Bagi M. Shoim Anwar, cerpen merupakan wadah yang tepat untuk mengekspresikan sekian banyak gagasan yang bergelayut. Dalam menulis cerita pendek, M. Shoim Anwar tidak hanya mengekpresikan fenomena sastra yang mengemuka, lebih dari itu, ia memilih menulis cerita pendek juga lantaran cerita yang dituangkannya mampu mewakili hal abstrak dan krusial dalam kehidupan sosial maupun pribadi.
Sejak kecil, M. Shoim Anwar belum terpikirkan dirinya akan menjadi pengarang. Kemudian ketika duduk di bangku sekolah dasar, ia mulai suka menonton berbagai kesenian tradisional, seperti ludruk, ketoprak, wayang orang, maupun wayang kulit.
BACA JUGA: Ulasan Buku 'Kuda Kayu Bersayap', Sikap Saling Menghargai dalam Bertetangga
Ketika duduk di sekolah menengah pertama, M. Shoim Anwar mulai senang menuliskan pengalaman dan kejadian di masyarakat. Lalu, di sekolah lanjutan atas, ia sering terlibat dalam membaca puisi dan bermain drama. Dan ketika di perguruan tinggi, pengarang asal Jombang Jawa Timur ini, mulai menemukan bentuk ekspresi seni, yaitu menulis cerita pendek.
Salah satu buku kumpulan cerita pendeknya berjudul Sebiji Pisang dalam Perut Jenazah. Buku terbitan Tiga Serangkai ini memuat delapan belas cerita. Di antara judul-judul cerita tersebut adalah Luka Memanjang, Sang Guru dan Perkutut, Sebiji Pisang dalam Perut Jenazah, Perempuan Penjaga Gudang, Menggiring Banteng, Perempuan Berpijar Ungu, Catatan Kematian, Janji Ketua Parlemen, Jenazah Orang Besar, Kutu Loncat, Laboratorium Tikus, Tikus Parlemen, dan lain sebagainya.
BACA JUGA: Ulasan Novel The Sentimental Reasons: Kisah Pelik Cinta Terpendam
Cerpen Luka Memanjang berkisah tentang Bahrudin alumni pesantren yang bekerja sebagai tukang penuang minuman di kelab malam. Teman sepondoknya tidak menyangka Bahrudin akan bekerja seperti itu. Bahrudin menyampaikan bahwa ia terpaksa bekerja sebagai penuang minuman di malam hari dan pembersih ruang night club di siang hari, lantaran didesak oleh kerasnya hidup di kota besar.
Ketika menyadari tempat kerjanya salah, Bahrudin tiba-tiba mengamuk dengan membanting botol-botol minuman di ruang hiburan tempatnya bertugas sembari memaki, "Tempat ini neraka!" Temannya heran kenapa Bahrudin bisa bertindak demikian. Ia melihat sekujur tubuh Bahrudin ada luka yang memanjang.
BACA JUGA: Daya Tarik Pantai Boom, Tempat Wisata Alam Keluarga di Tuban
Sementara dalam cerpen Sebiji Pisang dalam Perut Jenazah, bercerita mengenai Kusmo yang masih mengungkit sebiji pisang miliknya yang pernah dicuri dan dimakan oleh Idam. Sedangkan Idam saat itu telah meninggal dunia dan keluarganya juga sudah memohonkan maaf kepada para pelayat atas kesalahan-kesalahan Idam.
Namun, Kusmo tetap tidak mau memaafkan kesalahan Idam. Bagi Kusmo, memaafkan kesalahan justru tidak mendidik, menjadikan orang tidak disiplin, serta yang bersangkutan tidak segan-segan mengulangi lagi kesalahan. Kusmo mengatakan bahwa seluruh makanan yang masuk ke perut Idam pasti akan berbondong-bondong menghadap Tuhan dan sebiji pisang yang telah dicurinya itu akan menyeret Idam ke neraka.
Dan masih banyak lagi cerita-cerita lainnya. Konflik-konflik dalam buku kumcer ini banyak yang meninggalkan kegetiran. Tentang kondisi semrawut yang diakibatkan tekanan kekuasaan, tekanan ekonomi, dan degradasi moral.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS