Stunting diartikan sebagai kondisi gagal tumbuh pada balita yang menyebabkan tinggi badan anak menjadi pendek atau terlalu pendek dari anak-anak lain seusianya.
Dilansir dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, bahwa terjadinya stunting pada anak disebabkan akibat kurangnya asupan gizi yang dimulai sejak 1000 hari pertama kehidupan atau sejak dalam masa kandungan hingga anak berusia 2 tahun.
Protein serta zat besi merupakan jenis zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dalam masa tumbuh kembang, namun fakta dilapangan menunjukkan bahwa kedua jenis zat gizi inilah yang seringkali diabaikan dalam pemilihan jenis makanan bagi balita.
Selain itu adanya penyakit infeksi, kurangnya akses air bersih dan sanitasi, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya pengetahuan orang tua tentang pola asuh yang baik, juga menjadi determinan terjadinya stunting pada anak.
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia pada tahun 2021 menjelaskan bahwa sebanyak 24,4% anak balita di Indonesia mengalami stunting.
Memang ada penurunan jumlah stunting dari tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan pada Target Nasional Penurunan Stunting pada tahun 2024 mendatang, yaitu sebesar 14% tentu angka ini masih terbilang jauh.
Stunting juga disebut sebagai kekurangan zat gizi kronis, yang disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dalam jangka waktu lama, sehingga menghambat pertumbuhan pada anak.
Selain itu, stunting juga berpotensi menghambat perkembangan otak, mempengaruhi kemampuan mental dan belajar anak.
Kementerian Kesehatan juga menjelaskan bahwa efek jangka panjang yang disebabkan oleh stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, sering kali dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, dan obesitas.
Bahkan saat anak stunting telah beranjak dewasa, postur tubuhnya menjadi tidak ideal, mudah terserang penyakit infeksi dan menganggu fungsi tubuh.
Oleh sebab itu, pemenuhan asupan zat gizi selama kehamilan, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), pemberian ASI ekslusif hingga anak berusia 6 bulan, pemberian MPASI yang tepat dan sesuai usia anak, pemantuan tumbuh kembang setiap bulan, serta pemenuhan akses air bersih dan sanitasi akan mencegah terjadinya stunting pada anak.
Sebagai orang tua kita wajib memperhatikan kesehatan anak demi terciptanya generasi penerus yang sehat disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
Baca Juga
-
6 Penyebab Penis Berdarah yang Perlu Anda Waspadai, Pernah Mengalaminya?
-
6 Penyebab Mata Kaki Bengkak, Mulai dari Cedera hingga Penyakit Ginjal
-
Catat! Ini 4 Posisi Tidur yang Dianjurkan bagi Ibu Hamil
-
Jangan Anggap Remeh, Ini 5 Dampak Negatif Telat Makan bagi Kesehatan
-
5 Manfaat dan Aturan Penggunaan Minyak Ikan untuk Kucing
Artikel Terkait
-
Kenali Tiga Penyebab Stunting pada Anak
-
Percepat Turunkan Kasus Stunting, BKKBN Minta Malang Giatkan Posyandu
-
Kemenkes RI Didesak Publikasikan Nama-nama Obat Sirup Mengandung Bahan Berbahaya, KKI: Obat-obat Dijual Bebas!
-
Ini Dua Jenis Pangan Hewani yang Wajib Ada untuk Atasi Stunting
-
65 Persen Kematian Anak di RSCM Akibat Gagal Ginjal Akut Misterius
Health
-
Anak GTM, Dokter Shane Tuty Ungkap Ciri Picky Eater yang Perlu Diwaspadai!
-
Dari Tinnitus hingga Hiperakusis: Risiko Serius di Balik Kebiasaan Memakai Headphone
-
Menopause Bukan Akhir, tapi Transisi yang Butuh Dukungan
-
Fakta dan Mitos tentang Gula: Apa yang Perlu Anda Ketahui?
-
Bukan Hanya Milik Lansia, Usia 20-an Juga Bisa Kehilangan Massa Otot
Terkini
-
Sempat Emosi, Fuji Bagikan Pengalaman Terburuknya dengan Oknum Penggemar
-
Sentil Zainuddin Amali dan Indra Sjafri, Sebuah Kritik Penuh Tendensi ala Bung Towel
-
Ari Lasso Murka Singgung Dearly Djoshua di Medsos: Menurut Saya ini Norak!
-
Langkah Indonesia di Oscar 2026 Terhenti, Sore: Istri dari Masa Depan Tak Lolos Nominasi
-
Remaja, Keranjang Oranye, dan Ilusi Bahagia Bernama Checkout