Ulasan Buku 'Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi': Koreksi sebelum Beraksi

Rendy Adrikni Sadikin | Fathorrozi 🖊️
Ulasan Buku 'Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi': Koreksi sebelum Beraksi
Buku Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi karya Seno Gumira Ajidarma.(iPusnas)

Buku Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi karya Seno Gumira Ajidarma ini memuat 13 judul cerpen yang tentu kesemuanya merupakan cerita pendek pilihan, memukau dan memikat para pembaca. Seluruh cerita yang terhimpun di dalam buku ini telah dimuat di media massa terkemuka.

Cerpen-cerpen tersebut berjudul Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (1990), Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (2017), Duduk di Tepi Sungai, Bibir yang Merah, Basah, dan Setengah Terbuka, Bayang-Bayang Elektra, Mestikah Kuiris Telingaku Seperti Van Gogh?, Duduk di Depan Jendela, Kriiiingngngng!, Lambada, Guru Sufi Lewat, Midnight Express, Segitiga Emas, dan Seorang Wanita di Sebuah Loteng.

Terdapat dua judul yang sama dalam buku dengan tebal 212 halaman ini, yakni Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi. Meski sama, keduanya pun berbeda. Selain berbeda tahun penggarapan, juga beda jumlah kata. Sebab, salah satunya merupakan sebuah prosa yang berasal dari skenario film televisi.

Pada cerpen bertajuk Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, melukiskan seorang perempuan seksi yang dianggap biang keresahan para suami di kampung itu. Hingga pada suatu waktu Pak RT dengan didampingi hansip datang ke rumah perempuan bertubuh sempurna tersebut untuk meminta agar tidak menyanyi saat mandi.

Mulanya Pak RT dan hansip itu datang pada saat perempuan bernama Zus itu mandi di kamar mandi. Seperti biasanya, saat mengguyurkan air ke tubuhnya, Zus menyanyi dengan suara serak-serak basah. Suara itu membangkitkan imajinasi para suami warga kampung ke hal yang tidak-tidak, membayangkan adegan-adegan erotis. Bahkan, kebahagiaan rumah tangga warga sepanjang gang itu terganggu, sebab suara Zus mengakibatkan suami-suami mereka menjadi dingin di atas ranjang.

Namun, ketika Zus sudah diminta agar tidak menyanyi saat mandi, kaum ibu sepanjang gang masih menyatakan resah. Pasalnya, setiap kali mendengar bunyi jebar-jebur dari kamar mandir itu, para suami membayangkan suara serak-serak basah. Dan lagi-lagi mereka membayangkan pergumulan di ranjang dengan perempuan itu. Akibatnya, kehidupan warga kampung tidak harmonis.

Kaum ibu menginginkan agar Zus diusir dari kampung itu. Dengan hati legowo, Zus angkat kaki dari kampung tersebut. Namun, saat kepergian Zus pun suami-suami mereka masih selalu membayangkan adegan-adegan erotis tersebut. Pak RT pusing tujuh keliling, ia bingung cari solusi untuk menertibkan imajinasi para suami warga kampung itu.

Cerpen ini menyadarkan kita agar tidak mudah menyalahkan orang lain dalam masalah kita. Sebab, bisa jadi diri kita sendiri yang membawa penyakit dan memeliharanya hingga sukar diusir. Maka, setidaknya kita lebih dulu instropeksi diri sebelum menyalahkan orang sekitar.

Tata hati untuk selalu senang terhadap pasangan atau kekasih halal kita. Dan berilah belanja yang cukup kepada mereka agar bisa berdandan begitu menawan di depan kita. Serta bantulah kesibukannya, ringankan bebannya, agar wajah istri kita tidak tampak keriput sebelum tua.

Identitas Buku

Judul: Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi

Penulis: Seno Gumira Ajidarma

Penerbit: Jogja Bangkit Publisher

Cetakan: IV, 2017

Tebal: 212 Halaman

ISBN: 978-602-0818-51-1

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak