Aminah dalam Dukungan Feminisme, Mengulik Makna di Balik Puisi W.S. Rendra

Hernawan | Nusaiba Nurahmah
Aminah dalam Dukungan Feminisme, Mengulik Makna di Balik Puisi W.S. Rendra
Ilustrasi perempuan. (Dok.Pixabay)

Puisi karya W.S. Rendra bertajuk “Aminah” menjadi puisi yang cukup menarik untuk dibahas dan dikritik menggunakan sudut pandang sosialnya. Puisi ini mengisahkan seorang perempuan yang telah terjebak dalam kehidupan menjadi wanita tuna susila karena ia salah memilih jalan hidup.

Perempuan yang pernah memiliki permasalahan harus memiliki hak yang sama rata dalam menjalani kehidupan. Selain itu, perempuan juga harus diberikan ruang agar keberadaannya diakui dan suaranya didengar, sehingga dapat turut andil dalam segala aspek kehidupan.

Namun, bagaimana cara menyikapi seseorang yang telah terjerumus oleh permasalahan sosial menurut puisi W.S. Rendra? Simak sampai habis. 

Begini ceritanya:

Dulu ia adalah bunga desa 

ia harum bagai mawar 

tapi sombong bagai bunga mentari.

Puisi “Aminah” ini menceritakan seorang gadis desa bernama Aminah. Dulunya, Aminah adalah gadis yang cantik dan disebut sebagai ‘Kembang desa’ yang berarti Wanita tercantik di desanya.

Namun, dengan kecantikannya ia malah menjadi seseorang yang sombong. Paras yang cantik tak membuktikan bahwa hatinya juga cantik. Aminah sebagai seorang perempuan yang cantik memanfaatkan kecantikannya untuk mencari kekayaan secara instan. Sebagai manusia yang tak pernah puas, ketika diberi ini ingin meminta itu, ketika sudah mendapatkan sesuatu yang didamakan pasti akan menginginkan sesuatu yang lebih tinggi. 

Bila mandi dikali 

Ia adalah ikan yang indah 

Tubuhnya menyinarkan cahaya tembaga. 

Dan di daratan ia bagai merak 

Berjalan angkuh dan mengangkat mukanya. 

Para pemuda menggadaikan hati untuknya. 

Tapi ia kejam dan tak kenal cinta. 

Dari bait di atas, kecantikan Aminah bersinar bak menyinarkan cahaya tembaga. Tak sedikit para pemuda desa yang ingin meminang Aminah untuk dijadikan pendamping hidup. Namun kesombongan yang dimiliki Aminah seakan membuat pemuda desa enggan lagi untuk memiliki Aminah seutuhnya. 

Ia bayangkan kekuasaan

Ia bayangkan kekayaan

 Ia bayangkan kehidupan putri bangsawan 

Dengan kecantikan yang ia miliki, Aminah menjadi seseorang yang angkuh, ia berkhayal bahwa Wanita cantik seperti dirinya seharusnya pantas memiliki kehidupan yang mewah dengan mencari pasangan hidup yang kaya raya.

Dengan cara ini, maka Aminah akan menjadi seseorang yang kaya raya secara instan. Maka, datanglah seorang lelaki yang didamba-dambakan Aminah dan mengajaknya menikah. Namun, inilah awal mula Aminah memilih jalan yang salah. 

Maka pada suatu ketika 

Seorang lelaki datang dari kota 

Ia kenakan jas woleta 

Dan arloji emas di tangannya

Matanya tak bisa dipercaya. 

Mulutnya bagai serigala 

Dengan gigi caya perak dan mutiara 

Kata-katanya manis bagai lugu air

Pada bait di atas, digambarkan seorang pria yang diimpikan Aminah yang berasal dari kota dan tertempel pernak-pernik mewah di badannya. Namun, di balik penampilan pria yang datang kepada Aminah ini, banyak tetangganya yang mencurigai bahwa lelaki itu disebutnya serigala berbulu domba atau yang berarti pria tersebut sebenarnya tidakah kaya raya.

Akan tetapi, karena Aminah yang telah bersiteguh untuk ingin memiliki kehidupan bak orang kaya, maka ia menerima lamaran dari pria tersebut dan diajaknya Aminah pergi ke kota untuk menikmati harta pria tersebut. 

