Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Aprilia Ningrum
Ilustrasi anak kecil menangis (freepik.com/bearfotos)

Orangtua pasti menginginkan hal yang terbaik untuk kehidupan anak-anaknya mulai dari masalah pendidikan hingga masa depannya kelak. Karena itu mereka selalu mengupayakan hal yang terbaik salah satunya dengan cara melindungi anaknya dari segala bahaya. Itu semua dilakukan sebagai tanda bukti kasih sayang mereka terhadap anak-anak mereka.

Namun sebagian orang tua terlalu melarang anak-anaknya untuk berbuat hal ini dan itu, tindakan ini disebut dengan over protective. Over protective yaitu kecenderungan dari pihak orangtua untuk melindungi anak secara berlebihan dengan memberikan perlindungan terhadap gangguan dan bahaya fisik maupun psikologis, sampai sebegitu jauh sehingga anak tidak mencapai kebebasan atau selalu tergantung pada orangtua (Gunarsa, 2008). Ternyata hal ini berdampak buruk untuk perkembangan anak di masa mendatang.

Apa saja dampak yang ditimbulkan dari pola asuh over protective ?

1. Anak akan merasa tidak percaya diri

Ketakutan orangtua yang berlebihan membuat anak ikut merasa takut untuk melakukan sesuatu diluar penggawasan orangtua mereka. Menurut jurnal yang diterbitkan oleh Cambridge University Press, anak yang dibesarkan oleh orangtua yang overprotektif akan tumbuh menjadi pribadi yang berkecil hati, takut mengambil risiko, tidak percaya diri dan tidak punya inisiatif.

2. Suka berbohong 

Setiap gerak-gerik mereka selalu diawasi sehingga mereka akan mencari celah untuk bisa lolos dari penggawasan orangtua. Namun jika hal ini terus menerus dibiarkan akan menjadi kebiasaan buruk untuk kehidupan mereka di masa yang akan datang.

3. Sulit membuat keputusaan

Orang tua tidak memberikan ruang kepada anaknya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri akibatnya mereka akan merasa sulit untuk membuat keputusan. Menurut Lauren Feiden, seorang psikolog dari Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa overprotective parenting dapat membuat anak terlalu bergantung pada orangtua dan sulit mengatasi masalahnya sendiri.

4. Mudah stres

Survei yang dilakukan oleh Center for Collegiate Mental Health di Amerika Serikat menunjukkan bahwa masalah kejiwaan sangat umum terjadi di kalangan mahasiswa. Sekitar 55% mahasiswa menginginkan konseling tentang gejala kecemasan, 45% soal depresi, dan 43% soal stres.

Ternyata, salah satu faktor penyebabnya adalah pengawasan orangtua yang berlebihan terhadap kegiatan akademis dan non akademis anak. Anak yang hidup dengan pola asuh orang tua over protective akan merasa tertekan karena takut melakukan kesalahan.

Lalu, bagaimana cara mengubah pola asuh over protective?

Melindungi anak itu memang sudah kewajiban kita sebagai orang tua,namun terlalu mengekang hingga membatasi ruang gerak anak tidak baik untuk kesehatan mental mereka.

Hal yang perlu dipahami oleh para orang tua yaitu mengerti kebutuhan dan hal-hal yang anak-anak mereka inginkan contohnya dengan memberikan kebebasan kepada mereka untuk mengekspresikan minat dan bakatnya namun tetap dengan menerapkan batasan batasan yang ada.

Cara ini akan membuat anak memiliki rasa tanggung jawab. Menurut Michael Ungar, ahli psikolog dari Dalhousie University Kanada, menyarankan agar orangtua memberikan tugas dan tanggung jawab sederhana kepada anak seiring pertambahan usia.

Aprilia Ningrum