Meski jarang disadari, nyatanya media sosial dan trust issue memiliki kaitan yang sulit untuk dipisahkan.
Mengalami pengalaman yang kurang mengenakan di masa lalu memang dapat berpengaruh di kehidupan. Tak ayal, seringkali mengganggu meskipun semuanya telah berlalu. Semuanya normal saja jika masih dalam batas wajar. Namun, jika sudah mengganggu ke dalam aspek kehidupan, seperti menurunkan performa dan kualitas diri, tentunya itu harus digarisbawahi. Masa lalu tak harus jadi pemicu, melainkan harus menjadi batu loncatan agar lebih awas di kehidupan mendatang.
Semua orang pasti memiliki lukanya masing-masing dan pasti tahu bagaimana caranya untuk sembuh. Kadang, yang menjadi permasalahan adalah malah menolak untuk sembuh dan ingin menikmati rasa sakit itu secara tak sadar. Seakan hal-hal baru yang sudah dilewati dan dilakukan menjadi sia-sia jika masih merawat luka di masa lalu.
A. Sebab
Mengapa trust issue bisa terjadi? Karena adanya kekecewaan di masa lalu tentang pengkhianatan, kebohongan, hingga tak dipercaya lagi oleh orang yang mempercayainya. Jika diartikan secara bebas trust issue adalah adanya masalah kepercayaan terhadap kebenaran. Terkadang ketika kita telah melewati masa itu, dan telah menjadi korban. Maka tak jarang pada akhirnya, kita terlalu oversimplifikasi terhadap semua hal, yang ujungnya menganggap bahwa semua orang sama aja. Terlalu cepat menyimpulkan sesuatu yang pada ujungnya akan menyiksa diri sendiri.
B. Akibat dan Keterkaitan Trust Issue dengan Media Sosial
Di zaman sekarang yang serba canggih, tentunya akan merasa senang ketika menemukan orang yang "senasib" karena akan memunculkan perasaan yang sama. Lalu bagaimana jika orang yang memiliki pengalaman yang sama dan menceritakan pengalamannya masing-masing? Ya jelas adanya validasi di antara keduanya yang kemudian menimbulkan pandangan yang sama. Bayangkan jika mereka tumbuh menjadi komunitas yang besar? Kemungkinannya mereka akan bersifat apatis dan tidak bersosialisasi dengan yang tidak seperti mereka.
Mengerikan bukan dampak dari trust issue? Secara fundamental manusia butuh untuk bersosialisasi dan itu tak bisa kita hindari setiap harinya. Baik itu keluar atau tetap di dalam rumah, media sosial adalah tempat kita bersosialisasi meskipun tak berintaraksi. Pada dasarnya manusia akan memilih orang-orang yang meraka rasa mirip dengan dirinya sendiri, entah itu secara sifat, sikap, atau hal-hal lainnya termasuk pengalaman sakitnya di masa lalu. Bisa saja dengan cara yang seperti itu bisa menjadikan luka itu sembuh dan menjadikan pelajaran untuk kehidupan kedepannya.
media sosial, dunia internet ini sungguh berperan begitu penting. Tinggal bagaimana cara kita mengelolanya. Semua masalah trust issue itu ada di dalam dirimu. Tinggal pilih saja dengan kemajuan teknologi yang serba canggih ini, memanfaatkan itu agar lukamu sembuh atau malah lebih memilih untuk menikmatinya dengan media sosial curhat-curhatan di setiap platform?
Well pilihan terbijak muncul saat kita sudah tahu sejatinya bagaimana diri kita sendiri. Yang jelas pengaruh antara keterkaitan media sosial dan kesehatan mental itu sangat rentan, harus memerlukan akal sehat untuk menengahinya. Dunia internet bagaikan dua sisi mata pisau yang tajam. Bijak-bijaklah dalam menggunakannya, see ya!
Baca Juga
-
Pentingnya Berfilsafat di Tengah Kondisi Demokrasi yang Carut-Marut
-
Film A Moment to Remember: Menggugah Hati dan Syarat akan Antropologis
-
Menguak Misteri: Kecerdasan Tidak Didasarkan pada Kehebatan Matematika
-
Antara Kecerdasan Emosional dan Etika dalam Bermain Media Sosial
-
Ini yang Akan Terjadi jika Kuliah atau Pendidikan Tinggi Tidak Wajib!
Artikel Terkait
-
Kehidupan Anak yang 'Dijual' Online: Tren Parenting atau Eksploitasi Terselubung?
-
Kembali Produktif Usai Libur Lebaran: Tips Psikolog agar Semangat Kerja Pulih Tanpa Stres
-
5 Teknik Psikoterapi untuk Menangani Gangguan Mental, Ciptakan Coping Mechanism Sehat
-
Lebaran dan Media Sosial, Medium Silaturahmi di Era Digital
-
Lebih Mahal dari Xiaomi 15: Light Phone 3 Sajikan Fitur agar Orang Bisa Pensiun dari Media Sosial
Kolom
-
Polri dan Proyek Jagung: Lahan Subur atau Ladang Masalah?
-
Koran Cetak di Era Digital, Masihkah Relevan?
-
Krisis Literasi Informasi Pelajar di Era AI, Memudahkan atau Membingungkan?
-
Warisan Ki Hajar Dewantara: Relevansi Semboyan Taman Siswa di Zaman Modern
-
Politika Ki Hajar Dewantara dalam Membangun Pendidikan dan Bangsa Indonesia
Terkini
-
Kopicek: Ketika Komunitas Mata Hati Mengubah Stigma Tunanetra Melalui Kopi
-
Belum Move On dari 'My Dearest Nemesis'? 3 Drama Ini Punya Vibe Serupa
-
Andhe-andhe Lumut: Langgam Tentang Loyalitas, Kejujuran, dan Self Confident
-
5 Drama yang Dibintangi Mild Lapassalan, Ada Mu-Girl Miracle Matchmaking
-
Langkah Terjal Dejan/Fadia di BAC 2025, Lawan Berat Menanti di Babak Awal