun menara Masjid Quba untuk mengumandangkan Azan, Kemudian kembali direnovasi pada masa Sultan Abdul Majid II Daulah Utsmaniyah pada tahun 1245 H.

Pada masa pemerintah Kerajaan Arab Saudi, Kementrian Haji dan Waqaf melakukan perluasan Masjid Quba sehingga bisa menampung kapasitas 20 ribu jemaah.

Bentuk bangunan Masjid Quba seperti masjid pada umumnya hanya saja bagian tengahnya terdapat ruang lapang yang di atasnya terdapat atap yang bisa dibuka tutup. Masjid Quba memiliki 4 menara untuk menyebarkan kumandang adzan dan 56 kubah.

Komplek Masjid Quba juga dilengkapi dengan pemukiman para imam dan muadzin, perpustakaan, dan tempat tinggal para penjaga masjid. Sampai saat ini Masjid Quba masih diziarahi ribuan umat Islam dari penjuru dunia baik yang sedang menjalankan ibadah haji maupun umroh

Keutamaan Masjid Quba

Rasulullah SAW. bersabda: "Barang siapa yang bersuci di rumahnya kemudian mendatangi Masjid Quba dan sholat di dalamnya, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala umroh," (HR. Ibnu Majah). Rasulullah SAW sering mendatangi Masjid Quba setiap hari Sabtu, terkadang dengan menunggang kendaraan dan terkadang dengan berjalan kaki.

Diriwayatkan dari Umar bin Syabbah dalam kitab Akhbar Madinah, dari Sa’ad bin Abi Waqash, beliau berkata: Sungguh sholat di Masjid Quba dua rakaat lebih aku sukai daripada mendatangi Baitul Maqdis sebanyak dua kali. Jika mereka mengetahui apa yang terdapat dalam Masjid Quba, niscaya mereka akan memukul unta mereka (bergegas) untuk pergi ke sana.

Masjid Quba juga merupakan masjid yang di dalam Al Quran disebut sebagai masjid yang dibangun atas dasar ketaqwaan sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At Taubah ayat 108: “Janganlah engkau sholat dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih”

Sebagai bandingan dari Masjid Dhiror yang didirikan oleh orang-orang Munafiq yang tujuannya untuk menghancurkan Islam. Seperti diceritakan beberapa riwayat bahwa ketika agama Islam sudah mulai menyebar dan kuat di kota Madinah, seorang Kristen bernama Abu Amir merasa ditinggalkan banyak pengikutnya sehingga ia meminta bantuan kepada penguasa Romawi untuk memerangi nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin.

Kemudian Abu Amir menyampaikan pesan kepada kaum Munafiq Madinah perihal kabar gembira terkait dengan akan tibanya bantuan bala tentara dari Romawi, dan ia meminta teman-teman Munafiqnya di Madinah untuk membangun sebuah pusat informasi sebagai basis kegiatan mereka.

Mengingat kekuatan Islam begitu kuat di Madinah, tentunya sangat sulit bagi mereka untuk membangun tempat tersebut secara terang-terangan. Oleh karena itu mereka pun membangun sebuah masjid (sebagai kedok) untuk pusat kegiatan mereka agar tidak dicurigai oleh umat Islam bahkan agar kedok mereka tidak terbongkar.

Kaum Munafiq ini meminta nabi Muhammad SAW sholat di masjid tersebut. Dan Nabi SAW berjanji akan sholat di masjid itu sekembalinya dari perang Tabuk. Namun Rasulullah SAW mendapatkan wahyu yaitu surat At Taubah ayat 107-110 dan beliau pun memerintahkan para sahabat untuk membakar dan meruntuhkan masjid tersebut dan menjadikan lokasinya sebagai tempat pembuangan sampah.

Pelajaran berharga dari peristiwa Masjid Dhiror ini adalah, hendaknya ummat Islam jangan hanya terpukau oleh hal-hal yang sifatnya permukaan saja, sementara tujuan intinya terabaikan. Mempercantik masjid penting tapi lebih penting lagi bagaimana memakmurkannya dengan berbagai kegiatan keagamaan sehingga yang baik bukan hanya fisiknya tetapi fungsinya juga baik.

Nasrullah Jasam, Pakar Sejarah Islam

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak