Pada Maret 2010, sebulan setelah terbitnya buku kedua dari trilogi Tongkat Ajaib Lolita, Karla M. Nashar hadir dengan buku ketiga. Buku terakhir ini berjudul Happily Ever After. Memiliki 200 halaman, Happily Ever After mengambil pattern dongeng putri tidur. Bagaimana cerita dalam buku ketiga Tongkat Ajaib Lolita ini, berikut sinopsisnya.
Bagaimana kalau kamu mengetahui waktumu di dunia tak lama lagi? Hal inilah yang dirasakan Lolita. Setelah pulang liburan dari Madagascar bersama keempat saudaranya, Lolita dilanda rasa lelah luar biasa. Ia juga mendapati mimpi-mimpi aneh yang menghantuinya setiap malam.
Mimpi tersebut awalnya terkesan absurd, namun pada akhirnya, Lolita mulai menyadari arti mimpi tersebut. Hidupnya tak lama lagi. Mendapatkan firasat ini tentunya hati Lolita sangat sedih, apalagi pertengkarannya dengan Dharma membuat hatinya semakin perih.
Di saat tubuh dan hatinya sakit, Lolita tetap harus menjalani misinya menyelamatkan orang. Dan orang yang harus dibantunya adalah ibu Dharma, yang telah ia anggap sebagai ibunya sendiri. Aksi Lolita berakhir dengan terkena tembakan di bahunya dan membuat Lolita dalam kondisi koma.
Walau lukanya telah disembuhkan, kondisi Lolita tak kunjung membaik, apa yang menyebabkannya? Dokter yang menangani juga tak tau pasti. Yang jelas kondisi Lolita sangat membahayakan.
Dharma begitu sedih melihat kondisi sahabat yang dicintainya, namun ia tak bisa berbuat banyak, karena ada Rio yang kini menjadi pacar Lolita di sampingnya. Dharma hanya bisa melihat dan memberi dukungan kepada Lolita dari jauh.
Sementara itu, Lolita mengalami mimpi-mimpi yang beruntun. Kali ini lebih jelas. Mimpi yang berhubungan dengan para pemilik kekuatan membaca isi hati seperti miliknya. Mereka selalu ditakdirkan untuk didampingi satu pria dengan nama "Dharma". Lalu apakah Dharma di masa sekarang, bisa mendampingi Lolita seperti Dharma-dharma yang lainnya?
Karla M. Nashar sukses membuat trilogi Tongkat Ajaib Lolita tersimpan erat di pikiran penggemar. Fantasi yang dipadukannya dengan kehidupan sehari-hari terkesan seolah-olah alami dan bisa dinalar oleh otak manusia. Kisah cinta antara kedua karakter utama juga digambarkan dengan baik. Sebuah makna tersirat dari novel ini, bahwa cinta tak berarti harus saling memiliki juga tergambar dengan jelas di benak pembaca.
Video yang Mungkin Anda Suka.