“The Khilafa” adalah bagian terakhir dari trilogy karangan Zaynur Ridwan. Buku ini menceritakan perjalanan wartawan asal Bandung bernama Bumi. Saat itu ia terjebak di Palestina karena mengalami kecelakaan saat tour wisata religi di tempat-tempat bersejarah.
Keadaan ini pun membuatnya bertemu dengan Syaikh Naggar, orang yang menjadi narasumber bagi pembaca tentang kondisi sesungguhnya yang terjadi di Palestina.
Ada kutipan yang juga menjadi pemikiran saya selama ini:
"Tidak seorang Palestina pun pernah meminta kepada Tuhan untuk dilahirkan di Gaza. Allah memilih mereka dan menempatkan mereka disini. Allah memilih aku, Allah memilih kamu. Ketika kau lahir di Indonesia dan menikmati masa kecilmu dengan bahagia maka itulah pilihan hidupmu. Tapi pernahkan kau membayangkan bahwa seumur hidup kau akan tinggal di balik tembok batu dan baja?"
Keadaan ini mungkin tidak banyak diketahui karena jarang terekspos media atau justru sengaja disembunyikan dari dunia.
Bagian yang saya suka dari buku ini adalah bahasanya yang ringan dan menarik. Bahkan dibanding Novus Ordo Sclorum" dan "Greatest Design", “The Khilafa” ini lebih mudah untuk dipahami.
Namun sekaligus banyak informasi yang disampaikan melalui riset yang tidak main-main. Sehingga wawasan, hati, dan pikiran menjadi lebih terbuka setelah membaca buku ini. Terlebih karena adanya konspirasi Israel-Amerika dan rencana besar mereka terhadap Palestina.
Bagi yang mengetahui alasan Zionis dalam menyerang Palestina, kalian akan menemukan jawabannya di sini. Dimana kemanusiaan kita akan teriris melihat kekejaman mereka pada rakyat Palestina. Lalu Palestina yang tetap berjuang dalam menghadapi semua cobaan ini. Kemudian penyebab konspirasi pada kaum muslimin pun akan dikupas dalam buku ini.
Saya suka cara penulis yang menunjukkan posisi Palestina bahwa ternyata mereka sangat penting dan berharga bagi Israel dan negara sekutu lainnya. Bahkan mereka sampai tega menghalalkan segala cara untuk merebut Palestina dari umat Islam.
Selain itu, dialog para tokohnya pun menggambarkan karakternya yang kuat. Seperti misalnya agen intelijen dan pihak-pihak sekutu.
Akhir kata, membaca “The Khilafa” sudah selayaknya menonton film thriller. Saya juga jadi semakin tahu kalau ternyata Israel sangat takut pada islam sehingga mereka ingin menjatuhkan agama melalui perang, baik fisik maupun pemikiran.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS