Review Series Squid Game 3: Pengorbanan di Dunia yang Nggak Pernah Adil

Hernawan | Athar Farha
Review Series Squid Game 3: Pengorbanan di Dunia yang Nggak Pernah Adil
Poster Squid Game 3 (Netflix)

Setelah perjalanan panjang yang penuh darah, air mata, dan kemanusiaan yang diuji habis-habisan, Series Squid Game akhirnya menutup kisahnya. 

Musim ketiga yang sudah banyak dinantikan para penggemarnya di seluruh dunia, hadir bukan hanya sebagai penutup, tapi juga pembuka kemungkinan baru yang mengejutkan. Ya, sang kreator Hwang Dong-hyuk nggak hanya ngasih akhir, tapi juga semacam permulaan baru yang menggigit.

Seperti musim sebelumnya, kali ini pun kisah Seong Gi-hun (Lee Jung-jae) kembali jadi pusat narasi. Setelah memenangi permainan maut itu di musim pertama dan mencoba membongkar sistem dari dalam pada musim kedua, Gi-hun kini harus menghadapi kenyataan pahit, nggak peduli seberapa cerdas atau berani dirinya, sistem itu selalu punya cara untuk menang!

Penasaran banget, kan, sama kisah musim ketiga Series Squid Game? Sini kepoin!

Sekilas tentang Series Squid Game 3

Musim ketiga dibuka dengan episode bertajuk ‘Keys and Knives’, tepat setelah kekacauan besar yang terjadi di akhir musim kedua. Para pemain pemberontak yang mengikuti Gi-hun dibantai tanpa ampun sama para prajurit berseragam pink. 

Eits, tapi tunggu dulu! Ada twist yang nggak bisa diabaikan. Kali ini, para VIP yang selama ini cuma menonton dari jauh, ikut bermain langsung dengan menyamar sebagai tentara. Mereka haus darah, bukan sekadar nonton doang!

Gi-hun, walau hidupnya di ujung tanduk, nggak langsung dibunuh. Dia dibawa kembali ke ruang utama, tempat semuanya bermula. Di tempat lain, prajurit pink bernama No-eul (diperankan Park Gyu-young) mulai menyusun rencana berbahaya untuk menyelamatkan Park Gyeong-seok (Lee Jin-wook), yang ikut permainan demi biaya pengobatan kanker putrinya.

Jika Sobat Yoursay pikir permainan sebelumnya sudah brutal, tunggu sampai kamu melihat versi kali ini. Ada ronde Hide and Seek yang mencekam, permainan Jump Rope yang berubah jadi mimpi buruk, hingga final yang dinamakan Sky Squid Game. Semuanya dirancang untuk menyiksa secara fisik dan emosional!

Di sisi lain, Detektif Hwang Jun-ho (Wi Ha-joon), yang sempat menyusup sebagai penjaga, masih mencari tahu keberadaan pulau (arena Squid Game), dan berharap bisa menyelamatkan orang-orang sekaligus menemukan kebenaran soal kakaknya, Hwang In-ho (Lee Byung-hun) sang Front Man.

Menarik banget, ya? Hanya saja ….

Impresi Selepas Nonton Series Squid Game 3 

Sayangnya, musim ini nggak sepenuhnya mampu menyaingi dua pendahulunya. Beberapa alur terasa repetitif, dan karakter-karakter baru yang kuat agak kurang terasa. Namun, bukan berarti nggak ada kejutan menyayat hati, sebab ada satu tokoh baru yang muncul dan mengubah segalanya, yakni bayi perempuan dari Kim Jun-he (Jo Yu-ri).

Kelahiran bayi itu bukan cuma pelengkap cerita. Ya, bisa dibilang kayak semacam harapan baru di tengah kehancuran. Gi-hun yang tadinya putus asa, mulai melihat kehidupan si kecil sebagai kesempatan terakhirnya untuk menebus semua kesalahan. Dia berjanji melindungi sang bayi, bahkan saat para VIP menjadikannya alat hiburan sadis (alegori tajam tentang eksploitasi kaum nggak berdaya yang dilakukan kaum superkaya). 

Dalam klimaks memilukan, Gi-hun akhirnya menyadari bahwa satu-satunya cara untuk menyelamatkan bayi itu adalah dengan mengorbankan dirinya sendiri. Dia menyerahkan nyawanya dalam permainan terakhir agar sang bayi dinyatakan sebagai pemenang. Momen ini, ditambah akting luar biasa Lee Jung-jae, menjadikan episode tersebut sebagai salah satu yang paling emosional dalam sejarah series masa kini. 

Episode terakhir, berjudul “Humans Are…”, menutup saga ini dengan nada yang getir tapi juga menggugah kesadaran. Sang Front Man kini berada di Los Angeles. Dia mengamati permainan slap, yang dulu digunakan sebagai pintu masuk ke dalam Squid Game. Kali ini, yang jadi perekrut adalah sosok baru yang jadi kejutan, yakni Aktris Cate Blanchett, yang tampak menikmati permainan itu bersama pria tunawisma. Mereka bertukar senyum kecil, seolah-olah menandai bahwa permainan belum selesai. Mungkin hanya berganti panggung.

Meskipun banyak yang gugur, pesan dari sang kreator (baik penulis skrip maupun sutradara) tetap kuat. Dunia ini mungkin penuh ketidakadilan dan kekejaman, tapi selama kita berani bertindak, sekecil apa pun itu, kita bisa menciptakan perubahan. Seperti kata-kata terakhir Gi-hun sebelum meninggal, “Kita bukan kuda. Kita manusia. Dan manusia adalah .…” Kalimat yang menggantung tapi sangat membekas.

Series Squid Game musim ketiga mungkin nggak sefenomenal musim pertamanya, tapi tetap berhasil menyampaikan pesan kemanusiaan yang dalam. Dengan visual brutal, tensi tinggi, dan karakter yang rapuh tapi juga kuat, series ini tetap jadi tontonan yang mengaduk emosi. Terlebih, series ini membuka kemungkinan untuk cerita baru (mungkin di dunia Barat) dengan karakter-karakter baru, tapi tetap dengan tema besar yang sama: Kekuasaan, keserakahan, dan harapan.

Kini, Series Squid Game sudah selesai. Namun, bayang-bayangnya akan terus menghantui dan memprovokasi pertanyaan penting, Sampai kapan manusia akan mempermainkan sesamanya?

Series ini sudah tayang di Netflix sejak 27 Juni 2025. Selamat nonton. 

Skor: 4/5

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak