Pastinya kita pernah menganggap teknologi adalah jalan pintas menuju kebebasan, kemudahan, efisiensi, bahkan mungkin kehidupan yang lebih baik. Namun, setelah nonton ‘Cloud’, film garapan Kiyoshi Kurosawa, aku mulai meragukan semuanya.
Film ini bukan cuma thriller kriminal biasa lho, melainkan gambaran tajam tentang kehidupan modern yang sudah kehilangan batas antara yang nyata dan maya.
Semenarik apa film ini? Yuk, kepoin lebih lanjut!
Sinopsis Film Cloud
Film Cloud perdana tayang di Venice Film Festival pada 30 Agustus 2024, yang kemudian diperluas jangkauan tayangnya pada 2025. Kisahnya bercerita tentang Rysuke “Ratel” Yoshii (diperankan Masaki Suda), pekerja pabrik biasa yang memutuskan keluar dari rutinitas hidupnya. Saat atasannya menawarkan promosi, Yoshii dengan tenang menolak.
Bukannya naik jabatan, dia memilih menekuni bisnis jual-beli online dengan membeli barang-barang murahan, termasuk alat terapi palsu dan tas KW, lalu menjualnya kembali dengan harga tinggi lewat marketplace digital.
Sukses secara instan, dia pindah ke apartemen lebih besar bersama pacarnya, Akiko (Kotone Furukawa), dan bahkan merekrut asisten bernama Sano (Daiken Okudaira).
Yah, seperti yang kita tahu, nggak semua yang bersinar itu emas. Dan dalam dunia maya, kebenaran adalah hal pertama yang dikorbankan.
Yang dijual Yoshii rupanya bukan sekadar barang palsu, tapi juga ilusi. Iya! Dia menipu dengan cara yang legal, atau setidaknya terlihat legal di layar monitor. Namun, kebohongan sekecil apa pun di dunia digital bisa menumpuk, membentuk bara, dan pada akhirnya membakar balik sang pemiliknya.
Yoshii pun mulai menyadari dirinya diawasi. Komentar-komentar di forum daring berubah jadi ancaman nyata. Sosok nggak dikenal muncul di sekitar apartemennya.
Bikin penasaran banget kisahnya, ya?
Review Film Cloud
Paruh pertama film ini mengendap pelan. Namun, jujur deh, nuansa horor psikologis yang jadi ciri khas Kiyoshi Kurosawa begitu terasa.
Kamera menyorot sudut-sudut ruang, yang mana itu membangun atmosfer mencurigakan. Semua dibungkus dalam suasana paranoia yang perlahan tapi menekan lho.
Namun di pertengahan film, Cloud berubah drastis jadi thriller brutal. Setting bergeser ke sebuah gudang kosong (tempat yang pernah jadi sumber penghidupan Yoshii. Dalam lokasi itu, Kiyoshi Kurosawa menyajikan sekuens kekerasan yang nggak sebatas mengejutkan secara visual, tapi juga menyakitkan secara eksistensial.
Pastinya, yang membuat Film Cloud begitu relevan adalah cara film ini menangkap esensi zaman sekarang. Kiyoshi Kurosawa kayak ngomong, “Kita hidup di dunia di mana identitas dapat dikurasi, kebenaran bisa dimanipulasi, dan eksistensi seseorang bisa dihapus hanya dengan satu klik.”
Kalau soal urusan teknis, Film Cloud terbilang sajian sinematik yang memukau. Kiyoshi Kurosawa bermain-main dengan ruang dan cahaya untuk membangun ketegangan.
Editing-nya presisi, dan ritme cerita terasa padat tanpa terburu-buru. Musiknya minimalis, tapi tentu saja, akting dari Masaki Suda luar biasa. Dirinya mampu menghadirkan sosok Yoshii yang kompleks: menjengkelkan, simpatik, dan menyedihkan.
Babak akhir film ini sungguh mengerikan. Bukan karena darah atau kekerasan, tapi karena diriku sadar, yang kutonton adalah cerminan dari dunia tempat kita hidup sekarang. Dunia yang nggak lagi memedulikan etika, hanya algoritma.
Setelah nonton film ini, aku nggak bisa melihat marketplace online dengan cara yang sama. Aku mulai mempertanyakan semua ulasan bintang lima, semua iklan palsu, bahkan semua akun anonim yang berkomentar dengan bebas.
Kalau Sobat Yoursay penyuka film seperti Film Nightcrawler, Film The Social Network, atau karya-karya David Fincher, mungkin saja Film Cloud akan membuatmu terpaku. Bukan karena aksinya, tapi karena saking relevannya.
Selamat nonton, ya!
Skor: 4/5