Melalui buku Sejarah Lengkap Islam Jawa ini, Husnul Hakim selaku penulis mengulik secara lengkap penyebaran agama Islam di tanah Jawa, baik yang non efektif maupun yang efektif. Lalu, mengungkap genealogi Islam di Jawa, sebelum Wali Songo dan ketika Wali Songo. Serta menjelaskan Islam tradisi sebagai model keislaman masyarakat Jawa.
Islamisasi efektif pertama di pulau Jawa dimulai pada sekitar tahun 1440 masehi di saat rombongan dari Champa yang dipimpin oleh dua orang saudara putra Syeikh Ibrahim as-Samarqandi, yakni Sayyid Ali Rahmatullah dan Sayyid Ali Murtadha, tiba di Jawa. Mereka yang pertama kali memulai dakwah Islam di tanah Jawa secara masif, terorganisir, dan sistematis.
BACA JUGA: Potensi Manusia Tidak Terbatas dalam Buku 'It's Showtime!'
Putra-putri, menantu, kemenakan, kerabat, serta santri-santri kedua Sayyid keturunan Rasulullah tersebut tersebar ke seluruh Jawa-Madura, bahkan juga ke Kalimantan, Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan wilayah-wilayah lain di luar Jawa dalam usaha islamisasi secara sistematis.
Dakwah mereka mampu mengubah tatanan sosial Jawa secara khusus dan Nusantara secara umum yang pada awalnya berbasiskan pada nilai-nilai Hindu-Budha dan animisme-dinamisme menjadi berbasiskan pada nilai-nilai Islam.
Husnul Hakim dalam buku terbitan Laksana (2022) ini menyebut, islamisasi yang dilakukan oleh Sayyid Ali Rahmatullah dan Sayyid Ali Murtadha diuntungkan oleh situasi dan kondisi. Bibi mereka diperistri oleh Raja Majapahit, penguasa Nusantara kala itu. Hal ini menjadi sangat menguntungkan. Rombongan keduanya berangkat ke Kerajaan Majapahit dan diterima dengan baik.
Kemudian Sayyid Ali Rahmatullah diangkat sebagai imam di Surabaya sekaligus dijadikan menantu oleh Adipati Surabaya, Arya Lembu Sura. Sayyid Ali Rahmatullah lantas mendirikan masjid dan pesantren di Ampeldenta, lalu masyarakat menggelarinya Sunan Ampel.
BACA JUGA: Review Buku Guru Posting Berdiri Murid Update Berlari, Potret Sekolah Ideal
Sedangkan Sayyid Ali Murtadha diangkat sebagai imam di Gresik dengan gelar Raja Pandhita (Raden Santri). Beliau menyebarkan Islam di kawasan Gresik dan digelari oleh penduduk sebagai Sunan Gisik.
Dari dakwah keduanya, Islam kemudian dianut oleh kalangan elite pribumi di lingkungan keluarga Raja Majapahit, selanjutnya dianut secara luas oleh masyarakat umum pribumi.
Lebih lanjut, penulis mengungkapkan bahwa Wali Songo dan penyebar-penyebar Islam lainnya di Jawa merupakan putra-putri, cucu, menantu, besan, dan santri-santri Sunan Ampel dan Sunan Gisik. Misalnya, Sunan Drajat (Raden Qasim) merupakan putra Sunan Ampel; Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim) adalah putra Sunan Ampel; Sunan Giri (Raden Paku) merupakan santri Sunan Ampel; Sunan Kalijaga (Raden Syahid) adalah santri Sunan Ampel; Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayat) juga merupakan santri Sunan Ampel; dan Sunan Kudus (Raden Ja'far Shadiq) adalah cucu Sunan Gisik.
Membaca buku ini, kita dapat mengetahui metode penyebaran Islam yang efektif sehingga mudah diterima oleh masyarakat, serta juga mengetahui silsalah para penyebar Islam di tanah Jawa yang dikenal dengan sebutan Wali Songo.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS