Cinta dan Teror yang Mengerikan dalam Film Rabi Jiwo: Menikahi Mayat

Hayuning Ratri Hapsari | Ryan Farizzal
Cinta dan Teror yang Mengerikan dalam Film Rabi Jiwo: Menikahi Mayat
Poster film Rabi Jiwo: Menikahi Mayat (IMDb)

Rabi Jiwo: Menikahi Mayat, film horor terbaru yang rilis pada 26 Juni 2025, benar-benar jadi perbincangan hangat di kalangan pencinta film Indonesia.

Disutradarai oleh Agus H. Mawardy dan diproduksi oleh Tawang Khan Production, film ini nggak cuma menyuguhkan kengerian supranatural khas budaya Jawa, tapi juga bumbu drama cinta, humor, dan aksi yang bikin penonton nggak bisa lelet ngedip.

Dengan durasi 92 menit dan rating D17+, film ini punya vibe yang intens sekaligus menghibur. Yuk, simak ulasan berikut dan apa yang bikin Rabi Jiwo layak ditonton atau mungkin bikin kamu mikir ulang!

Rabi Jiwo mengisahkan Gimin (Ramon Y. Tungka), seorang pedagang tahu sederhana dari desa kecil di Jawa Tengah, yang jatuh cinta sama Ningsih (Syahnaz Sadiqah), anak juragan kaya raya. Sayangnya, cinta mereka kandas karena beda kasta.

Ayah Ningsih, Juragan Priyo, nggak main-main menghalangi hubungan ini, bahkan sampai mengancam Gimin. Merasa terpojok dan sakit hati, Gimin nekat mencari jalan pintas untuk jadi kaya dan memenangkan hati Ningsih. Nah, di sinilah cerita mulai gelap.

Atas saran sahabatnya, Gope, Gimin ketemu Ki Geseng, dukun misterius yang menawarkan ritual rabi jiwo—pernikahan dengan mayat Nyi Suti, dukun sakti yang kematiannya ditolak bumi.

Keputusan Gimin buat nikah sama mayat ini bikin hidupnya berubah drastis. Bisnisnya melejit, duit mengalir, tapi malapetaka juga ikut datang.

Nyi Suti nggak cuma jadi “istri” pasif; arwahnya mulai mengganggu orang-orang di sekitar Gimin. Cerita ini diambil dari kisah nyata di sebuah desa di Jawa, dan nuansa kejawen-nya benar-benar kental, mulai dari ritual, jampi-jampi, sampai suasana desa yang mistis.

Ulasan Film Rabi Jiwo: Menikahi Mayat

Tangkapan layar pada trailer film Rabi Jiwo: Menikahi Mayat (youtube.com/Tawang Khan Production))
Tangkapan layar pada trailer film Rabi Jiwo: Menikahi Mayat (youtube.com/Tawang Khan Production))

Ramon Y. Tungka sebagai Gimin benar-benar mencuri perhatian. Dia berhasil menggambarkan transformasi Gimin dari laki-laki polos yang patah hati jadi sosok yang gelap mata gara-gara ambisi. Totalitasnya di adegan-adegan emosional dan saat “berinteraksi” sama arwah Nyi Suti bikin aku sebagai penonton ikut merinding.

Syahnaz Sadiqah, yang comeback ke layar lebar lewat film ini, juga nggak kalah apik. Dia memerankan Ningsih dengan manis tapi kuat, bikin kita kasihan sama posisinya yang terjebak antara cinta dan tekanan keluarga.

Pemain pendukung seperti Furry Setya (Gope) dan Tio Pakusadewo (Juragan Priyo) juga menambah warna. Furry bawa humor yang pas, bikin suasana nggak terlalu kelam, sementara Tio, seperti biasa, punya aura karismatik yang bikin karakternya terasa menakutkan. Varissa Camelia dan Reynavenzka Deyandra juga punya momen-momen oke, meski porsi mereka nggak terlalu besar.

Buat yang suka horor, Rabi Jiwo punya banyak jumpscare yang bikin jantungan, apalagi di adegan-adegan ritual dan kemunculan Nyi Suti. Visualisasi arwahnya cukup creepy, dengan efek praktikal yang bikin bulu kuduk berdiri.

Tapi, yang bikin film ini beda adalah caranya mencampurkan horor sama humor dan aksi. Adegan laga yang dikoreo oleh All Stars Productions bener-bener nambah greget, apalagi pas “battle” antara dukun dan arwah yang disebut-sebut sebagai salah satu highlight film ini.

Oh ya, humor di film ini juga nggak lebay. Dialog-dialog ringan dari Gope dan beberapa karakter lain bikin penonton ketawa di tengah ketegangan. Cuma, ada beberapa momen pacing-nya agak melambat, terutama pas cerita fokus ke drama keluarga Ningsih. Buat sebagian orang, ini mungkin bikin agak bosan, tapi untungnya nggak terlalu lama.

Salah satu kekuatan Rabi Jiwo adalah cara film ini menggambarkan budaya Jawa yang kental banget. Lokasi syuting di Blora, Cepu, dan Lasem bikin suasana desa Jawa terasa hidup. Dari rumah joglo, sawah, sampai ritual-ritual mistis, semuanya terasa autentik.

Musik latar dengan gamelan dan suara-suara khas Jawa juga menambah imersi. Film ini juga berani angkat tema tabu seperti pernikahan dengan mayat, yang konon benaran ada di beberapa tradisi kuno. Tapi, film ini tetep menghormati budaya tanpa bikin karikatur.

Meski seru, Rabi Jiwo bukan tanpa cela. Beberapa subplot, seperti konflik antara Ningsih dan dukun pribadi keluarganya, Nyi Turah, terasa kurang dieksplor. Penutup ceritanya juga agak terburu-buru, bikin beberapa pertanyaan penonton tidak terjawab.

Selain itu, buat yang nggak terbiasa sama horor yang campur drama dan humor, mungkin bakal merasa tone-nya agak nggak konsisten. Tapi, secara keseluruhan, ini nggak terlalu ganggu pengalaman nonton.

Rabi Jiwo: Menikahi Mayat adalah film horor yang sukses bikin penonton merinding sekaligus terhibur. Dengan cerita yang diambil dari kisah nyata, akting yang solid, dan nuansa kejawen yang kental, film ini punya daya tarik sendiri.

Meski ada beberapa kekurangan kecil, seperti pacing yang kadang melambat dan ending yang agak cepat, film ini tetap layak aku beri rating 6/10.

Buat kamu yang suka horor lokal dengan bumbu budaya Jawa, Rabi Jiwo wajib masuk watchlist. Tapi, siap-siap aja buat mimpi buruk soal Nyi Suti! Nonton di bioskop terdekat, tiketnya mulai dari Rp30.000-Rp45.000, tergantung lokasi. Yuk, gas ke bioskop dan rasain sendiri kengeriannya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak