Habiburrahman El Shirazy dikenal sebagai salah satu penulis dengan karyanya yang selalu fenomenal, sebut saja Ayat-Ayat Cinta. Beliau selalu menciptakan tokoh-tokoh ikonik dan berhasil membuat pembaca hanyut dalam karya-karya indah. Bumi Cinta yang satu ini juga tidak kalah seru dan membuka wawasan.
Identitas Buku
Judul Buku: Bumi Cinta
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Penerbit: Author Publishing
Jumlah Halaman: 546 Halaman
Sinopsis Novel ‘Bumi Cinta’
Apa jadinya jika seorang santri salaf, bernama Muhammad Ayyas, hidup di negeri paling menjunjung tinggi seks bebas dan pornografi, Rusia? Akankah iman dan kehormatannya dipertaruhkan demi memenuhi hasrat duniawi nonik-nonik muda Moskwa, yang kecantikannya tiada tara?
Ulasan Novel ‘Bumi Cinta’
Terakhir kali membaca karya Habiburrahman El Shirazy atau yang akrab disapa Kang Abik ini adalah ketika aku masih duduk di bangku SMA beberapa tahun yang lalu. Karya beliau yang aku baca saat itu adalah Ayat-Ayat Cinta.
Masih sama seperti pengalaman membaca Ayat-Ayat Cinta, di Bumi Manusia ini aku juga menemukan sebuah tulisan yang mampu menggugah jiwa. Tokoh Ayyas, seperti dijelaskan oleh Kang Abik pada bagian buku ini, merupakan representasi dari hasil tadabbur beliau atas QS. Al Anfal [8]: 45-47.
Ayyas digambarkan sebagai tokoh yang berusaha memegang teguh firman Allah ketika menghadapi ujian yang mahaberat. Kota Moskwa yang merupakan pusat kehidupan seks bebas dan pornografi menjadi latar tempat Ayyas harus berjuang melawan segala ujian yang menderanya dalam bentuk perempuan-perempuan Rusia yang sangat cantik bak bidadari.
Novel ini ditulis menggunakan sudut pandang orang ketiga, bukan sudut pandang orang pertama dari sisi tokoh utama. Meski demikian, pembaca tetap bisa ikut merasakan kecemasan Ayyas saat tahu bahwa ia harus tinggal satu apartemen dengan dua perempuan asing yang tidak dikenalnya, sampai perasaan halus yang mulai tumbuh ketika Ayyas berinteraksi dengan beberapa perempuan Rusia di sekitarnya.
Aku suka dengan karakter Ayyas yang sangat menjunjung tinggi toleransi beragama. Ia tidak memaksakan ajaran Islam kepada orang-orang di sekitarnya. Tujuan utama Ayyas ke Rusia adalah untuk mencari data terkait penelitiannya tentang Sejarah Islam. Karena satu dan lain hal, sang pembimbing menyerahkan Ayyas untuk dibimbing oleh seorang doktor perempuan muda bernama Anastasia.
Interaksi keduanya cukup menghibur. Anastasia rupanya jatuh cinta pada pemuda Indonesia yang memiliki sikap sopan itu. Sayangnya mereka berdua memiliki keyakinan yang berbeda. Meski demikian, apa yang aku khawatirnya ternyata tidak terjadi.
Alur cerita yang cukup susah ditebak karena ternyata Ayyas tidak berakhir dengan doktor Anastasia. Padahal aku sudah bersiap-siap naik kapal mereka. Bagian ini juga yang menjadi pertanyaan terbesarku setelah menyelesaikan buku ini. Bagaimana nasib perasaan doktor Anastasia terhadap Ayyas?
Ada banyak hikmah yang bisa diambil dari kisah hidup Ayyas dan para tokoh yang ada di novel ini. Bahkan menurutku, kisah hidup tokoh lainnya lebih dahsyat dan lebih menarik, terutama ketika mereka akhirnya mendapat hidayah.
Tidak salah memang buku ini disebut sebagai novel pembangun jiwa.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS