Series Black Mirror yang tayang sejak 10 April 2025 di Netflix, selalu membuka setiap musimnya dengan rasa was-was. Seberapa jauh Charlie Brooker si penulis skrip akan menyeret dalam mimpi buruk terkait teknologi kali ini? Dan setelah nonton musim ketujuh ini, ternyata mimpi buruknya terasa lebih manusiawi.
Musim ketujuh ini disutradarai Toby Haynes dengan Charlie Brooker tetap menjadi showrunner sekaligus penulis utama.
Series antologi tentang teknologi ini hadir dengan enam episode baru yang masing-masing berdiri sendiri, tapi tetap satu benang merah, perihal bagaimana teknologi membentuk atau malah menghancurkan sisi terdalam manusia.
Berikutnya adalah sekilas kisah dari keenam episode tersebut, disertai dengan impresi selepas nonton dari kacamataku sendiri sebagai penikmat.
1. Common People
Dibintangi Chris O'Dowd dan Rashida Jones, episode ini punya premis yang menggelitik dan menyayat, terkait bagaimana jika nyawa seseorang bisa diselamatkan dengan mengunggah pikirannya ke server, tapi dengan biaya langganan bulanan yang tinggi.
Aku terpaku sejak awal. Bukan hanya karena akting mereka yang luwes, tapi juga karena betapa akrabnya absurditas yang disajikan. Ya, kita hidup di era langganan (subscription) mulai dari musik, film, bahkan penyimpanan awan (Cloud). Namun, ketika hidup manusia pun butuh iuran langganan , di sinilah sindiran Series Black Mirror terasa kayak menamparku. Episode ini suram, bahkan tragis, tapi nggak kehilangan sisi satir dan empatinya.
2. Bête Noire
Dalam episode ini, Siena Kelly memerankan Maria, si pegawai biasa yang mencium gelagat aneh dari rekan kerjanya yang baru, Verity (diperankan Rosy McEwen).
Namun, ketika dia mencoba mengungkap kebenaran, semua orang justru menganggap dialah yang gila.
Episode ini bak roller coaster paranoia. Perlahan suasana mencekam dibangun, hingga aku ikut merasa seperti Maria: Nggak k dipercaya, terpojok, dan semakin bingung. Ini episode Series Black Mirror yang jahat, sinis, dan membekas. Salah satu episode dengan pacing terbaik musim ini.
3. Hotel Reverie
Nah, di episode ini, Issa Rae tampil menawan sebagai aktris yang dihidupkan kembali dalam simulasi AI dari film klasik hitam-putih. Dunia yang dibangun begitu memesona, layaknya ‘The Truman Show’ bertemu dengan ‘La La Land’.
Ada pertanyaan yang mencuat di series ini, apakah karakter fiksi bisa lebih nyata dari kenyataan? Nah, di sini ada keajaiban kecil dalam tiap adegannya. Manis, jenaka, tapi juga cukup kritis mengkritisi obsesi Hollywood akan nostalgia.
4. Plaything
Di episode ini, Peter Capaldi jadi pusat perhatian sebagai tersangka pembunuhan yang kecanduan game virtual berbasis moral dan kontrol sosial.
Sayangnya, meski premisnya menggoda, eksekusinya kurang menggigit. Aku merasa seolah-olah lagi nonton babak pembuka dari sesuatu yang besar, lalu tiba-tiba tirai ditutup sebelum ceritanya berkembang.
Meski episode ini paling lemah, kehadiran Capaldi membuatnya tetap layak ditonton
5. Eulogy
Jika aku harus memilih episode paling emosional musim ini, Episode Eulogy jawabannya. Paul Giamatti ngasih performa yang begitu jujur sebagai pria yang diberi kesempatan menjelajahi foto-foto lamanya melalui teknologi imersif. Ini bukan kisah tentang inovasi, tapi tentang penyesalan. Dan aku menyadari, terkadang yang paling menakutkan bukanlah AI atau dunia virtual, melainkan kotak kardus penuh kenangan di loteng kita sendiri. Episode ini ibarat puisi tentang kehilangan, ditulis dengan lensa teknologi masa depan.
6. USS Callister: Into Infinity
Ini tuh sebenernya sekuel dari episode ikonik musim keempat, USS Callister, kembali membawaku ke dunia digital bertema luar angkasa. Jesse Plemons absen kali ini, dan kisahnya lebih fokus pada kru kapal yang kini memimpin sendiri tanpa si tiran Robert Daly. Daly sendiri muncul sebagai hantu digital (nggak dalam bentuk fisik lagi).
Dan di sinilah ironisnya. Saat aku mengharapkan nostalgia dan ketegangan seperti dulu, episode ini terasa datar. Seolah-olah naskah Charlie Brooker ingin bermain aman. Padahal, daya tarik ‘Black Mirror’ selalu ada pada kejutanya.
Penilaian Akhir dari Series Black Mirror
Musim ketujuh ‘Black Mirror’ jelas nggak sempurna, tapi berani mengangkat hal-hal tabu terkait teknologi. Series ini nggak cuma memperingatkan kita soal bahaya teknologi, tapi juga menunjukkan kasih sayang, penyesalan, dan kehangatan.
Apakah ini musim terbaik? Nggak. Namun, ini yang paling berani mengeksplorasi emosi.
Skor: 3,4/5
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.