Hernawan | Diat Anugrah
ilustrasi rokok elektrik (pixabay)

Penggunanaan rokok elektrik atau vape oleh masyarakat Indonesia, khususnya di daerah perkotaan, semakin hari kian meningkat. Selain dari segi jumlah keseluruhan, peningkatan pengguna rokok elektrik juga meningkat dari segi kelompok sosial dan jenis kelamin. Tidak hanya laki-laki, tapi perempuan juga sudah banyak yang menggunakan rokok elektrik.

Rokok elektrik digandrungi oleh banyak orang. Selain karena lebih modern dan terlihat keren bagi anak muda, juga karena anggapan masyarakat bahwa rokok elektrik atau vape lebih aman digunakan dibandingkan rokok konvensional. Anggapan muncul salah satunya karenakan rokok elektrik tidak menggunakan tembakau untuk menghasilkan asap dan rasa. Rokok elektrik bekerja dengan cara mengubah cairan menjadi asap ketika dihirup oleh pengguna.

Lalu apakah rokok elektrik benar-benar aman dan tidak memiliki dampak buruk seperti rokok konvensional?

Menurut WHO yang dimuat dalam jurnal berjudul "Electronic Nicotine Delivery Systems and Electronic Non-Nicotine Delivery Systems", terbit tahun 2016, rokok elektrik juga memiliki beberapa efek samping berbahaya bagi kesehatan penggunanya. Hal ini dikarenakan cairan vape juga mengandung banyak zat-zat berbahaya seperti pada rokok konvensional, misalnya nikotin, propelin glikol, gliserin, dan diasetilin.

Berikut ini adalah efek samping rokok elektrik atau bahaya vape, antara lain:

1. Gangguan pada Mulut

Rokok elektrik menghasilkan asap dari cairan dalam jumlah yang banyak, bahkan lebih banyak dari rokok konvensional. Asap yang dihasilkan dari cairan yang mengandung beberapa zat berbahaya dapat menyebabkan gangguan pada mulut seperti sariawan, gusi bengkak, bahkan bisa menyebabkan kanker mulut.

2. Penyakit Paru-Paru dan Organ Pernafasan

Asap dalam jumlah banyak yang dihasilkan oleh rokok elektrik pasti akan terhirup oleh pengguna maupun orang-orang di sekitarnya. Kandungan zat kimia diasetilin dalam asap tersebut dapat menyebabkan peradangan pada paru-paru yang dapat menimbulkan penyakit yang serius. Selain itu, asap vape juga dapat menimbulkan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) serta asma.

3. Kecanduan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Risky Kusuma Hartono dan Saiful Gurnadi dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM), sebagian besar responden yang merupakan pengguna rokok elektrik menyampaikan kecanduan mereka.

Menurut para responden, rokok elektrik dapat menghasilkan rasa nyaman saat bekerja. Namun, saat tidak menggunakan rokok elektrik, mereka jadi kurang bisa berkonsentrasi dengan baik.

4. Menurunnya Produktivitas

Berdasarkan hasil penelitian di atas, diketahui bahwa para perokok elektrik merasakan penurunan produktivitas kerja mereka setelah menjadi pengguna rokok elektrik. Dampak kesehatan yang ditimbulkan menyebabkan mereka menjadi lebih sering tidak masuk bekerja. Saat bekerja pun, mereka tidak bisa produktif seperti biasa, salah satunya karena sulit berkonsentrasi.

Demikian beberapa bahaya rokok elektrik yang mungkin belum diketahui oleh banyak orang.

Diat Anugrah