Setelah dilakukan beberapa penelitian, ditemukan bahwa perilaku seseorang pada masa dewasa dapat dipengaruhi oleh pengalaman trauma yang dialaminya pada masa kecil. Beberapa peristiwa traumatis seperti pelecehan seksual, perundungan, atau kekerasan dari orang tua dapat membentuk perilaku dan emosi negatif yang terus melekat pada diri seseorang hingga dewasa. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa trauma yang dialami oleh anak dapat meninggalkan luka psikis yang terus berdampak pada kehidupan seseorang hingga dewasa.
Adanya luka psikis tersebut pada diri seseorang dapat berdampak pada beberapa aspek kehidupan, seperti kesulitan dalam mengatur emosi, kesulitan untuk fokus dan berkonsentrasi, serta kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Dikutip dari CLSD Fakultas Psikologi UGM, berikut penjelasannya:
1. Hyperarousal
Salah satu contoh dampak dari trauma masa kecil adalah hyperarousal, kondisi di mana seseorang tidak bisa mengatur emosinya dengan baik karena trauma di masa sebelumnya. Individu dengan hyperarousal cenderung bereaksi berlebihan dan mencari pelarian atau lari dari tanggung jawab. Selain itu, hyperarousal juga ditandai dengan kewaspadaan yang berlebihan.
2. Perkembangan Otak
Trauma masa kecil juga dapat berdampak pada perkembangan otak seseorang. Anak-anak yang mengalami pengalaman traumatis pada usia 6-12 tahun yang memicu stres, memiliki kortisol yang merespon lebih lemah dalam situasi yang memicu stres dibandingkan mereka yang tidak mengalami pengalaman traumatis. Kortisol adalah hormon yang dihasilkan untuk mempersiapkan individu menghadapi hal yang dianggap sebagai ancaman. Anak-anak yang mengalami trauma masa kecil dapat mengalami kesulitan belajar di sekolah dan sulit berkonsentrasi apalagi saat ingatan trauma kembali muncul di kepala mereka.
3. Sulit Jalin Relasi
Selain itu, individu yang pernah mengalami trauma masa kecil cenderung sulit menjalin relasi dengan orang lain. Kesulitan dalam menjalin hubungan ini ditandai dengan perilaku yang menunjukkan sifat manipulatif, hingga perilaku agresif dan kekerasan.
Untuk membantu berdamai dengan luka masa kecil yang dialami, ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh individu, seperti mengenal inner child melalui kegiatan seperti menulis jurnal, refleksi diri, melakukan self-care, atau berkonsultasi dengan para profesional. Hal ini dapat membantu individu dalam mengatasi dampak dari trauma masa kecil dan memperbaiki kualitas hidup mereka.
Baca Juga
-
4 Alasan Pentingnya Work Life Balance, Buat Kita Lebih Fokus saat Bekerja
-
4 Alasan Kamu Tidak Harus Mengadakan Pesta Pernikahan, Hemat Biaya!
-
7 Strategi Efektif untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca pada Orang Dewasa
-
5 Langkah Mengatasi Anggota Keluarga yang Toxic, Jaga Batasan!
-
6 Penyebab Enochlophobia atau Phobia Takut Keramaian yang Perlu Kamu Tahu
Artikel Terkait
-
DPR Kecam Aksi Pelecehan Terjadi di KRL: Negara Wajib Hadir
-
Marak Kasus Pelecehan, Cinta Laura Ungkap Kesedihan: Hati Aku Hancur
-
6 Fakta Dokter di Malang Diduga Lecehkan Pasien, Kini Dinonaktifkan dari RS
-
Viral! Pria Cabuli Remaja di CSB Mall Cirebon, Sempat Diamuk Massa
-
Marak Dokter Cabuli Pasien Terbaru di RS Malang, Wamenkes Ogah Ampuni Pelaku: Cederai Sumpah Dokter!
Health
-
Digital Fatigue dan Mental Overload: Saat Notifikasi Jadi Beban Psikologis
-
5 Tips Atasi Lelah setelah Mudik, Biar Energi Balik Secepatnya!
-
Mengenal Metode Mild Stimulation Dalam Program Bayi Tabung, Harapan Baru Bagi Pasangan
-
Kenali Tongue Tie pada Bayi, Tidak Semua Perlu Diinsisi
-
Jangan Sepelekan Cedera Olahraga, Penting untuk Menangani secara Optimal Sejak Dini
Terkini
-
Asnawi Mangkualam Perkuat ASEAN All Stars, Erick Thohir Singgung Kluivert
-
Cinta dalam Balutan Hanbok, 4 Upcoming Drama Historical-Romance Tahun 2025
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Stray Kids Raih Sertifikasi Gold Keempat di Prancis Lewat Album HOP
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern