"Para Betina Pengikut Iblis 2" tampaknya hadir tanpa harapan penonton yang menginginkan sekuelnya. Setelah kekacauan bagian pertama, dan ketika mendengar kabar lanjutannya, banyak yang skeptis. Disutradarai oleh Rako Prijanto dengan skrip buatan dirinya bersama Anggoro Saronto. Sekuelnya kali ini diproduksi oleh MAX Pictures yang sudah tayang di bioskop-bioskop kesayangan sejak 28 Maret 2024.
"Para Betina Pengikut Iblis 2", kisahnya dimulai setelah peristiwa mengerikan di film sebelumnya. Dengan pertemuan kembali antara Asih (Sara Fajira), Sumi (Mawar Eva de Jongh), dan Sari (Hanggini). Yang mana konflik baru muncul. Di tengah pertikaian, muncullah Ahmad, adik Sumi yang telah lama hilang dan kini menjadi murid Kyai Taqim. Namun, konflik nggak hanya antar sesama manusia, tetapi juga kekuatan jahat Sang Iblis (Adipati Dolken).
Ulasan
Perlu diingat, selera dan preferensi dalam menonton film adalah subjektif, artinya impresi yang kurasakan setelah nonton filmnya, bisa berbeda dengan pengalaman nonton orang lain.
Dalam konteks pemilihan istilah "Betina" pada judulnya, sepertinya itu untuk menekankan aspek kejahatan, kegelapan, atau kekuatan jahat terkait dengan karakter-karakter ‘wanita” yang terlibat, serta untuk memberikan kesan lebih kuat atau dramatis dalam penyampaian cerita. Serta mencerminkan gagasan tentang keganasan dan kebrutalan dalam pengaruh mereka sebagai pengikut iblis.
Istilah betina mungkin juga dimaksudkan untuk menarik perhatian penonton terhadap sisi yang lebih gelap atau misterius dari filmnya. Jadi, pemilihan judul "Betina" mungkin merupakan bagian dari strategi naratif yang dimaksudkan untuk memperkuat tema-nya dan biar penonton kepo.
Nah, sejujurnya "Para Betina Pengikut Iblis 2" memiliki kelebihan terkait penampilan akting para pemainnya. Mawar Eva de Jongh, Sara Fajira, dan Hanggini, termasuk Adipati Dolken, memberikan penampilan akting yang kuat.
Selain itu, sinematografi di beberapa bagian film ini cukup berhasil membangun atmosfernya. Beberapa adegan dalam film ini berhasil diambil dengan memancarkan kengeriannya. Dan untungnya sudah nggak ada ‘freezer’, secara benda itu menjadi lubang besar film pertamanya, mengingat setting di desa itu yang dinilai nggak memungkinkan adanya benda semodern itu.
Segitu saja hal baik yang kurasakan. Salah satu kelemahan utama film ini adalah kurangnya pengembangan cerita yang memadai. Cerita terasa kabur dan nggak terstruktur dengan baik, sehingga membuat penonton merasa bingung dan kehilangan arah. Plot yang nggak terarah ini juga menyebabkan kurangnya klimaks atau puncak dramatisasi dalam alur cerita.
Meskipun para pemain memberikan penampilan akting yang kuat, tapi karakter-karakter dalam film nggak terlalu dikembangkan dengan baik. Beberapa karakter terasa datar dan kurang memiliki kedalaman emosional. Ini mengurangi dampak dari konflik-konflik yang terjadi dalam cerita dan membuatnya kurang berkesan.
Bahkan beberapa elemen tambahan dalam cerita, seperti kehadiran elemen zombie, menurutku nggak perlu, malah merusak konsistensi cerita. Pengenalan unsur-unsur yang nggak terkait dengan tema utama cerita jelas membingungkan penonton dan mengganggu alur narasi yang seharusnya fokus pada konflik utama.
Terkait batasan umur penonton, Film Para Betina Pengikut Iblis 2, dapat label rating 21+ terhadap konten yang mengandung kesadisan, berdarah-darah dan berbagai umpatan yang nggak cocok dikonsumsi oleh sembarang penonton. Jadi, kalau kamu merasa nggak kuat dengan konten kekerasan, jauhi saja film ini.
Adanya rating 21+ memang bertujuan untuk melindungi penonton yang lebih muda dari adegan atau konten yang dapat berpengaruh buruk, baik secara emosional maupun psikologis. Dan kalau kamu masih mau tetap menonton filmnya, tapi masih belum cukup umur, tanggung sendiri sensasinya. Eh.
Dengan kekurangan yang lebih dominan, dan nggak ada antisipasi atas kelanjutan kisah ini, yang mana hanya terkesan memanjangkan cerita, maka skor dariku: 4/10. Minimal ini lebih baik dari film pendahulunya. Selamat menonton buat yang terlanjur kepo, ya.
Baca Juga
-
Emosional yang Begitu Sesak dalam Film Bila Esok Ibu Tiada
-
Ketika Horor Thailand Mengusung Elemen Islam dalam Film The Cursed Land
-
Review Film Laut Tengah: Ketika Poligami Jadi Solusi Menggapai Impian
-
Krisis Iman dan Eksorsisme dalam Film Kuasa Gelap
-
Kekacauan Mental dalam Film Joker: Folie Deux yang Gila dan Simbiotik
Artikel Terkait
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Sinopsis Film Death Whisperer 2, Aksi Nadech Kugimiya Memburu Roh Jahat
-
Lakoni Banyak Adegan Aksi di Film Guna-Guna Istri Muda, Badan Lulu Tobing Gemetaran dan Biru-Biru
-
JKIND Pamerkan Inovasi Kaca Film dan Paint Protection di GJAW 2024
-
Review Film The Twisters 2024: Perburuan Badai yang Mendebarkan
Entertainment
-
Sejarah Baru! ATEEZ Jadi K-Pop Artist Ketiga dengan Album No. 1 Billboard
-
Manganya Berakhir, You and I Are Polar Opposites Siap Diadaptasi Jadi Anime
-
Jeongnyeon: The Star Is Born, Puncaki Peringkat Drama Korea dan Aktor Terbaik
-
Intip Harga Tiket Konser Kyuhyun Super Junior di Jakarta, Mulai Rp1,35 Juta
-
3 Drakor Ciamik yang Dibintangi Bae Doona, Ada The Silent Sea
Terkini
-
Piala AFF 2024: Vietnam Girang, Maarten Paes Tidak Perkuat Timnas Indonesia
-
Timnas Indonesia Diminta Tak Cepat Puas, Ini Pesan Mendalam Erick Thohir
-
Menguak Misteri Pembunuhan Sebuah Keluarga dalam Novel 'Pasien'
-
Tertahan di Zona Nyaman, Bagaimana Pengaruh Pertemanan Terhadap Masa Depan?
-
Julian Oerip Pemain Keturunan Mirip Tijjani Reijnders Grade A