Sirah Cinta Tanah Baghdad adalah novel yang ditulis oleh Berliana Kimberly. Buku ini menceritakan tentang Keisya Khaizuran yang semenjak mengetahui bahwa dirinya adalah anak adopsi, memilih untuk menerima perjodohannya dengan cinta pertama yang pernah ia kagumi dalam diam, Muhammad Fikra Al-Baghdad.
Pernikahan itu sangat Keisya harapkan untuk menghindari kontak lebih sering dengan Umi dan Abi yang sebenarnya sangat dicintainya.
Fikra telah 12 tahun menjauhi lingkungan pesantren. Lingkungan kota Jakarta dan London cukup untuk mengubah sifat, gaya hidup, dan pergaulan dari Fikra yang sangat jauh dari bayangan Keisya sebelumnya.
Jiwa Fikra yang sudah menikah dengannya bukan lagi seorang putra kiai yang Keisya kenal. Kehidupan pernikahan mereka bahkan jauh lebih sulit. Terlebih lagi semenjak kehadiran Alenta, sahabat Fikra saat berada di London yang tiba-tiba datang seakan menjadi badai dalam pernikahan mereka.
Fikra merasa berhutang budi pada Alenta karena selama tinggal di London, perempuan itu selalu membantunya saat berada dalam kesulitan. Namun demikian, hutang budi itu membuat Keisya perlahan merasa disingkirkan, terlebih lagi terjadi kesalahpahaman dan perdebatan yang membuat hubungan antara suami istri itu semakin renggang.
Luka yang Keisya dapatkan dari suaminya sendiri membuat perempuan itu memilih untuk pergi. Negara Uzbekistan yang selama ini menjadi negara impiannya, dirinya kunjungi untuk menapaki jejak peradaban Islam.
Alenta melakukan hal yang membutakan mata hatinya untuk memiliki Fikra seutuhnya, padahal, keduanya sudah ditakdirkan berbeda karena memiliki keyakinan yang berbeda. Fikra menyesal telah menyisihkan Keisya, perlahan mulai menyadari bahwa hal yang dirinya lakukan mengenai hutang budi itu sudah terlalu berlebihan.
Fikra akhirnya mengejar Keisya, untuk membawanya pulang kembali ke rumah dan berusaha untuk menjaga bahtera rumah tangganya.
Review
Novel ini diterbikan tahun 2024 oleh Penerbit Akad. Buku yang berjumlah 392 halaman ini awalnya berada di Wattpad dan alternate universe di Instagram. Walaupun masih ada stereotip bahwa tulisan dari platform digital memiliki cerita yang agak kurang riset, hal ini tidak berlaku bagi penulis Sirah Cinta Tanah Baghdad.
Penulis memikiki riset yang cukup matang mengenai peradaban Islam di negara Uzbekistan. Penggalan kalimat mengenai sejarah dikemas dengan kalimat yang mudah dimengerti. Latar negara itu juga digambarkan secara jelas sehingga pembaca dapat membayangkannya.
Cerita tentang perjalanan Keisya yang terpaksa lepas cadar karena peraturan di sana juga dituliskan dengan menyentuh, seakan menggambarkan sulitnya meninggalkan sesuatu yang sudah menjadi bagian dari diri seseorang.
Usaha Fikra dalam mengejar kembali cinta dari istrinya mulai ditunjukkan saat Keisya pergi ke Uzbekistan. Fikra bahkan ikut pergi walaupun tak disambut baik oleh sang puan. Penggalan-penggalan kata diuraikan dengan kalimat yang menyentuh hati. Pembaca jadi ikut merasakan bagaimana usaha keras Fikra untuk merebut hati Keisya kembali.
Pada cerita ini bukan hanya berfokus pada hubungan cinta dari dua tokoh utama dengan orang ketiganya, tetapi juga cerita dari tokoh sampingan seperti Zalina dan Ghifari yang tidak hanya sebagai tempelan pada novel tersebut.
Zalina yang merupakan sahabat Keisya ternyata merupakan teman satu sekolah Ghifari, seorang pria yang merupakan sahabat Fikra. Perkembangan hubungan antar keduanya juga menarik untuk diikuti, tentang Ghifari yang diam-diam menaruh hati pada perempuan itu, dan kisah Zalina mengenai latar belakangnya yang merupakan pengacara setengah tuli.
Novel ini juga dihiasi oleh beberapa ilustrasi menarik dan cocok untuk kamu yang suka dengan genre romansa spiritual, sekalian belajar seputar peradaban Islam.
