Grebeg Syawal: Tradisi Khas Keraton dalam Menyambut Hari Raya Idulfitri

Hayuning Ratri Hapsari | zahir zahir
Grebeg Syawal: Tradisi Khas Keraton dalam Menyambut Hari Raya Idulfitri
Tradisi Grebeg Syawal. (menpan.go.id)

Hari raya Idulfitri atau hari lebaran tinggal menghitung hari. Hari lebaran sendiri adalah hari yang dianggap sebagai ‘hari kemenangan’ bagi umat islam di seluruh dunia usai melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan selama 1 bulan lamanya.

Tidak mengherankan bahwa perayaan hari raya Idulfitri selalu disambut dengan sukacita oleh hampir seluruh umat muslim di dunia, termasuk di Indonesia.

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa tradisi lokal yang digunakan dalam menyambut perayaan hari raya Idulfitri atau lebaran. Salah satu tradisi yang cukup terkena di Indonesia dalam menyambut hari lebaran adalah Grebeg Syawal.

Kata “grebeg” berasal dari kata “grebeg” yang berarti perayaan atau pawai besar. Grebeg Syawal dimaksudkan untuk merayakan kemenangan umat Islam setelah sebulan penuh berpuasa dan beribadah di bulan Ramadan.

Dilansir dari laman jogjakota.go.id, tradisi yang sudah berumur ratusan tahun ini memang rutin digelar di kota Yogyakarta. Bahkan, tradisi grebeg syawal sendiri juga digelar di Kasunanan kota Surakarta di Solo, Jawa tengah.

Tradisi yang Lahir dari Akulturasi Budaya Jawa dan Ajaran Islam

Tradisi Grebeg Syawal. (bantulkab.go.id)
Tradisi Grebeg Syawal. (bantulkab.go.id)

Dilansir dari laman jogjaprov.go.id, tradisi grebeg syawal yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta diyakini muncul dari adanya proses akulturasi budaya Jawa dengan ajaran Islam.

Tradisi yang dilakukan secara rutin setiap hari raya Idulfitri ini sendiri menurut sejarahnya merupakan transformasi dari tradisi Rajawedha.

Tradisi Rajawedha sendiri merupakan perayaan yang dulunya dilakukan oleh keraton dengan cara memberikan hasil-hasil bumi dan hasil alam kepada rakyat agar mendapatkan kemakmuran dan kesejahteraan.

Tradisi Rajawedha ini sendiri sempat terhenti saat ajaran Islam masuk ke tanah Jawa, khususnya di lingkungan keraton Yogyakarta.

Namun, tradisi ini kemudian dihidupkan lagi dengan adanya akulturasi Islam dan tradisi lokal di Jawa dan kemudian dikenal dengan nama grebeg syawal. Bahkan, hingga saat ini tradisi grebeg syawal sendiri rutin dilakukan saat menyambut awal bulan syawal atau hari raya Idulfitri.

Grebeg Syawal diawali dengan prosesi yang sangat khas, yakni kirab gunungan atau tumpeng besar yang terbuat dari nasi dan dihias dengan berbagai jenis makanan khas, seperti lauk pauk, buah-buahan, serta bunga-bunga.

Selain gunungan, acara ini juga diwarnai dengan penampilan tari-tarian tradisional, musik gamelan, serta berbagai atraksi budaya lainnya yang menggambarkan keberagaman budaya.

Terdapat Ritual Pembersihan Pusaka Keraton

Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta? (Suara.com/Arendya)
Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta (Suara.com/Arendya)

Tradisi grebeg syawal ini sendiri diawali dengan melakukan penjamasan atau pembersihan pusaka-pusaka dan barang peninggalan leluhur yang disimpan di keraton.

Pusaka-pusaka tersebut dibersihkan dan ‘dimandikan’ dengan air yang memiliki fungsi agar menjaga keawetan dari pusaka-pusaka tersebut.

Pada pagi hari saat hari raya Idulfitri, sultan, keluarga kerajaan dan para abdi dalem keraton akan berjalan kaki menuju ke masjid agung Yogyakarta guna melaksanakan salat Ied.

Setelah pelaksanaan salat Ied, sultan akan kembali ke keraton yang kemudian diikuti dengan diaraknya gunungan berisi hasil bumi dan hasil alam lainnya. Saat tiba di keraton, gunungan tersebut akan didoakan dan kemudian dibagikan kepada masyarakat sekitar.

Tradisi grebeg syawal ini sendiri memiliki makna sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkah-Nya. Selain itu, tradisi grebeg syawal ini sendiri juga menjadi salah satu ikon tradisi di kota Yogyakarta dalam setiap perayaan Idulfitri atau lebaran.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak