Obsessive Compulsive Disorder atau OCD adalah gangguan kecemasan yang sering kali membuat penderitanya merasa terjebak dalam kebiasaan-kebiasaan yang berulang-ulang dan sulit dihentikan. Kebiasaan tersebut seringkali sangat menguras waktu, energi, mengganggu aktivitas sehari-hari, dan mempengaruhi kualitas hidup.
Meskipun belum diketahui secara pasti apa penyebab OCD, para ahli medis dan psikolog sepakat bahwa OCD diakibatkan oleh sejumlah faktor yang saling berkaitan. Simak ulasannya berdasarkan referensi dari laman resmi American Psychiatric Association
1. Faktor genetik
Beberapa studi menunjukkan bahwa orang yang memiliki keluarga dengan riwayat OCD cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan tersebut. Namun, bukan berarti bahwa semua orang dengan riwayat keluarga OCD akan mengalami OCD juga. Faktor lingkungan dan psikologis juga mempengaruhi.
2. Faktor lingkungan
Pengalaman traumatik, seperti kekerasan fisik atau seksual, dapat menyebabkan seseorang mengembangkan OCD sebagai mekanisme untuk menghindari peristiwa yang menyakitkan atau membuat stres. Selain itu, paparan lingkungan yang sangat kotor atau terkontaminasi juga dapat memicu OCD. Contohnya, orang yang hidup di sekitar limbah industri atau limbah medis cenderung lebih rentan terhadap kecemasan kesehatan.
3. Faktor psikologis
Tekanan emosional dan stres juga dapat menyebabkan OCD. Ternyata kondisi akibat stress yang berkepanjangan akan menyebabkan seseorang mengalami kecemasan dan ketidakmampuan untuk mengatasi peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Hal ini biasanya memicu kebiasaan-kebiasaan yang berulang-ulang dan sulit dihentikan, seperti membersihkan rumah atau menghitung sesuatu secara berulang-ulang.
Penting untuk diperhatikan bahwa OCD merupakan gangguan yang kompleks dari banyak faktor. Penyebab OCD dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan psikologis yang saling berkaitan. Oleh karena itu, pengobatan OCD tidak bisa dilakukan dengan cara serampangan, melainkan memerlukan pendekatan yang holistik dan terintegrasi. Terapi perilaku kognitif serta psikoterapi akan membantu penderita OCD mengatasi kebiasaan-kebiasaan yang tidak diinginkan dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Selain terapi perilaku kognitif dan psikoterapi, beberapa obat juga dapat membantu mengurangi gejala OCD. Obat-obatan seperti selektif serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) juga bisa mengurangi kecemasan dan memperbaiki suasana hati. Namun, penggunaan obat-obatan mesti hati-hati dan di bawah pengawasan dokter, karena bisa memiliki efek samping yang tidak diinginkan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Belajar Membaca Peristiwa Perusakan Makam dengan Jernih
-
Kartini dan Gagasan tentang Perjuangan Emansipasi Perempuan
-
Membongkar Kekerasan Seksual di Kampus oleh Oknum Guru Besar Farmasi UGM
-
Idul Fitri dan Renyahnya Peyek Kacang dalam Tradisi Silaturahmi
-
Antara Pangan Instan dan Kampanye Sehat, Ironi Spanduk di Pasar Tradisional
Artikel Terkait
-
Kasus Pencemaran Sungai Malili, Pengamat: Divpropam Polri Periksa Kapolres Luwu Timur!
-
Mengenal OCD, Pengertian, Penyebab, dan Cara Penanganan
-
Tolak Penyerahan Dokumen yang Tidak Lengkap, WALHI: Tidak Ada Niat Baik DKLH Bali
-
Momen Hardiknas 2023 Jadi Ajang Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam Melestarikan Lingkungan
-
Catat dan Pahami ! Ciri dan Resiko Serangan Jantung Diam-diam
Health
-
Mengenal Neophobia: Ketika Rasa Takut pada Hal Baru Menjadi Hambatan
-
Terbukti Ampuh! 7 Manfaat Mindfulness yang Jarang Diketahui
-
Waspada, 10 Kebiasaan Ini Bisa Mengganggu Penglihatan dan Rusak Kesehatan Mata Anda
-
Ternyata Sesederhana Ini! Rutinitas Malam yang Ampuh Cegah Gula Darah Naik
-
Mata Perih Kayak Kena Semprot Merica? Ini 6 Cara Simpel Atasi Sindrom Mata Kering