Ulama Syaikhana Muhammad Kholil Bangkalan yang merupakan guru para kiai Nusantara, ulama Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari yang menjadi pencetus organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, tentu telah banyak meraup cahaya pengetahuan kepada para ulama di berbagai pondok pesantren dan majelis ilmu.
Identitas Buku
Judul Buku: Sang Guru
Penulis: Nur Rokhim
Penerbit: Diva Press
Cetakan: I, Agustus 2023
Tebal: 100 halaman
ISBN: 978-623-189-245-4
Ulasan Buku
Siapa tak mengenal kisah hidup dan kiprah dari Syaikhana Muhammad Kholil Bangkalan, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Saleh Darat, KH Bisri Syansuri, KH As’ad Syamsul Arifin, KH Ma’shum Lasem, KH Ihsan Jampes, dan KH Dalhar Watucongol?
Dalam buku Sang Guru ini, pembaca dapat mengetahui lalu meneladani semangat ulama Nusantara dalam berpetualang mencari ilmu, terlebih dari Kiai Kholil Bangkalan dan Kiai Hasyim Asy’ari. Sejak kecil, Kiai Kholil haus terhadap ilmu pengetahuan, terutama ilmu fiqh dan nahwu. Saking giatnya belajar, sejak usia muda ia sudah berhasil menghafal dengan baik kitab Nazham Alfiyah Ibnu Malik.
Tahun 1850-an, Kiai Kholil mengawali pengembaraan intelektualnya ke Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Setelah itu, ia kemudian pindah ke Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Dari Pesantren Cangaan, ia pindah lagi ke Pondok Pesantren Keboncandi. Selama di Pesantren Keboncandi, ia juga belajar kepada Kiai Nur di Pondok Pesantren Sidogiri.
Beliau lalu berangkat belajar ke Makkah pada tahun 1276 H/1859 M. Di Makkah, ia tetap menjalani hidupnya dengan mandiri tanpa menggantungkan hidupnya kepada orang lain maupun kepada orangtuanya. Demi mencukupi kebutuhan sehari-hari, Kiai Kholil memilih menjadi menyalin kitab-kitab yang diperlukan oleh para pelajar.
Demikian pula dengan Kiai Hasyim, kendati tergolong keturunan ulama dan bangsawan, ia tidak menjadi sosok yang berleha-leha, foya-foya, dan membanggakan kedua orangtua. Sejak kecil, berkat didikan Kiai Usman, Kiai Hasyim terbiasa mencari nafkah sendiri dengan cara bertani dan berdagang. Kemudian uang yang didapatnya digunakan untuk menuntut ilmu.
Sebab didorong dengan kecintaan terhadap ilmu, sejak berusia 15 tahun Kiai Hasyim mulai melakukan pengembaraan ke Pesantren Wonorejo, Jombang. Setelah itu, melanjutkan pengembaraannya ke Pesantren Wonokoyo, Probolinggo dan Pesantren Trenggilis. Lalu ke Pesantren Langitan, dan lanjut berguru kepada Kiai Kholil Bangkalan.
Petualangan intelektual Kiai Hasyim kemudian berlanjut ke Pesantren Siwalan, Panji, Sidoarjo yang diasuh oleh Kiai Ya’kub selama 5 tahun, sehingga akhirnya ia dijadikan menantu Kiai Ya’kub dengan dinikahkan dengan putrinya yang bernama Khadijah. Lalu ia berangkat lagi menuntut ilmu ke Makkah. Setelah itu, Kiai Hasyim pulang ke kampung halamannya di Jombang dan mendirikan Pesantren Tebuireng.
Selain memuat perihal masa belajar Syaikhana Muhammad Kholil Bangkalan dan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, buku ini juga menguak kisah masa kecil, masa tua, dan akhir hayat ulama keramat Nusantara lainnya, seperti Kiai Saleh Darat, Kiai Wahab Hasbullah, Kiai Bisri Syansuri, Kiai Abdullah Ridwan, Kiai Ihsan Jampes, dan lain sebagainya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS