Obsessive Compulsive Disorder atau OCD adalah gangguan kecemasan yang ditandai dengan pola pikir atau perilaku yang tidak dapat dihentikan meskipun individu telah menyadari bahwa perilaku atau pikiran tersebut tidak masuk akal. Beberapa contoh dari perilaku OCD adalah membersihkan tangan berulang-ulang, memeriksa kunci pintu berulang-ulang, atau mengulang-ulang kata-kata dalam pikiran. Sementara itu, contoh dari pikiran OCD bisa berupa ketakutan akan kuman atau gangguan seksual.
Meskipun begitu, OCD dapat diobati dan individu yang mengalaminya dapat memperoleh bantuan melalui terapi. Terapi dapat membantu mengatasi gejala OCD dan meningkatkan kualitas hidup individu. Menyadur American Psychological Association dan sumber lainnya, berikut ini adalah tiga jenis terapi yang dapat membantu mengatasi OCD:
1. Terapi Kognitif Perilaku (CBT)
Terapi kognitif perilaku (CBT) adalah terapi yang melibatkan psikolog atau terapis yang membantu individu memahami hubungan antara pikiran, perasaan, dan perilaku mereka. Dalam terapi CBT, individu diajarkan bagaimana mengidentifikasi pikiran yang salah dan tidak realistis yang memicu perilaku OCD mereka. Terapis kemudian membantu individu untuk mengubah pikiran tersebut menjadi lebih realistis dan positif.
Selain itu, individu juga diajarkan teknik-teknik relaksasi seperti meditasi atau pernapasan yang dalam untuk membantu mengurangi kecemasan dan stres. Dalam beberapa kasus, terapis juga dapat memberikan tugas untuk individu untuk dilakukan di luar ruangan terapi, seperti mengurangi jumlah waktu mereka menghabiskan di kamar mandi atau mengurangi jumlah kali mereka memeriksa kunci pintu.
2. Terapi Pencegahan Paparan dan Respon (ERP)
Menurut International OCD Foundation, terdapat dua bentuk pengobatan umum untuk mengatasi OCD, yaitu pencegahan respons paparan (ERP) dan obat antidepresan (inhibitor reuptake serotonin selektif). Selama proses terapi ERP, individu yang menderita OCD diajak untuk menghadapi langsung obsesinya sambil menghindari perilaku kompulsif. Dalam proses ini, menghadapi ketakutan obsesif membantu individu untuk terbiasa dengan obsesi yang menakutkan, sedangkan belajar untuk menjauhkan diri dari perilaku kompulsif memberikan bantuan lebih lanjut dari gejala OCD. Meskipun sulit untuk menjauh dari perilaku kompulsif, ini penting untuk mengurangi penguatan OCD yang dapat memperburuk kondisi individu. Dalam terapi CBT, individu juga belajar cara mengidentifikasi perilaku kompulsif dan menghindarinya untuk mengatasi gejala OCD.
3. Terapi Obat
Terapi obat juga dapat membantu mengurangi gejala OCD. Beberapa obat yang umum digunakan untuk mengobati OCD termasuk selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dan clomipramine. SSRI bekerja dengan meningkatkan kadar serotonin dalam otak, sehingga dapat membantu mengurangi gejala OCD. Beberapa contoh SSRI yang sering digunakan untuk mengobati OCD adalah fluoxetine, fluvoxamine, dan sertraline. Sedangkan clomipramine adalah obat dari kelas trisiklik yang juga dapat membantu mengurangi gejala OCD.
Namun, seperti halnya terapi kognitif dan perilaku, terapi obat juga memiliki efek samping yang perlu diwaspadai. Beberapa efek samping yang dapat muncul dari penggunaan obat OCD termasuk mual, sakit kepala, dan gangguan pencernaan. Selain itu, terapi obat juga dapat menyebabkan ketergantungan dan toleransi, sehingga pasien harus meminum dosis yang lebih tinggi untuk mencapai efek yang sama.
Untuk itu, sebelum memutuskan untuk menggunakan terapi obat, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau psikiater untuk mengetahui risiko dan manfaat dari terapi tersebut. Selain itu, perlu diingat bahwa terapi obat tidak dapat menyembuhkan OCD secara total, melainkan hanya membantu mengurangi gejalanya.
Di samping terapi kognitif dan perilaku serta terapi obat, ada beberapa terapi alternatif yang dapat membantu mengatasi OCD. Beberapa contoh terapi alternatif yang dapat dilakukan adalah meditasi, terapi olahraga, dan terapi nutrisi. Namun, sebelum mencoba terapi alternatif tersebut, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau terapis yang berpengalaman untuk mengetahui manfaat dan risiko dari terapi tersebut.
Secara keseluruhan, mengatasi OCD memang membutuhkan usaha dan waktu yang cukup, namun dengan bantuan terapi yang tepat, OCD dapat dikendalikan dan pasien dapat hidup lebih produktif dan bahagia. Oleh karena itu, jangan ragu untuk mencari bantuan jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami gejala OCD yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
3 Tokoh Perempuan Indonesia yang Menginspirasi di Bidang Pendidikan
-
Film Guardians of The Galaxy Vol. 3: Petualangan Baru Mencari Jati Diri
-
Prediksi Arsenal Vs Chelsea: The Gunners Siap Mengakhiri Puasa Kemenangan
-
5 Film Inspiratif Pendidikan yang Wajib Ditonton oleh Guru dan Siswa
-
5 Cara Kreatif dan Berkesan untuk Memperingati Hari Pendidikan Nasional
Artikel Terkait
-
5 Hal Ini Bisa Membantu Mengurangi Gangguan OCD, Pernah Mencoba Salah Satunya?
-
Sebab Akibat dari Keterkaitan Media Sosial dengan Trust Issue
-
Memahami OCD, Gangguan yang Ditandai dengan Pemikiran Obsesif Berulang
-
Bikin Haru, David Ozora Sudah Kembali Bersekolah: Bagian dari Terapi Kognitif
-
Menilik 3 Faktor Sebab Musabab Munculnya Obsessive Compulsive Disorder
Health
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
-
ASI Itu Bodyguard, Vaksin Itu Sniper: Kenapa Bayi Butuh Dua-duanya, Bukan Cuma Salah Satunya!
-
Video Viral Dokter Tirta 'Bocorkan' Obat Wasir Murah, Aslinya Cuma Video Deepfake Penipu
-
Viral Ramuan 'Cuci Paru-paru' Pakai Daun Kelor, Dokter Tegaskan Itu Hoaks!
-
FYP Penuh Berita Rusuh Bikin Auto Cemas? Ini Cara Biar Nggak Mental Gak Ikutan Chaos
Terkini
-
Lebih dari Sekadar Keponakan Prabowo, Ini Profil Rahayu Saraswati yang Mundur dari DPR
-
Bukan Sekadar Coretan, Inilah Alasan Poster Demo Gen Z Begitu Estetik dan Berpengaruh
-
Nabung Itu Wacana, Checkout Itu Realita: Melihat Masalah Nasional Gen Z
-
Bukan Cuma Anak Menkeu, Ini Sumber Kekayaan Yudo Sadewa yang Dihujat Netizen
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat