Magelang, Jawa Tengah, merupakan tempat jalan-jalan yang menawarkan banyak destinasi wisata. Salah satunya adalah Bukit Rhema yang terkenal dengan Bangunan Gereja Ayam. Terletak di tengah perbukitan nan asri, perjalanan kami menjadi perjalanan spiritual dan edukasi.
Menakjubkan. Itulah kesan pertama yang saya rasakan ketika mengunjungi Bukit Rhema bersama istri dan anak saya beberapa waktu lalu ketika masa liburan sekolah.
Oh iya, Bukit Rhema sering disebut "Gereja Ayam" karena bangunannya memang menyerupai seekor ayam dengan mahkota di atas kepalanya.
Namun, usut punya usut sebenarnya desain tersebut adalah menggambarkan burung merpati, simbol perdamaian dan pengharapan.
Menurut beberapa keterangan warga sekitar, Gereja Ayam dibangun pada tahun 1990-an oleh Daniel Alamsjah, yang dimaksudkan sebagai tempat berdoa. Makanya jangan heran ketika berkunjung ke sana, ada kamar atau bilik doa.
Perjalanan Menuju Gereja Ayam
Untuk mencapai Bukit Rhema, pengunjung harus melakukan pendakian ringan melalui jalanan setapak yang dikelilingi oleh pepohonan.
Rute ini cukup mudah ditempuh dan memberikan suasana alami. Sesampainya di lokasi, pengunjung disambut oleh pemandangan megah bangunan Gereja Ayam yang berdiri di atas bukit dengan latar belakang perbukitan.
Di bagian dalam bangunan Gereja Ayam, terdiri dari beberapa ruangan, termasuk aula besar yang digunakan untuk kegiatan doa, meditasi, atau diskusi.
Pengunjung juga dapat mengelilingi ruang bawah tanah yang dihiasi mural-mural penuh makna tentang kehidupan, dan keragaman budaya serta kampanye edukasi tentang bahaya narkoba dan minuman keras.
Bagi saya, puncak pengalaman di Bukit Rhema ketika menaiki bangunan atas atau mahkota bangunan yang berfungsi sebagai dek observasi.
Dari sini, pengunjung bisa menikmati panorama 360 derajat yang sangat memanjakan mata, termasuk Candi Borobudur yang tampak jelas di kejauhan, hamparan sawah hijau, dan perbukitan hijau. Menurut saya, waktu terbaik untuk berkunjung saat pagi atau sore hari ketika matahari terbit atau terbenam.
Jangan khawatir kelaparan kalau berkunjung ke Bukit Rhema. Karena, di area sini sudah banyak warung yang menyediakan makanan, minuman ringan dan jajanan serta kelapa muda sebagai pelepas dahaga.
Oh iya, di bagian belakang gereja juga terdapat kafe yang menyediakan berbagai kuliner lokal, seperti kopi, wedang jahe rempah, pisang goreng dan jananan khas Jawa. Bagi pengunjung disediakan 1 paket singkong goreng gratis sebagai bentuk apresiasi dari pengelola.
Bagi yang ingin menyambangi Bukit Rhema ada beberapa tips yang bisa diikuti, yaitu:
- Pagi atau sore untuk waktu terbaik untuk mendapatkan momen dan foto-foto.
- Gunakan pakaian nyaman agar sesuai dengan kondisi cuaca.
- Siapkan obat-obatan pribadi agar perjalanan tidak khawatir.
- Jika musim hujan bawalah mantel atau jaket anti air.
Kesan saya, Gereja Ayam adalah tempat yang mengajarkan nilai-nilai toleransi, penghormatan terhadap keragaman, dan perlunya merawat alam.
Menurut saya, setiap sudut tempat di Bukit Rhema memiliki cerita dan makna, itulah yang menjadikan tempat spiritual ini sebagai destinasi mesti dikunjungi semua kalangan, baik untuk sekadar menghilangkan penat atau untuk rekreasi dan berdoa.
Satu lagi, jangan lupa untuk membawa kamera untuk mengabadikan perjalanan ke Bukit Rhema. Tapi ingat, untuk meminta izin sebelum memotret.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS