Kematian adalah satu hal mutlak yang jika waktunya tiba akan dialami oleh manusia. Pertumbuhan penduduk sekarang ini seiring dengan bertambahnya tingkat kematian. Namun yang tidak bertambah adalah lahan. Sebagian besar keluarga melakukan penguburan untuk keluarga mereka yang telah tiada, atau melakukan kremasi. Penguburan pastinya membutuhkan luasan lahan tertentu, sementara itu proses kremasi yang dilakukan akan berdampak dengan pencemaran lingkungan, karena karbon monoksida yang dihasilkan.
Ada satu cara lain yang ramah lingkungan namun sayangnya hanya legal di beberapa negara. Cara ini disebut human composting. Sesuai namanya, human composting, akan mengubah tubuh manusia menjadi kompos, yang akan digunakan kembali untuk pelestarian lingkungan. Cara ini berfokus dengan konsep "memberikan kehidupan setelah kematian".
Recompose merupakan usaha yang bergelut di bidang human composting. Pada wawancaranya dengan YouTuber Ask a Mortician, Katrina Spade yang menginisiasi Recompose menjelaskan beberapa hal mengenai human composting. Berikut 5 hal mengenai human composting yang sering menjadi pertanyaan.
1. Awal mula terinspirasi dengan Human Composting
Katrina Spade merupakan founder dan CEO dari Recompose. Saat menjalani pendidikan gelar masternya di tahun 2011, ia mendapatkan sebuah inspirasi. Ia ingin tetap memberikan kehidupan saat ia meninggal. Katrina menyalurkannya menjadi sebuah thesis dengan judul Bagaimana kita mengatasi tubuh orang meninggal di perkotaan dengan tingkat populasi tinggi? Thesis inilah yang mengantarkannya mendirikan Recompose.
Ia terinspirasi oleh para peternak yang mengompos mayat hewan ternaknya yang telah mati. Bukan tak mungkin hal ini diterapkan pada tubuh manusia. Di tahun 2014-2015 ia memulai percobaannya dengan mayat yang didonasikan oleh forensik. Pada tahun 2017 ia mulai mendirikan Recompose.
2. Apakah Human Composting ini legal?
Pada tahun 2019, Human Composting telah dinyatakan legal oleh Washington DC. Menyusul pada tahun 2021, Colorado juga menyatakan hal ini legal untuk dilakukan. Tak beberapa lama kemudian Oregon, Vermont, dan California juga memutuskan untuk menyatakan Human Composting merupakan hal yang legal.
Mereka memutuskan hal ini walaupun berat pada awalnya, namun keputusan ini dinilai tepat dan memiliki banyak keuntungan untuk lingkungan, keluarga yang ditinggalkan, dan juga dari segi biaya. Recompose hanya mematok 7.000 dollar saja untuk menggunakan jasanya. Dengan membayar sesuai harga yang ditentukan, keluarga yang ditinggalkan juga mendapatkan sejumlah fasilitas layaknya pemakaman pada umumnya.
BACA JUGA: Bangga! Mahasiswa Asal Indonesia Ini Jadi Presiden BEM Columbia University
3. Tampilan fasilitas Human Composting di Recompose
Sekilas dari luar tidak ada yang menyeramkan dari fasilitas ini, malahan terlihat seperti hotel kapsul. Perpaduan antara unsur alam dan juga modern terlihat jelas dari desain luarnya. Ruang-ruangan yang terlihat seperti hotel kapsul ini akan menjadi tempat persemayaman terakhir selama 30 hari.
Selama waktu tersebut, tubuh akan ditutupi bersamaan dengan serasah dengan beberapa mikroba pengurai. Setelahnya mikroba pengurai akan bekerja merubah tubuh manusia menjadi tanah. Tanah hasil pengomposan ini dapat didonasikan atau dikembalikan kepada keluarga yang ditinggalkan. Perlakuannya kurang lebih sama seperti abu kremasi.
4. Proses pemakaman dari Human Composting
Prosesi pemakaman seperti yang dilakukan pada umumnya juga akan dilakukan di sini. Pastinya setiap keluarga juga akan mengucapkan perpisahan terakhir kepada orang yang dicintainya. Pertama tubuh akan diletakkan di sebuah tempat, lalu ditutupi dengan dedaunan dan serasah kering. Para petugas Recompose akan melakukan prosesi perpisahan sembari memutarkan lagu-lagu menenangkan.
Selanjutnya tubuh akan dimasukkan ke dalam tempat yang terlihat seperti hotel kapsul tadi, lalu sisanya mikroba yang akan bekerja melakukan dekomposisi. Pengomposan ini akan memakan waktu kurang lebih 30 hari, setelahnya tubuh yang telah menjadi kompos akan dikembalikan kepada keluarga, atau bisa didonasikan untuk konservasi lahan.
BACA JUGA: Boy William Sudah Tak Sabar, Kini Ganti Nama Panjang Anak Ayu Ting Ting, Jadi Siapa?
5. Kelebihan dari pemakaman dengan cara Human Composting
Melansir dari website resmi Recompose, berikut adalah kelebihan dari Human Composting. Pertama adalah mengurangi jejak karbon hingga 87% dibandingkan pemakaman konvensional atau kremasi. Kedua adalah menyelamatkan iklim, tanah merupakan sumber kehidupan. Tanpa tanah yang bernutrisi tanaman tidak bisa tumbuh dan terproduksi dengan baik.
Dengan kompos dari tubuh manusia, bisa menyelamatkan tanah-tanah terdegradasi dengan tambahan unsur hara. Ketiga, mengurangi aktivitas perusakan yang terjadi akibat proses pemakaman. Seringkali pemakaman bersifat merusak lingkungan, menghabiskan tanah berharga, atau melepaskan polusi di udara. Human Composting memiliki tiga kelebihan utama ini.
Walau masih asing dengan istilah ini, bukan tak mungkin beberapa tahun mendatang Indonesia akan menggunakan teknik ini. Bagaimana pendapat pembaca mengenai Human Composting?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.