Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | raysa zahra
The Wheel of Time (Prime Video)

Serial The Wheel of Time produksi Amazon Prime Video resmi dihentikan setelah tayang selama tiga season. Padahal, season ketiganya menuai banyak pujian dan mencetak pencapaian terbaik sepanjang penayangannya.

Para penggemar bahkan sudah menunggu kabar kelanjutan season keempat selama berminggu-minggu, lengkap dengan petisi online yang menyerukan agar serial ini diperpanjang.

Sempat menuai pro-kontra di season pertamanya, The Wheel of Time kini menunjukkan perkembangan besar di season ketiga, yang mana mencetak skor 97% di situs Rotten Tomatoes dan 83% dari audiens.

Menyadur laporan dari Deadline pada Minggu (25/5/2025), The Wheel of Time tak akan dilanjutkan ke season keempat. Episode terakhir season ketiga menjadi penutup permanen dari serial fantasi milik Amazon Prime Video ini.

Dalam laporannya, Deadline mengulas data dari Nielsen’s Top 10 Originals yang menunjukkan bahwa meski The Wheel of Time memiliki angka penonton yang cukup tinggi, jumlah tersebut belum cukup untuk menutupi tingginya biaya produksi yang diperlukan untuk serial fantasi dengan skala besar.

Dengan kata lain, meski secara statistik masih tergolong sukses, serial ini tetap dianggap belum memenuhi ekspektasi untuk terus dipertahankan.

Laporan tersebut juga mengungkap bahwa akhir cerita di season ketiga memang sudah disusun dengan kemungkinan pembatalan di benak para kreator.

Episode penutup itu dirancang agar tetap memberikan rasa tuntas bagi penonton, meski belum sepenuhnya menjawab semua misteri.

Sejak kesuksesan besar Game of Thrones, hampir semua layanan streaming berlomba-lomba menciptakan serial fantasi berskala epik yang bisa menyamai kesuksesannya.

Netflix hadir dengan The Witcher, Prime Video mengandalkan The Rings of Power, sementara HBO sendiri melanjutkan universe GoT lewat House of the Dragon.

Namun tujuh tahun setelah Game of Thrones resmi berakhir, tak satu pun dari serial-serial tersebut benar-benar berhasil memenuhi ekspektasi yang tinggi dari studio dan penonton.

Kini, The Wheel of Time menjadi korban berikutnya dari bayang-bayang Game of Thrones. Meski punya dunia fantasi yang kompleks dan jumlah penonton yang cukup besar, serial ini tetap dinilai belum cukup kuat untuk bertahan dalam persaingan dan akhirnya harus dihentikan.

Serial televisi sebenarnya menjadi medium yang ideal untuk mengadaptasi kisah-kisah fantasi epik, karena format season yang panjang memungkinkan cerita berkembang lebih luas dibandingkan film layar lebar.

Namun di balik potensi itu, genre ini juga menuntut anggaran dan sumber daya yang sangat besar dan sayangnya jumlah penonton jutaan pun belum tentu cukup untuk menutupi biaya produksinya.

Bagi yang belum menonton, cerita The Wheel of Time dimulai di sebuah dunia di mana sihir hanya bisa digunakan oleh perempuan, dan kekuatan tersebut dikendalikan oleh kelompok elit bernama Aes Sedai.

Di tengah dunia yang kacau, mereka tengah menjalankan misi penting: menemukan sosok “Dragon” yang diramalkan—seseorang yang diyakini bisa menjadi penyelamat dunia, atau justru membawa kehancuran.

Moiraine (Rosamund Pike), seorang Aes Sedai, memimpin pencarian ini. Ia ditemani pengawal setianya, Lan (Daniel Henney).

Ketika misi mereka membawa mereka ke sebuah wilayah terpencil bernama Two Rivers, Moiraine menemukan lima orang yang berpotensi menjadi sang Dragon.

Mereka adalah Rand al’Thor (Josha Stradowski), Egwene al’Vere (Madeleine Madden), Perrin Aybara (Marcus Rutherford), Mat Cauthon (Barney Harris), serta Nynaeve al’Meara (Zoë Robins).

Kelima tokoh muda ini kemudian dibawa Moiraine dalam perjalanan menuju markas Aes Sedai, menapaki awal dari petualangan besar yang akan mengubah nasib mereka—dan mungkin juga seluruh dunia.

BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI SINI

raysa zahra