Dalam sebuah keluarga, kekompakan dan keterbukaan memang menjadi hal yang penting untuk dilakukan oleh setiap anggota keluarga terhadap yang lainnya. Namun, di dalam keterbukaan tersebut ada privasi serta batasan yang tidak boleh dicampuri oleh anggota keluarga lain. Hal tersebut umumnya dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya.
Orangtua seringkali merasa menjadi orang yang paling tahu kebutuhan dan kebaikan anaknya. Sehingga, mereka mengatur hidup anaknya sedemikian rupa. Sang anak pun akan merasa bersalah jika gagal mewujudkan harapan orangtua atau menolak menjadi sosok yang orangtua harapkan. Hingga akhirnya ia pun selalu mementingkan emosi orangtua melebihi kepentingannya.
Meskipun maksud dan tujuan orangtua baik, namun hal tersebut dapat memengaruhi psikologis anak. Melansir klikdokter.com, berikut 3 dampak buruk yang akan dialami anak yang tidak memiliki batasan dalam keluarganya!
1. Parenfication
Parenfication merupakan keadaan di anak menjadi sosok yang bertanggung jawab atas orangtuanya. Dalam kasus instrumental parenfication, anak harus mencukupi kebutuhan orangtua secara materiil. Dan dalam kasus emotional parentification, anak harus memberi dukungan emosional kepada orangtuanya seperti menengahi konflik, menjadi penasehat orangtuanya dll.
2. Anak tidak memiliki identitas diri
Anak yang terbiasa melakukan apapun yang diinginkan orangtuanya akan kehilangan kendali atas dirinya dan keinginannya sendiri. Hal tersebut terjadi karena anak tidak memiliki kesempatan untuk mengeksplor dirinya. Pada akhirnya anak akan kesulitan untuk memahami dirinya sendiri, kemauannya dan apa yang harus dia lakukan. Hal tersebut juga dapat memicu munculnya rasa rendah diri pada anak.
3. Tidak mampu menyelesaikan masalah
Karena terbiasa dibantu oleh orangtua dalam memecahkan masalahnya, anak menjadi kurang terampil dalam menyelesaikan konflik. Selain itu, anak tersebut akan selaku fokus pada apa yang dibutuhkan orang lain hingga tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Hal tersebut membuat anak selalu berusaha menghindari konflik dan permasalahan.
Untuk mengatasi hal tersebut, anak yang berada dalam keluarga yang tidak memiliki batasan dapat menciptakan batasan untuk dirinya dan memiliki pola pikir bahwa tidak apa-apa jika ia memenuhi dan mendahulukan kepentingan serta perasaannya sendiri.
Baca Juga
-
5 Rekomendasi Kafe Dekat ISI Jogja, Harga Terjangkau Nyaman Buat Nongkrong!
-
5 Rekomendasi Tempat Camping di Purwokerto, Viewnya Memesona!
-
5 Rekomendasi Wisata Keluarga di Klaten, Seru dan Menyenangkan!
-
4 Kafe di Temanggung dengan View Gunung Sumbing dan Sindoro
-
5 Kafe di Boyolali dengan View Gunung Merapi yang Memesona, Auto Bikin Betah
Artikel Terkait
-
Duh! Terpisah dengan Keluarga di Rest Area, Nenek Ini Panik Dikira Ditinggal Sendirian
-
10 Momen Hari Pertama Muntaz Halilintar Sekolah, Dikelilingi Teman-teman Baru
-
Dikira Orangtua, Anak Customer Ini Minta Driver Ojol Penjemputnya Belikan Jajan
-
Miliarder Inggris Jim Ratcliffe Gigit Jari, Keluarga Glazer tak Berniat Menjual Manchester United
-
Krisis Ekonomi Makin Dekat, IMF Desak Pemerintah di Dunia Lindungi Masyarakat Rentan
Health
-
Mengenal Neophobia: Ketika Rasa Takut pada Hal Baru Menjadi Hambatan
-
Terbukti Ampuh! 7 Manfaat Mindfulness yang Jarang Diketahui
-
Waspada, 10 Kebiasaan Ini Bisa Mengganggu Penglihatan dan Rusak Kesehatan Mata Anda
-
Ternyata Sesederhana Ini! Rutinitas Malam yang Ampuh Cegah Gula Darah Naik
-
Mata Perih Kayak Kena Semprot Merica? Ini 6 Cara Simpel Atasi Sindrom Mata Kering
Terkini
-
SEA Games 2025: Waketum PSSI Disebut Jadi Biang Keladi Kegagalan Timnas?
-
Kesan Rebecca Klopper Perdana Berhijab di Film Ahlan Singapore: Nyaman?
-
Wajah Auto Bebas Kilap! 4 Pilihan Skincare Innisfree untuk Kulit Berminyak
-
Sejarah Buruk Terus Berulang, Indonesia Selalu Gagal ke Semifinal Jika Thailand Tuan Rumah!
-
EXO Rilis Musik Video I'm Home, Balada Musim Dingin Penuh Kehangatan