Regis Machdy dan 'Loving The Wounded Soul': Cara Baru Memahami Depresi

Sekar Anindyah Lamase | Ruslan Abdul Munir
Regis Machdy dan 'Loving The Wounded Soul': Cara Baru Memahami Depresi
Buku Loving the Wounded Soul Karya Regis Machdy (Dok. Pribadi/Ruslan Abdul Munir)

Buku Loving The Wounded Soul karya Regis Machdy mengajak pembaca untuk memahami depresi dari perspektif yang lebih intim dan mendalam. Bukan hanya sebagai penyakit mental yang misterius, tetapi juga sebagai pengalaman manusiawi yang dapat dipahami dan didekati dengan cinta kasih serta kesadaran diri.

Regis Machdy sendiri adalah seorang penyintas depresi sejak ia berusia dua belas tahun, sehingga dalam buku ini dirinya banyak menceritakan perjalanannya selama mengalai depresi tersebut. Buku ini menyoroti berbagai aspek terkait depresi, mulai dari faktor penyebab hingga cara menanganinya berdasarkan sudut pandang pengalaman penulis.

Selain itu, buku ini juga banyak didukung oleh landasan akademis dan teoritis yang jelas sehingga kecil kemungkinan terdapat mis informasi bagi pembacanya. Berikut adalah ulasan tentang depresi yang dapat membuat kamu lebih tau tantang salah satu penyakit mental ini berdasarkan pemaparan dari buku Loving The Wounded Soul.

1. Depresi Sebagai Penyakit Mental yang Nyata

Depresi bukan sekadar perasaan sedih yang biasa dialami setiap orang. Dalam buku ini, Regis Machdy menjelaskan bahwa depresi adalah sebuah penyakit mental yang nyata dan sangat kompleks. Bahkan yang paling parah adalah depresi ini bisa menyebabkan seseorang ingin mengakhiri hidupnya.

Orang yang mengalami depresi seringkali kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari, merasa lelah tanpa alasan jelas, dan sulit merasa bahagia meski dalam situasi yang menyenangkan. Lebih jauh lagi, depresi mempengaruhi fisik dan emosional seseorang sehingga perlu diatasi dengan bantuan profesional.

Depresi ini bisa dikatakan sebagai masalah yang serius sehingga penanganannya tidak bisa dilakukan oleh diri sendiri. Alangkah baiknya kita berkonsultasi dengan seseorang yang ahli pada bida tersebut agar kita mendapatkan treatment yang sesuai dengan kebutuhan diri sendiri saat mengalami depresi.

2. Faktor Internal Penyebab Depresi

Depresi dapat dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor internal. Ini mencakup gangguan kimia di otak, ketidakseimbangan hormon, kepribadian, hingga trauma masa lalu yang membekas dan mempengaruhi kondisi emosional seseorang.

Dalam Loving The Wounded Soul, Regis Machdy membahas bagaimana pengalaman hidup, terutama yang meninggalkan luka batin seperti toxic relationship, dapat memicu atau memperparah kondisi depresi seseorang. Kondisi ini seringkali diperparah oleh perasaan tidak berdaya atau gagal, yang membuat seseorang terjebak dalam siklus perasaan negatif.

3. Faktor Eksternal Penyebab Depresi

Selain faktor internal, depresi juga bisa dipicu oleh faktor eksternal. Hal ini termasuk tekanan dari lingkungan sosial budaya, kehilangan orang terkasih, atau masalah keuangan. Regis Machdy menekankan bahwa lingkungan sosial kita memiliki peran penting dalam kesehatan mental kita.

Lingkungan yang toksik, perlakuan buruk dari orang-orang terdekat, atau tuntutan yang terlalu berat dalam berbagai hal bisa memicu depresi. Buku ini mengajak kita untuk lebih peka terhadap lingkungan dan situasi yang bisa memperburuk kesehatan mental.

4. Depresi Bisa Terjadi pada Siapa Saja

Salah satu pesan penting dari buku ini adalah bahwa depresi tidak memandang usia, status sosial, atau latar belakang seseorang. Setiap orang, termasuk mereka yang terlihat sukses atau bahagia dari luar, bisa saja berjuang melawan depresi.

Buku ini juga menekankan bahwa depresi tidak memandang gender. Wanita memang lebih berisiko terkena depresi, namun faktanya kasus pria ternyata yang paling banyak melakukan bunuh diri akibat depresi bidandingkan dengan wanita. Hal ini menunjukan bahwa depresi tidak pandang bulu.  

Regis Machdy menjelaskan bahwa banyak orang yang tampak baik-baik saja sebenarnya mengalami luka batin yang mendalam. Oleh karena itu, sangat penting untuk tidak menyepelekan atau mengabaikan tanda-tanda depresi, baik pada diri sendiri maupun orang-orang terdekat kita.

5. Stigma Negatif Terhadap Orang yang Mengalami Depresi

Salah satu tantangan terbesar dalam mengatasi depresi adalah stigma negatif yang masih melekat pada masyarakat saat ini. Banyak orang yang merasa malu untuk mengakui bahwa mereka sedang mengalami depresi karena takut dianggap lemah, tidak normal, bahkan dinilai tidak punya iman dan jauh dari agama.

Padahal, hal itu hanya sebuah stigma yang dilandasi dengan ketidaktahuan tanpa adanya landasan ilmiah dan akademik yang jelas. Regis Machdy juga menceritakan bahwa dirinya terlahir dari latar belakang keluarga yang taat beragama. Pandangannya terhadap beragama yang membuatnya bergama dengan ekstrinsiklah yang menyebabkan dirinya mengalami depresi.

Orientasi intrinsik merujuk pada pendekatan spiritual atau keagamaan yang tulus dan mendalam. Seseorang yang memiliki orientasi intrinsik beragama melihat agama sebagai nilai inti yang mengarahkan seluruh aspek kehidupannya.Mereka menghayati kepercayaan agama sebagai bagian penting dari identitas dan panduan hidup, termasuk dalam menghadapi masalah seperti depresi

Sebaliknya, orientasi ekstrinsik merujuk pada penggunaan agama lebih sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan lain, seperti status sosial, dukungan komunitas, atau kenyamanan pribadi. Seseorang dengan orientasi ekstrinsik mungkin menggunakan agama untuk tujuan eksternal, seperti mencari pengakuan atau hubungan sosial, tanpa menghayati nilai-nilai spiritualnya secara mendalam.

6. Cinta Kasih sebagai Bentuk Self Love untuk Menangani Depresi

Dalam bagian akhir bukunya, Regis Machdy menawarkan pendekatan yang penuh cinta kasih sebagai salah satu cara untuk merawat diri ketika mengalami depresi. Cinta kasih terhadap diri sendiri atau self love adalah langkah penting dalam proses penyembuhan.

Metode ini sangat sederhana dan dapat kita lakukan setiap hari dengan mengucapkan kalimat-kalimat positif pada diri sendiri seperti "hari ini saya akan bahagia", "saya sudah melakukan yang terbaik untuk diri saya", dan lain sebagainya. Intinya selalu memberikan afirmasi positif terhadap diri sendiri.

Menurut Machdy, dengan mencintai diri sendiri, kita dapat menerima kelemahan dan kekurangan kita tanpa menghakimi diri terlalu keras. Ini juga termasuk memberi diri kita waktu untuk pulih, berhenti sejenak dari tekanan, dan meminta bantuan ketika diperlukan. Menerima diri dan memperlakukan diri dengan penuh cinta kasih adalah langkah awal untuk bangkit dari luka batin yang mendalam.

Secara keseluruhan Regis Machdy mengajak pembaca untuk memahami bahwa depresi adalah penyakit yang kompleks dan bisa dialami siapa saja, tetapi juga bisa diatasi dengan dukungan dan pemahaman yang tepat. Dengan membuka diri untuk menerima dan merawat luka batin, kita bisa belajar untuk mencintai diri sendiri dan kembali menemukan semangat dalam hidup.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak