Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Aprilia Putri
Mengenal Tentang Virus Nipah (Pexels.com/ @Martin Lopez)

India tengah digegerkan dengan wabah virus nipah yang kembali merebak pada bulan September 2023. Suara melansir, penyebaran virus tersebut telah menjangkit banyak warga termasuk 153 petugas kesehatan medis. Sampai saat ini, pemerintah akhirnya memutuskan untuk menerapkan PSBB kepada warganya untuk mencegah penyebaran virus Nipah yang lebih meluas lagi.

Kasus tersebut bukanlah yang pertama dialami oleh negara India. Menurut keterangan Menteri Kesehatan Negara Bagian Kerala Veena George, Virus Nipah rupanya pertama kali muncul di tahun 2018. Selain itu, penularannya juga diakibatkan dari kontak langsung dengan cairan hewan-hewan liar seperti babi dan kelelawar. 

Hal tersebut pun turut membuat dunia khawatir. Apalagi adanya informasi bahwa virus tersebut memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari COVID-19. Lalu sebenarnya apakah Virus Nipah itu?

Berikut 3 hal seputar Virus Nipah yang perlu kamu ketahui. Yuk kita simak!

1. Pertama Muncul Di Malaysia

Melansir dari WHO (World Health Organization), Virus Nipah pertama kali ditemukan pada tahun 1999. Kasus pertama virus tersebut menjangkit para peternak babi di Malaysia. Oleh sebab itu, penamaan "Nipah" sendiri diambilkan dari nama desa dari Malaysia di mana tempat para petani terserang penyakit dari virus tersebut, yakni Sungai Nipah.

2. Penularan Dari Babi dan Kelelawar

Setelah kasus pertama terjadi, para ahli pun menelisik penyebab dari munculnya Virus Nipah. Ternyata penularan virus tersebut berasal dari manusia yang kontak langsung dengan cairan dari babi yang sakit ataupun dari jaringan tubuh mereka yang telah terpapar. Tidak hanya itu, penularan juga dapat diakibatkan setelah mengonsumsi buah-buahan atau produk buah-buahan yang terkena urin atau air liur kelelawar yang terinfeksi. Seperti kasus di Bangladesh dan India.

3. Gejala Yang Dialami

Virus Nipah memiliki kemampuan penularan dari manusia ke manusia. Gangguan yang dirasakan ialah saluran penapasan akut dan ensefalitis. Pada awal gejala, seseorang yang terindikasi Virus Nipah akan merasakan demam, sakit kepala, nyeri otot, muntah dan sakit tenggorokan. 

Dalam skala yang lebih serius, penderita akan merasakan tanda-tanda neurologis yang mengarah pada ensefalitis akut, pneumonia atipikal, gangguan pernapasan, kejang hingga koma 24 sampai 48 jam. Tingkat kematian virus ini juga cukup tinggi, yakni berkisar 40%-70% tergantung wabah dan kemampuan wilayah setempat. 

Berbeda dengan COVID-19 yang memiliki vaksin pencegahnya. Hal tersebut belum ditemukan untuk virus Nipah sendiri. Maka dari itu, perlu adanya pencegahan preventif yang harus dilakukan. Seperti, membersihkan dan memberikan disinfektan pada kandang babi, dan melakukan karantina secepatnya jika terindikasi ada hewan atau manusia yang terkena virus tersebut. 

Aprilia Putri