Seperti yang telah diketahui pada era orde lama Indonesia dikenal memiliki kekuatan udara yang cukup besar di masanya. Bahkan, kekuatan udara Indonesia saat itu dianggap merupakan yang terbesar di belahan bumi selatan. Beragam alutsista khas dari blok timur mendominasi kekuatan udara TNI-AU atau yang dulu dikenal dengan nama Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Salah satu alutsista tercanggih yang dimiliki AURI pada dekade 60-an adalah pesawat tempur MiG-21.
Pesawat buatan pabrikan Mikoyan-Gurevich ini merupakan salah satu kekuatan udara tercanggih di masanya. Bahkan, menjadi pesawat jet tempur tercepat dari blok timur saat itu dengan kecepatan maksimal hingga mach 2.0.
BACA JUGA: Hukum Menerima Kado Valentine, Apakah Diperbolehkan?
Kecanggihan dan ketangguhan pesawat MiG-21 tentunya juga ditunjang dengan persenjataan yang cukup mumpuni yang mampu dibawa oleh pesawat kebanggaan AURI pada dekade 60-an ini. Salah satu sistem persenjataan utama yang mampu dibawa oleh pesawat tempur MiG-21 adalah rudal K-13 yang merupakan rudal udara ke udara (air-to-air missile).
1. Dikembangkan dari Rudal Amerika
Pengembangan rudal K-13 atau yang dikenal dengan kode NATO sebagai “AA-2 Atoll” ini tidak terlepas dari teknologi yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan pada dekade 1950-an Uni Soviet berhasil mendapatkan rudal milik Amerika Serikat yakni AIM-9 Sidewinder secara utuh pada saat konflik antara Taiwan dan Cina. Pesawat MiG-17 Cina saat itu tertembak oleh F-86 Sabre Taiwan menggunakan rudal Sidewinder. Akan tetapi, rudal tersebut ternyata gagal meledak dan hanya menancap di badan pesawat MiG-17 Cina.
BACA JUGA: Apa Itu Twin Flame? Ini 4 Tanda Kamu Sudah Menemukannya dalam Hubungan Asmara
Alhasil, pihak Uni Soviet yang notabene merupakan sekutu Cina saat itu mendapatkan rudal AIM-9 Sidewinder tersebut dan kemudian melakukan rekayasa balik (reverse engineering) dari rudal Sidewinder tersebut. Rudal hasil ciptaan Uni Soviet yang didasarkan pada AIM-9 Sidewinder kemudian dikenal dengan nama Vympel K-13 dan mulai digunakan pada awal dekade 1960-an.
2. Mampu Melaju Dengan Kecepatan Mach 2.5
Rudal K-13 yang dikembangkan oleh Uni Soviet tersebut kemudian menjadi salah satu rudal udara ke udara andalan jet tempur Uni Soviet dan sekutunya sejak dekade 60-an. Kemampuan rudal yang merupakan hasil copy dari AIM-9 Sidewinder tersebut terbilang cukup mumpuni.
Dilansir dari situs wikipedia.com, rudal yang diklasifikasikan sebagai rudal udara ke udara jarak pendek tersebut mampu menembus kecepatan Mach 2.5 atau lebih dari 2 kali kecepatan suara.
BACA JUGA: Erick Thohir Jadi Saksi, Kiky Saputri Resmi Dipinang Muhammad Khairi
Rudal ini juga mampu mencapai jarak efektif sekitar 2-3.5 km meskipun jarak maksimal yang mampu dicapai sejatinya sekitar 7 km. Beberapa pesawat yang diketahui mampu membawa rudal ini adalah MiG-19, MiG-21, MiG-23 dan keluarga Sukhoi Su-17.
3. Menjadi Rudal Udara ke Udara Andalan AURI Pada Dekade 60-an
Dibelinya pesawat jet tempur MiG-21 dari Uni Soviet pada dekade 60-an juga membuat Indonesia menjadi salah satu pengguna rudal udara ke udara K-13. Dilansir dari situs tni-au.mil.id, rudal Vympel K-13 menjadi ikon senjata utama dari pesawat tempur tercanggih AURI kala itu yakni MiG-21 Fishbed, khususnya dalam gelaran operasi Trikora di Irian Barat.
Pesawat MiG-12 yang dimiliki AURI kala itu mampu membawa hingga 2 unit rudal K-23 yang terpasang pada masing-masing sayap pesawat. Rudal ini sejatinya juga dapat dipasang pada MiG-19 yang juga dioperasikan oleh AURI kala itu, akan tetapi tidak diketahui apakah pesawat MiG-19 AURI juga mengoperasikan rudal ini.
Rudal K-13 juga menjadi rudal udara ke udara yang pertama kali dioperasikan oleh pihak TNI sebelum kedatangan rudal-rudal yang lebih modern di masa mendatang. Kini, rudal K-13 telah dipensiunkan oleh TNI-AU dan beberapa telah menjadi koleksi di Museum. Salah satunya berada di Museum Dirgantara Adisucipto, Yogyakarta.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS