The Fable menceritakan kisah seorang pembunuh bayaran yang dikenal dengan nama yang sama. Setelah menjalankan berbagai misi berbahaya, ia diperintahkan untuk bersembunyi dan hidup sebagai orang biasa selama satu tahun. Tugasnya yang paling sulit bukanlah membunuh, melainkan bagaimana caranya beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari yang normal.
Sebagai seorang profesional yang terlatih untuk membunuh, Fable memiliki kepribadian yang sangat serius dan kaku. Kontras antara sikapnya yang dingin dengan situasi-situasi komedi yang ia hadapi menciptakan humor yang unik. Misalnya, ketika ia mencoba beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari seperti berbelanja di supermarket atau mengikuti kelas memasak.
Selama menjalani kehidupan barunya, Fable bertemu dengan berbagai macam orang. Ada Yashiro, asistennya yang ceria dan penuh semangat, yang selalu berusaha membantunya beradaptasi dengan kehidupan baru. Ada juga Akira, seorang gadis misterius yang memiliki hubungan masa lalu dengan Fable. Kehadiran mereka perlahan-lahan mulai mengubah pandangan Fable tentang hidup dan membuatnya mempertanyakan tujuan hidupnya.
Namun, masa tenang Fable tidak berlangsung lama. Masa lalu yang kelam mulai mengejarnya. Musuh-musuhnya dari organisasi tempatnya bekerja mulai mencari-carinya untuk membalas dendam. Fable harus kembali ke dunia yang pernah ia tinggalkan dan menghadapi konsekuensi dari tindakannya di masa lalu.
Anime ini menyajikan humor menyoroti perbedaan antara kehidupan seorang pembunuh bayaran dan kehidupan sehari-hari orang biasa. Humor dalam The Fable tidak hanya berasal dari karakter, tetapi juga dari situasi-situasi yang absurd. Misalnya, ketika Fable harus menyembunyikan identitasnya sebagai pembunuh bayaran di hadapan tetangga-tetangganya. Atau ketika ia mencoba untuk berteman dengan anak-anak kecil di lingkungan barunya.
Salah satu adegan yang paling membekas di ingatan saya adalah ketika Fable mencoba untuk berpura-pura menjadi orang biasa dengan mengikuti kelas memasak. Ekspresi wajahnya yang datar kontras dengan kekacauan yang ia timbulkan di dapur benar-benar membuat saya tertawa.
Humor membuat cerita menjadi lebih menarik dan tidak monoton. Momen-momen kocak yang tersebar di sepanjang cerita dapat membuat penonton terus penasaran dan ingin mengetahui kelanjutannya.
Beberapa bagian dalam The Fable terasa terlalu lambat atau bertele-tele, terutama ketika fokus cerita beralih dari aksi ke kehidupan sehari-hari Fable. Hal ini dapat membuat penonton merasa bosan atau kehilangan minat.
Ekspresi wajah para karakter, terutama Fable, seringkali menjadi sumber humor. Wajahnya yang datar dan tanpa ekspresi kontras dengan situasi-situasi komedi yang ia hadapi, sehingga menghasilkan ekspresi yang kocak. Ketika Fable ketahuan melakukan sesuatu yang konyol, ekspresi wajahnya yang datar justru menjadi sumber humor.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.