Probolinggo, Kota Kecil yang Alami 3 Musim Sekaligus di Bulan Juli

Candra Kartiko | Moch Alfa Alfiansyah
Probolinggo, Kota Kecil yang Alami 3 Musim Sekaligus di Bulan Juli
Sudut Kota Probolinggo (probolinggokota.go.id)

Bulan Juli menandai bahwa tahun 2023 sudah setengah jalan. Waktu tak terasa cepat berlalu, di mana banyak momen yang telah tercipta selama setengah tahun ini. Bulan Juli juga merupakan masa di mana musim panas mulai menuju puncaknya, dimana cahaya matahari telah dianggap sebagai teman sehari-hari.

Di sebuah daerah di Jawa Timur, rupanya bulan Juli adalah bulan yang istimewa. Bukan hanya cuaca yang makin panas, namun daerah tersebut mengalami fenomena tahunan yang hanya dapat ditemui di sana. Uniknya, fenomena tersebut tidak hanya satu, namun tiga sekaligus dan terjadi secara bersamaan.

Daerah tersebut adalah Probolinggo, sebuah daerah administratif yang terdiri dari sebuah kota dan kabupaten. Meskipun namanya tak begitu terkenal, namun Probolinggo ternyata memiliki keunikan tersendiri yang tak terlepas dari letak geografisnya yang menjadi penghubung menuju Jawa Timur bagian timur dan demografinya yang merupakan blasteran Jawa-Madura. 

BACA JUGA: Review Buku Guru Posting Berdiri Murid Update Berlari, Potret Sekolah Ideal

Di bulan Juli, Probolinggo menjadi daerah yang spesial mengingat terdapat tiga musim yang ada di sana. Berikut ini penjelasannya.

1. Musim Angin Gending

Bulan Juli adalah masa-masa awal berhembusnya Angin Gending, angin lokal Probolinggo. Angin Gending merupakan angin yang berhembus dengan kecepatan 20-30 knot yang dipengaruhi adanya perbedaan suhu udara antara daerah dataran tinggi dengan dataran rendah atau pesisir. 

Dalam ilmu klimatologi, Angin gending disebut angin geurutee. Adapun nama Gending sendiri merupakan daerah yang menjadi perbatasan antara dataran rendah dan dataran tinggi yang diyakini menjadi asal dari angin tersebut.

Angin Gending biasa berhembus pada musim kemarau dan sifatnya panas dan kering. Angin ini sejenak dapat menyejukkan suasana dan mengurangi panasnya udara. 

BACA JUGA: Wisata Banyu Mili Wonosalam, Cocok Dikunjungi untuk Menghilangkan Penat

2. Musim Sakit

Bulan Juli dipercaya sebagai pancaroba atau bagian dari pergantian musim hujan ke kemarau, dimana cuaca menjadi tidak menentu dan cepat berubah. Hal tersebut juga diperparah dengan adanya Angin Gending yang juga dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan.

Hal tersebut membuat banyak masyarakat Probolinggo yang tumbang di bulan Juli. Penyakit yang diderita pun sama dan untungnya tidak tergolong penyakit berbahaya. Rata-rata dari mereka mengeluhkan gejala badan meriang, pusing, demam, batuk, dan pilek yang memang merupakan adaptasi terhadap perubahan lingkungan. 

BACA JUGA: Meta Meluncurkan Threads: Pesaing Baru untuk Twitter

3. Musim Koleman

Koleman adalah istilah menyumbang uang pada acara pernikahan. Dengan kata lain, bulan Juli adalah musimnya orang menikah. Hal ini tak terlepas dengan bulan Juli tahun ini yang bertepatan dengan bulan Zulhijjah atau bulan haji yang diyakini masyarakat Probolinggo sebagai waktu yang pas untuk melangsungkan janji suci sehidup semati.

Alhasil, bulan Juli di Probolinggo pun ramai dengan resepsi pernikahan, baik yang digelar di gedung, rumah, maupun jalan umum. 

Dalam resepsi tersebut, para tamu tentunya akan memberikan sejumlah uang dalam amplop sebagai tanda ucapan selamat. Adapun yang menjadi perhatian adalah tradisi Koleman di bulan Juli berubah menjadi sebuah rutinitas karena hampir setiap hari ada saja undangan resepsi. Ya, tradisi Koleman lumayan menguras kantong juga.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak