Review Novel The One and Only Ruby, Kisah Gajah Kecil Keluar dari Masa Lalunya

Hayuning Ratri Hapsari | Ardina Praf
Review Novel The One and Only Ruby, Kisah Gajah Kecil Keluar dari Masa Lalunya
Novel The One and Only Ruby (goodreads.com)

Setelah sukses dengan The One and Only Ivan dan The One and Only Bob, Katherine Applegate melanjutkan kisah ketiganya melalui sosok yang paling muda namun penuh makna, yaitu Ruby.

Melalui novel The One and Only Ruby, Applegate memberikan Ruby sebagai tokoh utamanya. Sebelumnya, ia digambarkan sebagai sosok yang polos dan lugu.

Kini, Ruby berbicara langsung kepada pembaca, membawa kita menyelami dunia dan pikirannya yang masih muda, namun menyimpan luka dan pertanyaan besar tentang identitas dan keberanian.

Dalam novel ini, kisah Ruby berlanjut dengan kehidupan barunya di sebuah suaka margasatwa bersama Ivan dan Bob.

Dia bahagia dengan kehidupan barunya. Hingga suatu hari, datanglah pengurus dari panti asuhan gajah di Afrika, sesosok yang dulu pernah merawat Ruby di tempat lamanya setelah kehilangan ibunya.

Pertemuan itu memicu gelombang ingatan dalam diri Ruby. Di situlah Ruby teringat akan kenangan lamanya, mulai dari momen-momen hangat di sabana hingga luka mendalam yang ia alami sebelum akhirnya dijual ke sirkus.

Dalam suasana yang penuh nostalgia itu, Ruby mencoba untuk membuka diri dan menceritakan kisah hidupnya kepada kedua sahabatnya.

Hal yang menarik adalah Applegate dapat menyuarakan hati dan pemikiran anak gajah kecil dengan cara yang cukup unik. Ia menggunakan bahasa yang lembut dan menyentuh hati.

Dalam novel ini, Ruby digambarkan sebagai seeokor gajah dengan suara yang lugu, kadang jenaka, namun kerap diliputi keraguan dan rasa bersalah.

Meskipun bahasa yang digunakan ringkas dan puitis, konflik batin Ruby serta kenangan masa lalunya bisa tergambar dengan jelas. Bahkan pembaca akan ikut merasakan perasaan Ruby yang pernah menjadi "korban".

Bayangan masa kecil kecil Ruby di Afrika menjadi bagian penting dari novel ini. Kehidupan pahit seperti perburuan liar, kehilangan ibu, dan kekerasan yang dialami hewan di tangan manusia juga turut menjadi bagian kelam Ruby.

Namun, semua itu dikemas dengan baik tanpa bahasa yang kasar dan kekerasan, melainkan melalui emosi dan narasi yang empatik.

Anak-anak yang membaca novel ini tidak akan merasa dihakimi atau dibebani. Justru sebaliknya, mereka akan diajak memahami bahwa trauma tidak selalu terlihat, dan setiap makhluk hidup memiliki kisah hidup yang bisa menjadi pembelajaran.

Persahabatan antara Ruby, Ivan, dan Bob tetap menjadi fokus utama dalam cerita. Ivan dengan sifat tenangnya menjadi mentor yang bijak, sementara Bob yang sarkastik menyeimbangkan dengan memberi humornya.

Hadirnya Bob dan Ivan bukan hanya tokoh tambahan saja. Perjalanan Ruby semakin terasa menegangkan sekaligus berwarna dengan ditemani sahabat-sahabatnya.

Dialog antara ketiganya terasa alami dan menyentuh, menggambarkan bahwa dukungan dari “keluarga pilihan” bisa menjadi fondasi dalam proses penyembuhan luka batin.

Salah satu tema utama dalam novel The One and Only Ruby adalah tentang identitas diri serta keberanian untuk berdamai dengan diri sendiri.

Ia juga belajar bahwa kekuatan sejati tidak selalu datang dari tubuh yang besar, melainkan dari hati yang memiliki kepedulian tinggi.

Katherine Applegate, sekali lagi, membuktikan kemampuannya menyampaikan isu-isu kompleks dengan bahasa yang ringan namun mendalam.

Ia tidak hanya menulis tentang kisah hewan saja. Banyak arti yang mampu dipelajari dalam novel ini seperti jiwa-jiwa yang pernah tersakiti, dan bagaimana cinta, dukungan, dan keberanian bisa memulihkan mereka.

Ilustrasi Patricia Castelao yang hadir di sepanjang buku menambah nuansa emosional dalam cerita. Goresan hitam putih yang lembut menjadi jembatan visual yang memperkuat imajinasi pembaca tanpa mengganggu alur narasi.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak