Museum Taman Tino Sidin: Warisan Seni Maestro untuk Generasi Mendatang

Hayuning Ratri Hapsari | Gabriel sola
Museum Taman Tino Sidin: Warisan Seni Maestro untuk Generasi Mendatang
Potret karya-karya Tino Sidin (Dok. Pribadi/Gabriel Sola)

Museum Taman Tino Sidin merupakan museum milik Tino Sidin atau kerap  dipanggil Pak Tino, seorang seniman lukis sekaligus guru menggambar. Ia lahir pada tanggal 25 November 1925 dan meninggal dunia pada tanggal 29 Desember 1995.

Tino Sidin dikenal sebagai pembawa acara pada program Gemar menggambar di stasiun televisi pada tahun 1980-an. Teknik menggambarnya  yang mudah diterima oleh masyarakat membuat program Gemar Menggambar menjadi salah satu program favorit di kalangan anak-anak pada masa itu.

Keramahan serta cara mengajarnya yang asyik juga mampu menumbuhkan rasa cinta masyarakat pada seni menggambar yang kemudian menjadi warisan dalam karya-karyanya.

“Karena teknik menggambar yang sederhana, acara pak Tino Sidin menjadi acara favorit anak-anak pada masa itu”, ucap Titik selaku pengurus Museum Taman Tino Sidin.

Warisan karya dari Tino Sidin kemudian diabadikan melalui keberadaan Museum Taman Tino Sidin yang terletak di Yogyakarta.

Awalnya, museum ini merupakan kediaman pribadi milik Tino Sidin yang kemudian disulap menjadi museum kecil yang menyimpan karya-karya aslinya, mulai dari sketsa, lukisan, hingga memorabilia Tino Sidin.

Selain itu, museum ini juga menjadi tempat edukasi seni berupa kelas menggambar bagi anak-anak. Kegiatan tersebut dirancang untuk mengembangkan bakat serta kreativitas generasi muda, terutama untuk menanamkan nilai seni dan kebudayaan pada generasi penerus.

Tidak hanya berfungsi sebagai ruang pameran, Museum Taman Tino Sidin juga aktif dalam melestarikan dan mendokumentasikan karya seni. Upaya konservasi dilakukan agar karya-karya Tino Sidin tetap terjaga kualitasnya dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Selain itu, museum tersebut juga mulai melakukan promosi dalam bentuk digital melalui bantuan dari mahasiswa UAJY. Hal ini dilakukan untuk menjaga eksistensi dari Museum Taman Tino Sidin agar terus dikenal oleh generasi mendatang.

Bertahannya Taman Tino Sidin hingga Sekarang

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia membantu Revitalisasi Museum Taman Tino Sidin (Dok. Pribadi / Gabriel sola)
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia membantu Revitalisasi Museum Taman Tino Sidin (Dok. Pribadi/Gabriel sola)

Berdasarkan catatan sejarah, sebenarnya pada tahun 1662 Indonesia pernah memiliki museum yang didirikan oleh Rumphios di Ambon, yaitu De Ambionsch Raritenkaimer. Sayangnya museum yang tertua di nusantara itu lenyap ditelan waktu seiring perginya sang pendiri.

“Saya berharap Museum Taman Tino Sidin dapat kembali ramai pengunjung dan tetap dikenal,” ucap Titik.

Dalam menjalankan operasionalnya, Museum Taman Tino Sidin tidak dapat berjalan sendiri, sehingga keberadaan komunitas seni, instansi , dan sponsor dari pemerintah terutama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga penting untuk mendukung operasional dari Museum Taman Tino Sidin.

Kerja sama ini diharapkan mampu untuk memberikan peluang bagi Museum Taman Tino Sidin agar terus berkembang dan menarik minat masyarakat ke depannya.

Dengan keberadaan Museum Taman Tino Sidin, masyarakat memiliki ruang untuk mengenal lebih dekat salah satu tokoh seni besar Indonesia.

Dengan demikian, museum ini bukan hanya tempat untuk mengenang, tetapi juga ruang untuk belajar, berkreasi, dan menginspirasi. Generasi mendatang diharapkan dapat terus menghargai seni dan budaya Indonesia melalui warisan yang telah ditinggalkan oleh Tino Sidin.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak