Ulasan Buku 'Cerita Mamah Muda: Yang Ketiga', Ketika Cinta Dimiliki Bertiga

Hayuning Ratri Hapsari | Akramunnisa Amir
Ulasan Buku 'Cerita Mamah Muda: Yang Ketiga', Ketika Cinta Dimiliki Bertiga
Sampul buku Yang Ketiga (Gramedia)

Akhir-akhir ini, berita mengenai perselingkuhan tengah menjadi sesuatu yang ramai dibincangkan, khususnya di media sosial. Terkait dengan hal tersebut, saya jadi tertarik membaca buku kumpulan cerita pendek dari serial Cerita Mamah Muda yang berjudul Yang Ketiga ini. 

Buku ini ditulis oleh 6 penulis perempuan. Yakni Lea Agustina Citra, Ken Terate, Ruwi Meita, Mia Arsjad, Donna Widjajanto, dan Christina Tirta.  

Buku ini memberikan gambaran mengenai dunia pernikahan dan orang ketiga yang sering kali menjadi ujian bagi rumah tangga, utamanya pasangan muda.

Saat-saat awal menjalani komitmen dalam pernikahan, kita sering kali terjebak dalam delusi sehingga tidak mampu berpikir jernih ketika memutuskan untuk menikah.

Mungkin karena terlanjur bucin, merasa sangat bergantung dengan pasangan, atau karena memang melihat bahwa kita sudah menemukan orang yang tepat.  

Hingga hari demi hari, kita dihadapkan dalam realita pernikahan yang tidak hanya sekedar berisi hal-hal manis dan romantis.

Tapi juga banyaknya ujian yang sering kali berasal dari ketidakmampuan berkomunikasi yang baik dengan pasangan, ketidakcocokan, atau yang paling tragis, ketika salah satunya bertemu dengan orang ketiga yang membuatnya berpaling. 

Saat membaca cerita-cerita rumah tangga yang ada di buku ini, satu benang merah yang bisa saya simpulkan adalah betapa tidak mudahnya menjadi seorang perempuan yang menjadi istri sekaligus ibu.

Ketika harus berhadapan dengan perceraian, seorang perempuan berada pada posisi sulit antara status janda dan stigma negatifnya, nasib anaknya di masa depan, hingga tuntutan sosial.

Namun bertahan dalam pernikahan yang toxic karena alasan-alasan tersebut justru membuat para perempuan ini semakin menderita. 

Buku ini menyajikan 6 cerita dari berbagai sudut pandang seorang perempuan. Mulai dari mereka yang selingkuh maupun yang diselingkuhi, hingga sudut pandang seorang perempuan yang memilih menjadi pelakor.

Semuanya tidak mudah. Dan semuanya punya alasan yang kuat tentang pilihan yang mereka ambil. 

Sebagai masyarakat awam, kita sering kali hanya men-judge perempuan-perempuan ini berdasarkan norma sosial dan penggalan gosip yang beredar. Tanpa tahu betul bagaimana rasanya berada di posisi mereka.  

Kumpulan cerpen ini bikin saya turut empati dengan tokoh-tokoh perempuan yang boleh jadi benar-benar eksis di dunia nyata.

Buku ini memberikan pelajaran kepada pembaca, bahwa menikah itu tidak melulu soal cinta. Tapi tentang bagaimana membangun sebuah komitmen.

Agar apa pun godaan yang ada di luar sana tidak membuat kita mudah goyah dengan rumah tangga yang sudah berupaya dibangun bersama.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak