Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | anis khoirunnisa
Ilustrasi Depresi (Pixabay)

Kondisi mental adalah dasar emosi yang dirasakan setiap orang, diantaranya termasuk cara berpikir, berkomunikasi, belajar, ketahanan psikologis dan rasa percaya diri. Ketika seseorang mengalami tekanan mental yang sangat mengganggu sehingga menghambat aktivitas, kondisi tersebut bisa jadi termasuk mental illness.

Direktur Eksekutif National Alliance on Mental Illness (NAMI), Mary Giliberti menyatakan, 1 dari 5 remaja mengidap kondisi gangguan mental seperti yang dijelaskan dari name.org, tapi hanya kurang dari setengahnya yang memutuskan mencari bantuan.

Mental illness atau gangguan kejiwaan adalah gangguan mental, perilaku dan emosional, sulit bersosialisasi, dan beraktivitas lain. Lalu apa hubungan mental illness dengan generasi muda?

Generasi muda saat ini dihadapkan dengan kondisi yang bisa dibilang semrawut. Entah itu masalah beratnya beban belajar di sekolah, masalah pribadi, dan terlalu mengkhawatirkan masa depan.

Ditambah lagi kondisi pandemi pada saat ini membuat semua orang berada di bawah tekanan. Hal ini menambah beban pikiran hingga dapat menimbulkan stres. Stres juga bisa menjadi salah satu gejala mental illness.

Melansir dari SehatQ, berikut adalah gangguan mental yang umum terjadi:

1. Gangguan kecemasan

Gangguan kecemasan atau anxiety disorder merupakan tipe yang paling banyak ditemui. Penderita anxiety disorder memiliki kecemasan berlebihan terhadap situasi atau hal tertentu.

Yang termasuk gangguan kecemasan adalah gangguan kepanikan, fobia, Obsessive-compulsive disorder (OCD) yaitu saat seseorang mengalami ketegangan pikiran akan hal tertentu (obsesi), dibarengi dengan dorongan kuat untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang (compulsion) dan lain-lain.

2. Gangguan mood

Gangguan mood merupakan gangguan emosi yang membuat suasana hati penderitanya berubah-ubah. Conto gangguan mood misalnya sebagai berikut:

  • Depresi mayor

Penderita tidak lagi merasa tertarik atau menikmati acara atau aktivitas yang semula disukai dan biasanya kondisi ini juga disertai rasa sedih berkepanjangan.

  • Bipolar

Gangguan ini dulu disebut manic-depressive illness. Penderitanya mengalami fase eforia (mania) dan fase depresi secara berganti-ganti.

  • Gangguan depresi persisten

Dulu, gangguan ini disebut dysthimia, yaitu gangguan depresi yang bersifat kronis dan berlangsung dalam jangka panjang.

Mental illness tidak pandang bulu, artinya siapa saja bisa mengalaminya tanpa melihat usia, jenis kelamin, dan kondisi lainnya. Mental illness juga memiliki tingkatan, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Lalu bagaimana cara untuk menanganinya?

Pertama, psikoterapi menggunakan metode interaktif dengan pendekatan psikologis. Dikenal juga dengan terapi berbicara, psikoterapi dilakukan melalui “curhat” antara pasien dan terapis.

Kedua, pengobatan dengan obat yang diberikan oleh dokter spesialis kejiwaan atau psikiater untuk meringankan gejala dan sesuai dengan gangguan yang dialami pasien.

Jenis gangguan yang menyerang pikiran biasanya bisa diobati secara medis. Sementara untuk gangguan kepribadian lebih baik ditangani dengan psikoterapi.

Itulah penjelasan secara singkat apa itu mental illness dan cara menanganinya. Pastikan kamu tidak melakukan self diagnose atau mendiagnosis diri sendiri. Lebih baik konsultasikan kepada ahlinya seperti psikolog atau psikiater.

anis khoirunnisa