Etiket atau sopan santun menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah pergaulan. Entah itu pergaulan di tengah keluarga, teman, rekan kerja, hingga masyarakat secara umum. Orang yang tidak memiliki sopan santun biasanya akan sulit diterima kehadirannya oleh orang lain.
Bicara tentang etiket, buku berjudul ‘Etiket dan Netiket, Sopan Santun dalam Pergaulan dan Pekerjaan’ karya Marulina Pane (Kompas, 2016) bisa kita jadikan sebagai pegangan dalam membangun pergaulan yang menyenangan bersama orang-orang di sekitar kita, termasuk dalam lingkungan pekerjaan.
Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa sopan santun ala tradisional yang kita pelajari (dan sangat bagus) belum mencakup banyak aspek. Karena itu, etiket yang dibakukan secara internasional lebih diterima oleh banyak orang di dalam pergaulan, termasuk di dunia kerja.
Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, aspek yang dinilai oleh perusahaan terhadap calon atau karyawannya juga semakin banyak. Termasuk pengetahuan tentang etiket: mulai dari cara berpakaian, menyapa (siapa yang mau menerima sekretaris yang cara bicaranya ‘norak’ di telepon?), hingga menghadiri jamuan bergaya fine dining, atau banquet, di mana meja ditata dengan begitu banyak model pisau, sendok, garpu, dan gelas (siapa tahu Anda beruntung mencapai posisi yang harus mewakili perusahaan dalam berbagai undangan). Setiap perusahaan tentu mengharapkan karyawannya representatif, menampilkan citra yang positif (hlm. ix+x).
Marulina Pane menyimpulkan, etiket adalah suatu tata cara yang baik (good manners) yang menciptakan kenyamanan antara kita dan lingkungan. Etiket berasal dari bahasa Prancis, etiquette, yang diberlakukan awalnya di kalangan kerajaan, dan kalangan atas. Dianggap suatu tata cara yang baik, kemudian diterapkan di dalam lingkup sosial lebih luas.
Salah satu bentuk sopan santun yang dibahas dalam buku ini terkait sikap tubuh ketika kita berada di hadapan orang lain atau tempat umum. Gaya duduk wanita di tempat umum antara lain: tegakkan bagian torso dan kepala. Rapatkan paha dan lutut. Dapat saling menyilangkan kedua tumit kaki, atau bagian lutut ke bawah miring ke kiri atau ke kanan. Cara duduk seperti ini terutama bila mengenakan kain kebaya/pakaian tradisional, dan rok pendek. Bukan berarti bila mengenakan pantalon leluasa merenggangkan paha dan kaki.
Sementara gaya duduk pria di depan umum antara lain: tegakkan bagian torso (punggung serta dada) dan kepala. Luruskan kaki ke lantai. Hindari cara berduduk bersilang lutut ketika sedang diwawancarai saat melamar pekerjaan, juga ketika mewawancarai seseorang, dan ketika menemui orang terhormat. Hindari juga duduk dengan posisi: tumit dan telapak kaki yang satu pada lutut kaki lainnya. Cara duduk seperti ini dianggap tidak sopan bila berhadapan dengan orang lain. Dapat Anda lakukan saat suasana santai (hlm. 10-11).
Semoga kehadiran buku ini dapat menambah pengetahuan kita terkait cara bergaul yang baik, di dunia nyata maupun di dunia maya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.