Karena perawannya telah dikalahkan.

Ketika sepupunya menengoknya ke kota 

Ia jumpai aminah jauh dari mimpinya. 

Hidup di gang gelap dan lembab 

Tiada lagi bunga tapi cendawan. 

Biru pelupuk matanya Mendukung khayal yang lumutan. 

Wajahnya bagai topeng yang kaku 

Karena perawannya telah dikalahkan.

Namun, nasib seseorang tak ada yang tahu, harapan Aminah pun runtuh seketika, ketika ternyata paras cantiknya telah dimanfaatkan oleh pria tadi. Dia tak mendapatkan kehidupan mewah yang didambakan, tinggal di istana, dan menikmati hidup dengan banyak harta, tapi nyatanya ia hidup di gang sempit dan lembab.

Aminah dipekerjakan menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) oleh pria hidup belang. Sepupunya yang mengetahui Aminah tak hidup seperti yang didambakan, akhirnya menceritakan kepada ibu Aminah bahwa anaknya telah menjadi Wanita jalang yang sudah ‘kotor’. Malangnya hidup Aminah membuat hidupnya hancur dan dihina oleh masyarakat bahkan sudah tak diterima dengan keberadaanya. 

“Berilah jalan padanya 

Orang yang naik dari pelimbahan. 

Sekali salah ia langkahkan kakinya 

Dan ia terperangkap bagai ikan dalam bubu. 

Berilah jalan pada kambing hitam. 

Kerna ia telah dahaga padang hijau. 

Berilah jalan pada semangat hilang 

Kerna ia telah dahaga sinar terang”

Pada bait di atas, memiliki makna bahwa setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidupnya, begitu juga dengan kisah Aminah ini. Aminah yang sekalinya melangkah dengan harapan menemukan kehidupan yang diinginkan berubah sekejap menjadi kehidupan yang kelam. Kita seharusnya memberikan dukungan untuk Aminah dengan cara memberikan ruangan untuk beruara, karena Aminah memiliki keinginan untuk kembali ke kehidupan yang baik.  

Aminah yang sebenarnya tak menginginkan dengan jalan hidupnya yang bisa dibilang menjadi ‘rusak’, namun ia harus menghadapi kenyataannya. Hidupnya dihancurkan oleh pria hidung belang yang tak bertanggung jawab.

Aminah memang bersalah, ia memutuskan jalan hidupnya tanpa berpikir secara matang. Namun, masih ada tekad dalam dirinya untuk bangkit dan memulai kehidupan yang lebih baik dan menjadikan masa lalunya sebagai pelajaran hidup.

Puisi ini juga mengingatkan kita bahwa sanksi sosial itu jelas adanya. Setelah seseorang melakukan perbuatan yang buruk, pasti akan ada sanksi sosial yang harus dihadapi. Hal ini terjadi kepada Aminah yang digunjingi oleh tetangganya. 

Manusia dilahirkan dengan keadaaan sosial yang berbeda-beda, ada yang memang terlahir kaya, atau bahkan terlahir miskin. Dalam hal ini, sebenarnya banyak sekali orang-orang yang ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik, dalam hal finansial, pekerjaan atau hannya sekedar ingin hidup berkecukupan.

Jadi wajar saja jika seseorang menginginkan kehidupan yang jauh lebih indah dibandingkan hidupnya saat ini. Seperti Aminah yang terlahir keadaan sosial yang bisa dibilang kelas bawah, ia merasa bahwa hidupnya meningkatkan status sosialnya dengan cara menikah dengan orang kaya dan berharap semua cita-citanya tercapai. 

Melalui karya puisi W.S. Rendra ini, Aminah sebagai perempuan tidak sepantasnya dicaci dan dimaki setelah melakukan perbuatannya, karena perempuan juga memiliki hak untuk bersuara. Apa yang sebenarnya terjadi, mengapa meraka melakukan hal tersebut, dan masih banyak lagi suara yang harus mereka ungkapkan untuk keadilan.

Perempuan adalah pemilik Rahim yang dapat melahirkan generasi-generasi penerus bangsa tidak sepantasnya dijatuhkan. Hak perempuan harus disamakan dengan hak laki-laki dalam menjalankan aspek-aspek kehidupan dan sudah saatnya masyarakat seharusnya mendengarkan suara mereka. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak