Di tongkrongan selalu ada bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang hadir di dalamnya. Bahasa itu lahir bukan dari buku pelajaran, melainkan dari spontanitas yang tercipta saat orang-orang duduk bersama, bercanda, dan tertawa.
Anak muda Jakarta beberapa tahun terakhir menemukan bahasa khas mereka melalui bunyi-bunyian unik yang sering dilontarkan Rico Lubis. Kata seperti Bumb, Zhapp, Zhangg, atau Garrr terdengar sepele, bahkan tanpa arti jelas jika didengar orang luar. Namun bagi mereka yang terbiasa nongkrong, bunyi itu menjadi semacam kode sosial, alat kecil untuk mencairkan suasana, colek verbal yang membuat percakapan lebih hidup.
Popularitas bunyi-bunyian ini semakin meluas setelah hadir dalam Podcast Grindboys. Acara yang digawangi oleh Gofar Hilman, Rico Lubis, dan Wanda atau Wancoy itu tayang setiap malam Rabu di kanal YouTube Gofar Hilman. Grindboys bukan sekadar podcast hiburan. Ia seperti menghadirkan meja tongkrongan ke ruang digital.
Penonton diajak mendengar obrolan tanpa skrip, penuh kelakar, kadang menyentuh topik serius lalu tiba-tiba ditabrak lelucon absurd. Di situlah bahasa-bahasa baru muncul dan mengalir, tanpa dipaksakan, lalu menular ke jutaan penonton.
Rico, dengan gaya spontan dan penuh improvisasi, menjadi motor dari lahirnya bunyi-bunyian itu. Ketika Gofar atau Wanda mulai serius membicarakan sesuatu, Rico sering menyahut dengan bunyi aneh yang terdengar seperti ledakan kecil. Zhangg atau Garrrr muncul begitu saja, tanpa arti baku, tetapi selalu berhasil memicu tawa. Wanda biasanya menambahkan komentar jenaka, sementara Gofar berperan menjaga agar obrolan tidak benar-benar kehilangan arah. Ketiganya saling melengkapi, menciptakan dinamika yang khas.
Menonton Grindboys sering terasa seperti ikut nongkrong. Ada kedekatan emosional yang tercipta, seolah kita bisa menimpali mereka dengan Zhapp atau Bumb di layar. Tidak heran jika banyak penonton yang kemudian membawa pulang bahasa itu ke tongkrongan nyata. Di kafe, di kampus, bahkan di obrolan WhatsApp, kata-kata Grindboys mulai bermunculan. Fenomena ini menunjukkan betapa cepatnya sebuah gaya bahasa bisa menyebar di era digital.
Selain bunyi-bunyian, Grindboys juga melahirkan kosakata baru yang kini populer. Ucapan Jujurrr misalnya, kini sering digunakan anak muda untuk menekankan sesuatu. Kadang dipakai untuk mengakui perasaan, kadang justru dipakai untuk mengelak dengan gaya bercanda.
Ada juga penggunaan kata alias yang dibalik maknanya. Jika biasanya alias berarti sinonim, di Grindboys justru berarti kebalikannya. Misalnya ucapan dia anaknya pendiem alias rame banget. Permainan logika bahasa ini memang terdengar konyol, tetapi justru membuatnya lucu.
Bahasa Grindboys bekerja dengan cara yang berbeda dari bahasa formal. Ia tidak bergantung pada definisi kamus, melainkan pada momen dan intonasi. Bumb atau Zhapp bisa berarti apa saja, tergantung konteks. Jika diucapkan pada saat yang tepat, bunyi itu bisa membuat seluruh tongkrongan pecah tertawa. Tetapi jika ditempatkan sembarangan, bunyi itu terdengar hambar. Karena itu bahasa ini lebih mirip gerakan verbal yang hanya bisa hidup di dalam situasi sosial tertentu.
Fenomena ini mengingatkan kita pada sejarah bahasa gaul di Indonesia. Kini dengan kecepatan media sosial, bahasa Grindboys menyebar jauh lebih cepat. Satu potongan video bisa viral dalam hitungan jam, ditirukan di TikTok, lalu menjadi bahan lelucon di Twitter. Dari sana ia berpindah ke grup WhatsApp, ke tongkrongan sekolah, hingga akhirnya masuk ke kosakata sehari-hari.
Bahasa Grindboys tidak sekadar hiburan. Ia adalah bukti bahwa bahasa bisa lahir dari ruang sederhana dan hidup karena digunakan. Bunyi-bunyian yang awalnya mungkin terdengar aneh ternyata mampu membangun rasa kebersamaan. Ia membuat orang merasa punya kode khusus yang hanya dipahami oleh mereka yang berada di lingkaran yang sama. Dengan begitu, bahasa ini tidak hanya soal kata, melainkan juga identitas sosial.
Dalam tongkrongan, sering ada momen ketika seseorang berbicara terlalu panjang dan serius, seolah sedang menjadi Aristoteles. Pada saat itu cukup disahut dengan Zhangg atau Garrrr untuk memecah keseriusan. Semua tertawa, suasana kembali cair. Itulah fungsi utama bahasa Grindboys, menjaga agar obrolan tetap ringan, tetap terasa seperti nongkrong.
Apa yang dilakukan Grindboys juga menunjukkan betapa cairnya budaya populer kita. Hari ini orang bisa mengutip teori dari buku filsafat, besoknya bisa menirukan bunyi absurd yang lahir dari podcast. Keduanya sama-sama menjadi bagian dari keseharian. Dan dalam keseharian itulah bahasa terus bergerak, berubah, dan menemukan bentuk-bentuk baru.
Pada akhirnya, bunyi-bunyian ala Grindboys adalah pengingat bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi, melainkan juga alat kebersamaan. Ia lahir dari tawa, dari iseng, dari spontanitas yang tidak bisa direncanakan. Grindboys hanya menjadi pemicu, selebihnya adalah kreativitas anak muda yang membawa bahasa itu ke tongkrongan mereka sendiri.
Di tengah bahasa formal yang sering terasa membosankan, bunyi seperti Bumb, Zhapp, Zhangg, Garrr, Jujurrr, dan alias hadir sebagai pengingat sederhana bahwa bahasa adalah permainan. Dan permainan itu seaneh apa pun bentuknya selalu punya daya hidup selama bisa membuat orang merasa dekat satu sama lain.
Baca Juga
-
Fenomena "Salam Interaksi": Mengapa Facebook Pro Diminati Banyak Emak-Emak?
-
Mengapa Semua Orang Suka Cara Soleh Solihun dalam Mengulas Musik?
-
Sukses Lancar Rezeki: Nama Penuh Doa, Lirik Humor dan Musik yang Mendobrak!
-
Lapangan Demonstrasi dan Jarak Etis Demokrasi
-
Sebuah Janji yang Terus Ditunda, Sejauh Mana RUU Perampasan Aset Bergulir?
Artikel Terkait
-
Isu Cerai, Warganet Ungkit Lagi Romansa Lama Putri Tanjung dengan Gofar Hilman
-
Rantis Brimob yang Lindas Ojol Mampu Tahan Granat dan Peluru, Gofar Hilman Heran: Ngapain Ngebut?
-
Soroti Insiden Rantis Brimob Tabrak Ojol, Gofar Hilman Pertanyakan Hal Krusial
-
Yamaha Gear Ultima Disulap Jadi Skutik Kargo Kalcer, Tampilan Khas Jepang
-
Karya Gofar Hilman Mendunia: Media Asing Terpana dengan Modifikasi Gran Max Taft Guy
Entertainment
-
Fans Semakin Yakin! Jisoo BLACKPINK Diduga Bakal Duet dengan Zayn Malik
-
Ferry Maryadi Akui El Putra Punya Sikap Gentle, Restu untuk Leya Princy?
-
Sutradara Ceritakan Serunya Kerja Bareng Tom Cruise di Proyek Film Komedi
-
Ulang Tahun Pertama usai Cerai, Azizah Salsha Dapat Kiriman Bunga Spesial?
-
El Putra Sarira, Wajah dan Pesona Baru dalam Film Rangga & Cinta
Terkini
-
SMAN 10 Bekasi, Adu Penalti, dan Euforia Kemenangan di AXIS Nation Cup 2025
-
Banyak Dilirik! 4 Ide Clean Outfit ala Park Young Woon untuk Segala Momen
-
Ikhtiar dan Doa Warnai Sengitnya Laga AXIS Nation Cup 2025 di Bekasi
-
Mandalika: Transformasi Wisata Olahraga Indonesia yang Berkelanjutan
-
Review Film One Battle After Another: Sebuah Cerminan Masyarakat Modern!