Semua orang pasti pernah merasa kesepian. Bahkan, orang yang mengaku introvert sekalipun pasti pernah merasakan kesepian di satu titik dalam hidupnya. Pada dasarnya, manusia tidak bisa lari dari kesepian. Mungkin, salah satu buku "Loneliness is My Best Friend" karya Alvi Syahrin ini dapat membantu kamu untuk keluar dari perasaan kesepian.
Identitas Buku
Judul Buku: Loneliness is My Best Friend
Penulis: Alvi Syahrin
Penerbit: Alvi Ardhi Publishing
Jumlah Halaman: 306 Halaman
Isi dan Sinopsis Buku
- Jujur, aku gak merasa punya teman
- Aku cuma butuh teman cerita, satu aja
- Sekarang, aku seseorang tanpa circle
- Aku selalu jadi opsi kedua di hidup orang
- Latihan berteman dengan diri sendiri
- Jadi dewasa itu sepi, ya
- Introver dan ekstrover yang kesepian
- Keluargaku nggak sehangat keluarga lain
- Kayaknya, nggak ada yang sayang sama aku
- Aku nggak pernah punya kisah cinta
- Sekarang, aku memilih menutup diri
- Cara paling ampuh berdamai dengan kesepian
Ulasan Buku
Rasa sepi tentu menjadi salah satu alasan mengapa kamu tertarik dengan buku ini. Pada intinya, tidak ada satu pun orang yang tidak pernah kesepian. Bahkan, di tengah keramaian sekalipun, misal seperti di kafe, pasar, bioskop, bahkan di tengah keramaian kota, rasa sepi bisa tiba-tiba datang tanpa diundang.
Melalui buku seri kedua dari series Self-Healing ini, penulis berusaha menjadi teman untuk pembaca. Melalui kata-kata yang sederhana, ia berusaha hadir menjadi teman di kala kesepian.
BACA JUGA: Ulasan Buku Yang Telah Lama Pergi: Kisah Balas Dendam Dibalut Latar Klasik Abad ke-13
Sesuai dengan isi buku yang telah disebutkan di atas, buku ini membahas berbagai hal tentang kesepian. Mulai dari perasaan sepi karena tidak memiliki teman, hingga cara berdamai dengan rasa sepi.
Semakin dewasa seseorang, circle atau pertemanan rasanya semakin mengecil, bahkan hampir tidak ada yang tersisa. Sangat berbeda dengan masa sekolah dulu, ketika kita setiap hari bertemu dengan teman dan menghabiskan waktu bersama di sekolah.
Semakin dewasa seseorang, tuntutan dan tekanan juga semakin besar. Hal ini seiring dan sejalan dengan perasaan sepi yang semakin mengkungkung. Perasaan dinomorduakan dan tidak dianggap seakan sudah menjadi teman sehari-hari.
Buku ini bisa menghadirkan semacam ‘teman’ dengan cara yang unik. Tidak dengan cara bertemu, berkenalan, lalu saling mengobrol dan bertukar sapa, tetapi berteman melalui tulisan. Melintasi waktu, ruang, dan perasaan.
Penlis sendiri menawarkan pertemanan unik ini sejak halaman awal. Jadi pembaca tidak perlu khawatir merasa digurui, diajari, atau diberi nasihat ini-itu untuk bisa mengatasi rasa sepi.
Setiap orang mungkin punya teman, sahabat, atau seseorang yang bisa diajak curhat tentang sesuatu, tapi semua ada batasnya. Ada beberapa topik yang terasa sulit dibicarakan. Hingga akhirnya cuman bisa dipendam seorang diri.
Beberapa chapter dalam buku ini mungkin cukup ‘relate’ dengan apa yang tidak bisa kamu curhatkan dengan orang lain. Jadi, melalui buku ini, kamu bisa jujur dan bersikap terbuka kepada diri sendiri tanpa harus merasa mau atau takut di-judge orang lain.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS