Siapa di antara kalian yang tidak mengetahui Kahlil Gibran? Saya kira, sebagian dari kalian tentu mengetahui atau setidaknya pernah mendengar nama Kahlil Gibran. Kahlil Gibran atau yang memiliki nama lengkap Jubran Khalil Jubran adalah seorang penyair, penulis, dan seniman terkemuka asal Lebanon yang lahir pada 6 Januari 1883 dan meninggal pada 10 April 1931.
Berbicara tentang Kahlil Gibran, pada kesempatan kali ini saya akan mengulas salah satu karya tulis ciptaan Kahlil Gibran yang berupa novela, yakni sebuah prosa fiktif yang panjangnya tidak sepanjang novel. Penasaran dengan novela yang akan saya ulas? Yuk, baca artikel ini sampai tuntas.
Novela karya Kahlil Gibran yang akan saya ulas pada kesempatan kali ini ialah sebuah novela yang berjudul Sayap-sayap Patah. Adapun novela ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1912 di Amerika Serikat, oleh surat kabar berbahasa Arab yang bernama Meraat-ul-Gharb, dengan judul asli Al-Ajniha Al-Mutakassira.
Sementara itu, di Indonesia, novela Sayap-sayap Patah ini memiliki beragam versi, salah satunya ialah yang diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono, yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2021 oleh Bentang Pustaka. Sedangkan, novela yang memiliki sebelas bab ini merupakan karya yang bersifat semi-otobiografi, karena didasarkan pada pengalaman hidup sang penulis.
Novela Sayap-sayap Patah ini bercerita tentang seorang pemuda (tokoh "aku") yang tidak disebutkan namanya, yang kemungkinan adalah Kahlil Gibran sendiri. Adapun tokoh pemuda tersebut tinggal sebatang kara di Beirut, ibu kota Lebanon. Pada suatu hari, tokoh pemuda tersebut mendapat kunjungan dari seorang pria tua, yang bernama Faris Effandi Karamy.
Tak disangka-sangka, Faris Effandi Karamy merupakan sahabat dari mendiang ayah pemuda tersebut, dan keduanya pun menjadi akrab. Setelah kunjungan tersebut, Faris Effandi Karamy mengundang tokoh pemuda tersebut untuk mengunjungi rumahnya yang juga terletak di Beirut.
Sementara itu, untuk mengetahui lebih lanjut tentang Faris Effandi Karamy, tokoh pemuda tersebut meminta salah seorang temannya untuk menceritakan siapa sesungguhnya Faris Effandi Karamy. Ternyata, barulah diketahuinya bahwa Faris Effandi Karamy merupakan orang terkaya di kota Beirut, dan tinggal berdua bersama putrinya yang cantik.
Beberapa hari setelah kunjungan Faris Effandi Karamy, tokoh pemuda tersebut mengunjungi rumah Faris Effandi Karamy. Sementara itu, tokoh pemuda tersebut merasa takjub dengan kemegahan rumah Faris Effandi Karamy. Lalu, tokoh pemuda tersebut menemui Faris Effandi Karamy, dan ia pun dipersilakan masuk dan dijamu, serta diperkenankan kepada putri semata wayang Faris Effandi Karamy, yang bernama Selma Karamy.
Pada saat berkenalan dengan Selma Karamy, tokoh pemuda tersebut merasa takjub dengan kecantikan Selma Karamy, dan ia pun merasakan ada getaran di hatinya. Oleh karena itu, agar dapat kembali mengunjungi Selma Karamy, tokoh pemuda tersebut meminta izin kepada Faris Effandi Karamy untuk sering berkunjung ke rumahnya, dan ia pun diizinkan dengan senang hati.
Lanjut cerita, beberapa hari kemudian, tokoh pemuda tersebut kembali mengunjungi Faris Effandi Karamy dan Selma Karamy di rumahnya. Pada saat itu, ketika mereka sedang makan malam, Faris Effandi Karamy mendapat panggilan dari seorang uskup ternama di Beirut, yang bernama Bulos Galib, dan oleh karenanya ia harus meninggalkan tokoh pemuda tersebut dan Selma Karamy di rumahnya.
Pada saat Faris Effandi Karamy sedang menemui sang uskup, tokoh pemuda tersebut dan Selma Karamy banyak bercerita, dan mereka berdua mengakui bahwa mereka tertarik satu sama lain. Namun, kebahagian mereka berdua tak berlangsung lama, karena ketika Faris Effandi Karamy kembali ke rumahnya, Faris Effandi Karamy menceritakan bahwa sang uskup ingin menikahkan keponakannya yang bernama Mansour Bey Galib dengan Selma Karamy, dan Faris Effandi Karamy tidak punya pilihan lain selain menerimanya.
Singkat cerita, mendengar kabar dari Faris Effandi Karamy tersebut, tokoh pemuda tersebut dan Selma Karamy pun menjadi tak berdaya. Sebenarnya, Faris Effandi Karamy tak ingin menikahkan putrinya dengan keponakan sang uskup, karena uskup tersebut terkenal karena kerakusannya akan harta dan tahta. Namun, apabila Faris Effandi Karamy menolak keinginan sang uskup, martabat dirinya dan Selma Karamy bisa hancur, karena uskup tersebut memiliki pengaruh yang luar biasa di kalangan masyarakat beragama di Beirut.
Lalu, akankah Faris Effandi Karamy tetap mengizinkan putri semata wayangnya, yaitu Selma Karamy, untuk menikah dengan keponakan sang uskup? Lalu bagaimana dengan kisah asmara tokoh pemuda tersebut yang sudah terlanjur mencintai Selma Karamy? Apakah tokoh pemuda tersebut akan merelakan cinta sejatinya hanya karena ia pun tak punya pilihan lain?
Beberapa kelebihan yang terdapat dalam novela Sayap-sayap Patah ini, menurut saya, antara lain ialah isinya yang tragis. Sebab sebagaimana sinopsis yang telah saya uraikan di atas, novela Sayap-sayap Patah ini menceritakan tentang kejamnya intrik kekuasaan atas dasar agama yang mencoba memisahkan kehidupan asmara di antara sepasang insan.
Selain itu, kelebihan lain yang terdapat dalam novela Sayap-sayap Patah ini, menurut saya, antara lain ialah gaya bahasanya yang puitis ala Kahlil Gibran. Sehingga dengan demikian, menurut saya, novela Sayap-sayap Payah ini memiliki satu-kesatuan yang sempurna antara isi dan gaya bahasanya.
Menurut saya, novela Sayap-sayap Patah ini sangat cocok untuk kalian baca, karena isinya yang menghibur dan mengangkat berbagai isu dalam kehidupan manusia; serta gaya bahasanya yang puitis.
Nah, itu tadi merupakan ulasan mengenai sebuah novela karya Kahlil Gibran yang berjudul Sayap-sayap Patah. Adapun ulasan ini merupakan ulasan saya pribadi, berdasarkan novela tersebut. Lalu bagaimana menurut kalian? Apakah kalian tertarik untuk membaca novela tersebut?