Berhasil menyabet gelar girl group Korea Selatan dengan jumlah anggota terbanyak, TripleS memberikan paket lengkap kepada penggemarnya melalui rilisan 'Girls Never Die'.
Melansir Korea Times, lagu yang berada di dalam album berjudul 'ASSEMBLE24' ini menjadi momen bersejarah TripleS pertama kali tampil dengan formasi lengkap 24 anggota. Sebelumnya, grup ini diketahui memiliki sistem penampilan sub-unit untuk rilisan lagu-lagu terdahulu mereka, Dengan sistem pengambilan suara oleh fans, lagu 'Girls Never Die' terpilih sebagai title track untuk comeback kali ini.
Tidak hanya penggemar, masyarakat awam pun kepincut dengan lagu ini. Berdasarkan Soompi, 'Girls Never Die' meraih peringkat pertama dalam tangga lagu mingguan di acara musik The Show. Tidak hanya itu, Allkpop juga melaporkan bahwa penjualan album fisik mereka telah menembus angka 100.000 keping dan menjadi rekor tertinggi mereka untuk saat ini.
Sama dengan lagu-lagu mereka tahun lalu seperti 'Generation', 'Girls Capitalism', dan 'Rising'; TripleS kembali menggunakan trademark lirik "La la la" sebagai hook dalam lagu mereka. Dengan melodi yang catchy, bagian la la la kali ini diposisikan sebagai paruh awal chorus.
Terdapat pula banyak efek reverb yang memberikan sentimen dreamy. Bass line di lagu ini pun terdengar menonjol namun masih tetap seimbang dengan efek instrumen dan vokal dalam keseluruhan lagu.
Salah satu bagian yang wajib dibahas adalah bisikan berbunyi 'dasi haeboja' di intro lagu serta 'dasi haebolkka' di bridge sebelum chorus terakhir. 'Dasi haeboja' memiliki makna 'ayo kita coba lagi' yang berbentuk pernyataan, sedangkan 'dasi haebolkka' berarti 'mau mencoba lagi?' Awalnya dua bisikan ini terdengar aneh, namun ternyata sangat krusial untuk melengkapi makna keseluruhan lagu dan konsep mereka.
Dari segi musik, bagian yang disayangkan adalah pembagian bagian bernyanyi untuk para anggota. Bayangkan, lagu berdurasi 3 menit 8 detik harus dibagi kepada 24 orang. Sempat jadi topik yang ramai di kalangan fans, pembagian ini mau tidak mau kurang adil karena ada anggota yang bagian bernyanyinya tidak sampai satu detik.
Estetika gelap yang memiliki makna tersembunyi
Selain segi musikalitasnya, musik video 'Girls Never Die' juga perlu diapresiasi. Jika menonton video berdurasi 3 menit 45 detik ini tanpa mengerti makna lirik lagunya, orang pasti akan mengernyitkan dahi karena sentimen visual dan lagu yang kurang selaras. Lagunya terdengar berpengharapan dan seperti sebuah hymne penyemangat, lantas mengapa video musiknya terkesan gelap dan depresif?
Lirik dari 'Girls Never Die' mengungkit tentang tekanan yang harus dilalui perempuan zaman sekarang di era media sosial. Terdapat beberapa simbol yang merujuk ke kematian: burung pipit hitam yang mati, adegan menenggelamkan diri di bak kamar mandi, dua anggota yang berdiri di lantai atas gedung seolah hendak melompat, serta para anggota yang mengelilingi sebuah lubang makam. Bisa diartikan bahwa dewasa ini, tidak mustahil bahwa pandangan dan tekanan dari orang lain bisa menjadi alasan seseorang mati.
Perempuan berlindung dari topeng atau sosok palsu yang mereka tampilkan di media sosial. Hal ini ditunjukkan secara sarkas di bagian verse yang berbunyi I don't like the weak me / Don't wanna show this part of me / Why I use strong makeup / Why I use strong filter / Do you get it now?
Meskipun mengangkat isu sensitif, TripleS tetap berhasil menunjukkan inti lagu ini: emansipasi wanita. Dari beberapa adegan yang merujuk ke kematian tadi, pada akhirnya akan selalu ada anggota-anggota TripleS lain yang datang untuk saling menyelamatkan. Hal ini bisa diartikan sebagai cara tersurat mereka untuk menunjukkan bentuk woman support woman.
Simbolisme kebangkitan dan emansipasi ini bisa dilihat dari bisikan dalam lagu 'dasi haeboja' yang awalnya terdengar menuntut, menjadi 'dasi haebolkka?' yang terkesan lebih ramah dan hangat. Burung pipit yang di paruh awal video digambarkan mati, justru kembali hidup dan beterbangan dalam jumlah banyak di langit. Adegan di liang kubur berubah menjadi positif, seolah-olah anggota TripleS mengubur sosok manusia lama mereka dan bangkit menjadi sosok manusia baru. Inilah konsep yang secara gamblang telah dijelaskan oleh judul lagu ini: 'Girls Never Die'.
Sayang sekali, koreografi dengan formasi apik dalam musik video ini bukan koreografi yang sama dengan yang mereka bawakan ketika berpromosi di acara-acara musik. Selain fakta ini, 'Girls Never Die' tetap menjadi penampilan dan lagu yang wajib ditonton dan didengarkan para penikmat musik.
TripleS berhasil menunjukkan keberadaan mereka sebagai representasi para perempuan generasi Z. Sudahkah kamu mendengar lagu-lagu dari TripleS?
Baca Juga
-
"to: the future you", Hadiah Valentine Manis dari Verenathania
-
Ajakan Anti Gagal Move-On dalam The Loudr 'Takkan Kucari Lagi'
-
Bukti Nyata Kasih Seorang Ibu dalam Seo Moontak 'Ballad of The Witches' Road'
-
'Stuck' 82MAJOR: Berani Nyeleneh dengan Konsep Old-School Hip-Hop
-
Perpaduan Kisah Cinta Tragis dan Keindahan Budaya Korea di ONEUS 'LUNA' versi Road to Kingdom
Artikel Terkait
-
Cara Menambahkan Lagu di Status WhatsApp, Makin Mirip Instagram
-
Terinspirasi dari Kondisi Indonesia, Sule Kenalkan Lagu 'Hey Kamu'
-
Polemik Royalti Lagu, Upaya VISI dan AKSI Mencari Titik Temu
-
Insecure Parah? Ini 3 Lagu Bertema Self Love dari IVE yang Bisa Kamu Dengar
-
Selain Melly Goeslaw, Mohamad Indra Gerson Kantongi Royalti Rp 730,8 Juta dari WAMI
Entertainment
-
Rilis Foto Pembacaan Naskah, Ini 5 Pemeran Drama Labor Attorney Noh Moo Jin
-
Sinopsis Film Streaming, Mengulas Kasus Kriminal yang Belum Terpecahkan
-
Selamat! Ten NCT Raih Trofi Pertama Lagu Stunner di Program Musik The Show
-
Catat Tanggalnya! Kai EXO Bagikan Jadwal Teaser Comeback Album 'Wait On Me'
-
Kim Soo-hyun Gugat Ganti Rugi Rp135 Miliar kepada Keluarga Kim Sae-ron
Terkini
-
Review Anime Mob Psycho 100 Season 2, Kekuatan Esper Bukanlah Segalanya
-
Ulasan Buku Terapi Luka Batin: Menemukan Kembali Diri Kita yang Belum Utuh
-
Dilema Tristan Gooijer: PSSI Ngebet Naturalisasi, tetapi Sang Pemain Cedera
-
Selain Donatur Dilarang Ngatur: Apakah Pria Harus Kaya untuk Dicintai?
-
Indonesia Krisis Inovasi: Mengapa Riset Selalu Jadi Korban?