Untuk kalian para penggemar drama Korea, pasti sudah tidak asing lagi dengan drakor yang berjudul “It’s Okay To Not Be Okay”. Kalau kalian tahu, dalam K-drama ini terdapat scene yang memperkenalkan metode untuk meredakan emosi. Namun, sebelum itu, seperti kata pepatah ”tak kenal maka tak sayang”. Mari mengenal dahulu sinopsis It's Okay To Not Be Okay.
Drama Korea dengan judul “It’s Okay to Not Be Okay” bercerita mengenai Moon Kang-tae (Kim Soohyun), seorang pria yang memiliki pekerjaan sebagai petugas kesehatan di bangsal psikiatris. Ia bertemu dengan Ko Moon-young (Seo Yeji) seorang penulis buku anak-anak yang sukses, tetapi menderita gangguan kepribadian antisosial.
Salah satu adegan episode ke-2 dari drama Korea ini, Moon Kang-tae mengajarkan suatu metode untuk meredakan emosi kepada Ko Moon-young yang saat itu sedang marah. Metode ini dikenal dengan nama butterfly hug.
Tahukah kamu, ternyata metode ini bukan fiktif belaka? Ketika sedang merasakan kecemasan yang berlebihan dan emosi marah yang meledak-ledak, pasti rasanya sulit untuk mengambil keputusan atau bersikap rasional terhadap sesuatu. Nah, kamu bisa mengatasinya dengan melakukan butterfly hug atau pelukan kupu-kupu.
Butterfly hug dalam dunia psikologi dikenal sebagai bentuk stimulasi mandiri untuk meredakan rasa cemas, sehingga membantu tubuh menjadi lebih rileks. Metode ini pertama kali dikenalkan oleh Lucina Artigas dan Ignacio Jarero saat mereka membantu menenangkan para korban badai pauline di Meksiko tahun 1998. Ternyata, metode ini berhasil membuat para korban menjadi lebih tenang.
Selain itu, butterfly hug merupakan bagian dari terapi EMDR (Eye Movement Desentizing and Reprocessing). Terapi EMDR dinilai efektif untuk memulihkan seseorang yang mengalami PTSD (Pasca Traumatic Stress Disorder) atau memiliki pengalaman traumatis.
Terapi ini diyakini dapat mengurangi perasaan atau pemikiran yang negatif. Terapi EMDR terdiri atas beberapa stimulasi bilateral, yaitu pergerakan mata, dentingan suara, tapping, dan butterfly hug.
Metode butterfly hug ternyata dapat dimanfaatkan di tengah kondisi pandemi covid-19 yang sedang melanda hingga saat ini. Selama pandemi covid-19, kekhawatiran rasa cemas dan takut terhadap penyebaran virus ini mengalami peningkatan.
Hal tersebut dibuktikan berdasarkan hasil survei penelitian psikososial kepada masyarakat di Indonesia yang mengikutsertakan 8.031 narasumber yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia. Survei ini mengungkapkan bahwa 50% dari narasumber mengalami kecemasan, baik itu kondisi cemas hingga sangat cemas (Putri & Setiawan, 2020 dalam Endriyan., dkk, 2021). Butterfly hug tentunya sangat membantu masyarakat untuk merasa lebih tenang dalam menghadapi kondisi pandemi saat ini.
Penerapan dari metode butterfly hug ternyata sangat mudah untuk dilakukan. Lantas, bagaimana cara melakukannya? Mari simak penjelasan berikut ini.
Cara melakukan butterfly hug itu sangat sederhana. Pertama, silangkan kedua tangan, seperti membentuk sayap kupu-kupu dan letakkan kedua tangan pada dada tepat dibawah collarbone di setiap sisinya. Kedua, tepuklah kedua tangan secara bergantian. Lakukan gerakan ini berulang-ulang sampai rasa cemas mereda dan tubuh merasa lebih tenang.
Gerakan butterfly hug yang sangat sederhana ini dapat dilakukan dimana saja secara mandiri dan setiap orang boleh untuk melakukannya. Akan tetapi, efek yang dirasakan sesudah melakukan gerakan ini hanya bersifat sementara. Apabila kamu mengalami gangguan emosi atau kecemasan secara berkala sebaiknya tetap berkonsultasi kepada pihak profesional agar mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Referensi:
- Endriyani, S., Damanik, H. D. L., & Pastari, M. (2021). Upaya mengatasi kecemasan masyarakat di masa pandemi covid-19. Jurnal Pengabdian Kepeda Masyarakat Membangun Negeri, 5(1), 172–183.
- Healbright. (2016, Juni 13). The butterfly hug: Stress reduction technique [Video]. Youtube, https://youtu.be/KKJ7PNOzsHU
- Jarero, I., & Artigas, L. (2021). The EMDR therapy butterfly hug method for self-administer bilateral. Iberoamerican Journal of Psychotrauma and Dissociation, 11(1) 1–7.
- Novo Navarro, P., Landin-Romero, R., Guardiola-Wanden-Berghe, R., Moreno-Alcázar, A., Valiente-Gómez, A., Lupo, W., García, F., Fernández, I., Pérez, V., & Amann, B. L. (2018). 25 years of Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR): The EMDR therapy protocol, hypotheses of its mechanism of action and a systematic review of its efficacy in the treatment of post-traumatic stress disorder. Revista de Psiquiatría y Salud Mental (English Edition), 11(2), 101–114. https://doi.org/10.1016/j.rpsmen.2015.12.002
Tag
Baca Juga
-
3 Drama Korea yang Tayang di Netflix Tahun Ini, Ada Favoritmu?
-
Sinopsis The Silent Sea, Serial Netflix Berlatar Luar Angkasa yang Dibintangi Gong Yoo
-
Review Anne with an E: Serial Netflix yang Mengangkat Banyak Isu Sosial
-
3 Rekomendasi Drama Korea untuk Menemani Libur Natal dan Tahun Baru, Tidak Bikin Bosan!
-
Mengenal Zoom Fatigue: Kelelahan Akibat Pertemuan Daring
Artikel Terkait
-
Tips Meredam Emosi Saat Debat Publik
-
Tayang 22 November, Ini 4 Pemain Utama Drama Korea When The Phone Rings
-
Usung Genre Youth Romance, Ini 5 Pemain Utama Drakor Social Savvy Class 101
-
Drama Korea Parole Examiner Lee Rilis Poster Baru Karakter 4 Pemeran Utama
-
Lee Dong Gun dan Park Ha Sun Akan Bintangi A Love That's Completely Useless
Health
-
Pro dan Kontra: Kebijakan Cukai untuk Minuman Berpemanis Dalam Kemasan, Benarkah Efektif?
-
Bukan Pilihan Alternatif, Mengapa Vape Sama Berbahaya dengan Rokok Biasa?
-
Ini 3 Tanda Tubuhmu Terlalu Banyak Mengonsumsi Kopi, Apa Saja?
-
Mabuk hingga Keracunan, Kenali Bahaya Mengkonsumsi Bunga Terompet
-
3 Cara Mudah Menangani Kondisi Sesak Napas Mendadak
Terkini
-
IVE Mencari Cinta Lewat Lagu Kolaborasi 'Supernova Love' feat. David Guetta
-
Ulasan Novel Negeri di Ujung Tanduk: Perjuangan Melawan Ketidakadilan
-
Cinta Tak Terduga di Musim Natal dalam Novel 'If This Was a Movie'
-
Prabowo Subianto, Sebingkai Pesan Harapan yang Hendak Rakyat Titipkan
-
Ulasan Buku Legenda Danau Lipan, Perang Dua Negara Akibat Prasangka Buruk