Menggunakan media sosial seolah menjadi bagian gaya hidup masyarakat. Terlebih, di era pandemi ini banyak orang yang tidak bisa lepas dari media sosial. Melalui media sosial, kita dapat terhubung dan mengakses apapun. Selain itu, media sosial juga menjadi wadah untuk membagikan kehidupan sehari-hari dan pengalaman-pengalaman kita. Media sosial juga dapat mengusir rasa bosan yang melanda.
Namun, tanpa kita sadari media sosial juga memiliki dampak buruk. Menatap layar terlalu lama akan memengaruhi penglihatan. Tak hanya bagi kesehatan fisik, penggunaan media sosial juga memengaruhi kesehatan mental. Berikut pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental yang harus diperhatikan.
1. Menurunkan tingkat self esteem
Self esteem bisa diartikan sebagai harga diri atau nilai dalam diri seseorang. Media sosial sangat berpengaruh terhadap self esteem seseorang. Berdasarkan jurnal yang berjudul 'Looking Up and Feeling Down'. The Influence of Mobile Social Networking Site Use on Upward Social Comparison, Self-Esteem, and Well-Being of Adult Smartphone Users, penggunaan media sosial yang tinggi akan menurunkan tingkat self esteem seseorang.
Tingkat self esteem tersebut dapat menurun akibat penilaian kita terhadap diri kita sendiri. Media sosial membuat kita membandingkan diri dengan orang lain. Kemudian kita cenderung merasa tidak berharga dibandingkan orang lain. Hal inilah yang akan memperburuk kesehatan mental.
2. Membandingkan hidup sendiri dengan orang lain
Dampak negatif lain dari media sosial adalah social comparison yang membuat pengguna media sosial membandingkan dirinya dengan kehidupan orang lain. Menurut jurnal American Psychological Association yang berjudul Self-Reflection and Interpersonal Connection: Making the Most of Self-Presentation on Social Media, pengguna media sosial cenderung akan membandingkan kehidupan dirinya dengan kehidupan orang lain.
Hal tersebut terjadi karena merasa kehidupan orang lain terlihat yang lebih ideal. Kondisi ini mengakibatkan penurunan kesejahteraan psikologis, seperti merasa tidak berguna, rendah diri, dan tidak puas dengan kehidupan. Terlalu fokus membandingkan kehidupan orang lain juga membuat diri sendiri mudah kecewa dengan kehidupan.
3. Menimbulkan rasa cemas
Berdasarkan jurnal yang berjudul Social Media Use and Anxiety in Emerging Adults, rasa cemas dapat muncul saat menggunakan media sosial. Contohnya, ketika mengunggah foto di media sosial seperti Instagram. Tak sedikit orang yang memposting dengan tujuan untuk memvalidasi diri. Kondisi tersebut justru mengakibatkan mereka merasa cemas terhadap jumlah like dan comment yang ada.
Jumlah like dan comment pada postingan dapat membuat pengguna media sosial cemas akan popularitas. Minimnya like dan comment dapat membuat pengguna media sosial meragukan eksistensi diri sendiri.
4. Mengakibatkan kecanduan
Penggunaan media sosial yang tidak tepat dapat menimbulkan efek negatif. Terhubung dengan media sosial secara terus menerus akan mengakibatkan kecanduan. Berdasarkan penelitin dalam jurnal Computers in Human Behavior, media sosial dan penggunanya memiliki hubungan positif terhadap perilaku candu.
Perilaku candu terhadap media sosial yang muncul ini juga menimbulkan pengaruh. Kecanduan media sosial akan menimbulkan gejala depresi dan kecemasan pada pengguna.
5. Memicu depresi
Medical News Today melansir, terkoneksi oleh media sosial secara terus menerus akan meningkatkan risiko depresi. Pengguna media sosial yang menghabiskan waktu lama menggunakan media sosial memiliki indikator depresi yang tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang jarang mengecek media sosial.
Dalam hal ini banyak faktor yang berpengaruh. Berita negatif serta ujaran kebencian yang beredar di media sosial dapat mempengaruhi pikiran para pengguna media sosial.
Media sosial bisa jadi penghibur dikala penat, tetapi juga bisa jadi boomerang. Sikap selektif dalam menggunakan media sosial sangat diperlukan. Selain itu, pola pikir sehat juga perlu diterapkan. Yuk, lebih bijak dalam menggunakan media sosial!
Referensi:
- https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0736585319301546#b0010
- https://www.researchgate.net/publication/308924225_Self-reflection_and_interpersonal_connection_Making_the_most_of_self-presentation_on_social_media
- https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0165032716309442
- https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0747563220302612
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/318230#Digital-connectivity-and-well-being
Baca Juga
-
Por Aqui Stay and Dine, Hotel di Jogja Bergaya Mexican Bohemian nan Unik
-
5 Channel YouTube yang akan Memperluas Perspektifmu tentang Hidup
-
5 Kreasi Lezat Berbahan Matcha, Wajib Coba!
-
Kerap Trending, Inilah Alasan Drama Korea Reply 1988 Bikin Susah Move On
-
Dopio, Pelopor Layanan Drive-Thru Donat dan Kopi Pertama di Jogja
Artikel Terkait
-
Pandemi dan Musim Hujan, Ini Tips Merawat Motor Secara Simpel di Rumah
-
Kumpulkan Rp200 Juta Lebih, The Harvest dan Dompet Dhuafa Donasi untuk Tenaga Medis
-
Enggan Pilih Lockdown, Jokowi Lebih Memilih PPKM Mikro
-
Duh! Penumpang Ini Pamer Foto Injak Kursi KRL, Warganet Ngamuk
-
Gara-Gara Ngebet Bikin Konten, Toyota Fortuner Wanita Cantik Ini Malah Nyungsep ke Lubang
Health
-
Ilmuwan Temukan 'Sidik Jari' Makanan Ultra-Proses dalam Darah dan Urin
-
Popcorn Brain: Ketika Otak Sulit Fokus Akibat Sering Terpapar Gadget
-
Neural Fatigue: Kelelahan Kognitif Akibat Terpapar Stimulus Berulang
-
Attention Fragmentation: Pecahnya Pikiran Akibat Konsumsi Konten Receh
-
Fenomena Brain Fog: Kesulitan Fokus Akibat Sering Konsumsi Konten Receh
Terkini
-
5 Anime Isekai Terbalik Wajib Ditonton, Terbaru Nihon e Youkoso Elf-san
-
Review Film 100 Yards: Konflik Dua Murid, dan Seratus Yard Kehormatan
-
5 Karakter Terkuat One Piece yang Tidak Pernah Terlihat Bertarung, Siapa?
-
AFF Cup U-23: Bisa Jadi Ajang Pemanasan Timnas Indonesia Jelang Kualifikasi Piala Asia U-23
-
GEF SGP Gandeng Universitas Ghent untuk Bangun Indonesia Berkelanjutan